Dua | Pertemuan Pertama.
Sementara itu, Claire sedang mempersiapkan diri untuk tes kemampuan untuk masuk ke ekskul basket. Dia memakai baju olahraga miliknya dan mengikat rambutnya menjadi kunciran ekor kuda. Claire terlihat imut sekaligus tomboy. Sebelum keluar dari ruang ganti, Claire menyemangati dirinya sendiri. "Semangat Claire! Demi Luna! Demi... demi Adrian...!".
"Cieee... keren banget, sih!" puji Lea yang terpana melihat penampilan Claire.
Well, gak cuman Lea sih yang terpana melihat penampilan Claire, bahkan hampir semua orang yang melihatnya terpana.
"Hehe makasih coach. Ayo coach! Aku tesnya gimana nih?" tanya Claire.
"Nih, kamu pilih salah satu dari anggota tim basket terus kamu main one on one sama mereka" ucap Lea sambil menunjuk sekelompok anak perempuan tim basket yang ada di pinggir lapangan basket.
"Okay, yang paling jago disini siapa?" tanya Claire. Sorry ya, bukannya sok jago, Claire hanya tidak mau dianggap lulus hanya karena melawan yang masih agak amatir soal basket.
"Raya kan yang paling jago? Ayo sono Ray! Tanding gih! Lo kan yang paling jago" ucap Mila sambil mendorong Raya ke arah Claire.
"Mil, kok gue sih?!" protes Raya.
"Gapapa Ray, kan emang lo yang paling jago. Gih sono tanding!" suruh Astrid ikut-ikutan.
Claire tersenyum menyambut Raya. "Raya ya? Mohon bantuannya ya?" ucap Claire yang disambut oleh anggukan gugup dari Raya.
Begitu pertandingan dimulai, tanpa banyak bicara, Claire langsung men-dribble bola dengan gerakan cepat dan mencetak skor. Raya yang bahkan belum melakukan apapun hanya terbengong-bengong melihat gerakan Claire yang secepat kilat. Apalagi Lea yang menonton pertandingan itu dari pinggir lapangan basket.
'Jago! Claire kalo main basket jagonya kebangetan! Kalo tau kemampuan olah raganya jago begini, kenapa dia gak aktif di bidang olah raga? Kan tau gini, dari dulu aja masuk ekskul basket...' batin Lea yang terpana melihat cara Claire bermain basket.
Di pinggir lapangan yang berlawanan dari sisi Lea, Gio terpana melihat permainan basket Claire. Gio tidak mengenali sosok mungil itu karena tempat dia menonton pertandingan itu memang cukup jauh.
"Woi! Ngelamun aja lo! Kesambet baru tau rasa lo!" tegur Nathan yang nyaris membuat Gio jantungan.
"Heh! Lo bisa gak sih kalo mau nyapa gak usah ngagetin gue! Kalo gue jantungan lo mau tanggung jawab?!" balas Gio kesal.
"Tapi lo gak jantungan kan? Lagian lo ngapain bengong coba? Ngeliatin apaan sih?" balas Nathan sambil mengikuti arah pandangan Gio, mencari objek yang diperhatikan Gio sedari tadi.
"Itu! Yang lagi pada tanding basket. Yang lagi nguasain bolanya tuh hebat, si Raya belom apa-apa, tau-tau dia udah nyetak skor aja. Padahal kan Raya lumayan jago tuh main basketnya" ucap Gio sambil menunjuk ke arah sosok mungil yang sedang men-dribble bola dengan gerakan cepat.
"Cieee, jarang-jarang amat lo muji orang. Tapi iya juga sih, jago... eh, lo mau masuk kelas gak? Tadi elo yang ngajak gue ke kelas, eh, elo juga malah ngetem disini. Bukan tukang ojek kan lo?" ucap Nathan sambil berlalu meninggalkan Gio yang sedang mengutuknya soal lima kata terakhirnya.
"Seenak jidat aja ya lo ngatain gue tukang ojek!" gerutu Gio sambil menyusul Nathan.
Gio menoleh sekali lagi ke arah Claire. "Keren..." bisik Gio. Dirinya sendiri bahkan tidak sadar kalau dia mengucapkan kata itu.
PRITTT!!
Pertandingan selesai dengan skor Claire dan Raya yang berjumlah 10-0. Raya menunduk sedih atas kekalahannya.
"Ray! Hai, kamu hebat juga. Biasanya kalo waktunya lima belas menit skor aku udah diatas sepuluh..." puji Claire.
Mata Raya membulat sempurna mendengar penuturan Claire. "Kenapa gak ikut basket dari dulu aja, Claire?" tanya Raya kagum.
Claire tersenyum kecut. "Ada masalah..." jawab Claire singkat. Tidak ingin memperpanjang percakapan.
"HOI! CLAIRE DAN RAYA! KESINI KUMPUL!" panggil Lea dari tengah lapangan yang membuat Claire dan Raya refleks menoleh kemudian menghampiri Lea.
"Kenapa coach Lea?" tanya Raya.
"Jadi gini, coach rencananya mau angkat Claire jadi kapten tim basket. Posisi kapten tim basket juga lagi lowong. Tadi kalian udah liat kan permainan Claire? Gimana menurut kalian? Setuju gak kalo Claire jadi kapten?", Lea menyatakan pendapatnya.
"Hm, aku sih setuju sama coach. Permainan Claire tadi emang jago banget", Raya meng-iya kan pendapat Lea.
"Iya coach. Aku juga setuju"
"Sama, aku juga setuju"
"Aku setuju banget!"
Lea tersenyum mendengar jawaban murid-muridnya. "Mohon bantuannya ya, Re. Semoga kamu betah di ekskul basket ini" ucapnya pada Claire yang terlihat bingung.
Claire mengangguk ragu-ragu.
"Okay everyone. Hands in!", Lea memberi aba-aba untuk meletakkan tangan mereka masing-masing di tengah-tengah mereka membentuk lingkaran. Semuanya mengikuti aba-aba Lea kecuali Claire. Ia masih tampak kebingungan.
"Hands in, Claire! Ini yel-yel kita" ajak Mila sambil menarik tangan Claire untuk ikut bergabung bersama mereka.
"Now, everyone cheers! Yeaaay!", mereka mengangkat tangan mereka ke udara bersamaan dengan aba-aba Lea sambil bersorak.
"Oke, cukup buat hari ini. Sampai ketemu lagi ya! Oke, bubar!" suruh Lea.
"Sampai ketemu lagi kapten! Aku Raya kelas sebelas IPA 2!" ucap Raya kepada Claire sambil berlalu.
"Oke, Raya..." balas Claire sambil tersenyum.
"Kayaknya gue dapet temen baru' batinnya.
*~?*?~*
Setelah mengganti baju olah raganya menjadi seragam, Claire membuka iphone ber-casing pink galaxy miliknya dan mengirim chat untuk Luna.
LunaKirenne.
ClairettaClaire_
Luna, gue lulus tes nih!
Tes masuk basket maksudnya, :p
LunaKirenne.
Hm, ya!
ClairettaClaire_
Iih, Luna mah! Kasih kata
selamat kek buat gue. Udah
lulus tes basket juga :(
LunaKirenne.
Lah? Elo kan udah kebanyakan
menang! Mau kasih ucapan selamat
kayak gimana lagi, coba? Sesekali kalah
kek! Kasian gue sama lawannya elo..
Claire mendengus kesal membaca pesan terakhir dari Luna. Dia pun mematikan iphone nya dan memasukannya ke saku rok nya lalu berjalan menuju ke kelasnya.
*~?*?~*
Saat istirahat, Gio berpapasan dengan Lea.
"Gio! Nanti ada latihan basket ya!" ucap Lea mengingatkan Gio.
"Oke coach!
"Oh ya, Gio!", Gio menghentikan langkahnya dan menoleh lagi mendengar panggilan Lea
"Tolong bilangin ke Raya ya! Dia di kelas sebelas IPA 2"
Gio mengangguk kecil.
Sepeninggal Gio, Lea berdecak melihat tingkah Gio. "Itu anak dingin banget, coba! Tapi dingin begitu kok fans nya banyak ya? Heran deh. Ngomong pake dihemat-hemat segala kayak lagi menghemat listik. Bagus kalo menghemat listrik, kan kalo boros, biayanya banyak. Kalo hemat listrik mah ngerti aku, lah ini... ngomong gak perlu pake bayar masih aja dihemat-hemat. Kan gak ada salahnya kalo ngomongnya banyak, gak ada yang larang ini kok" ucapnya sambil lalu berlalu.
Sampai di depan kelas sebelas IPA 2, Gio menyuruh Fika -anak kelas sebelas IPA 2- untuk memanggilkan Raya.
"Hai Gi, ada apa lo? Tumben banget dateng ke kelas gue? Nyariin gue ya? So sweet banget lo..." ucap Nathan dengan PD. Nathan yang baru saja keluar dari kelasnya langsung menyapa Gio. Sama seperti Raya, Nathan adalah murid kelas sebelas IPA 2.
"Gio? Ada apa?" tanya Raya yang baru keluar dari kelasnya.
Nathan mengalihkan pandangannya ke arah Raya yang berdiri di dekat pintu kelasnya lalu menatap Gio tidak percaya. "Jadi lo ke kelas gue, bukan buat nyariin gue?" tanya Nathan pada Gio.
"Rasain! Lo sih ke-PD an banget jadi orang!" balas Gio sambil menatap Nathan dengan tatapan kasihan.
"Iya juga ya, pantesan gue bingung... kapan lo move on nya dari Alice ya?" sindir Nathan yang disambut jitakan di kepalanya dari Gio
"Seenak jidat ya lo ngomong! Udah sono pergi! Sorry ya Ray, si bawel ini di cuekin aja" ucap Gio
Raya tersenyum kikuk.
"Gitu ya lo kalo udah ada cewek... sahabatnya sendiri di cuekin. Iya deh, cewek lebih penting dari sahabatnya. Sedihnya nasib gue... di cuekin sama sahabatnya sendiri" kata Nathan dengan nada yang menyedihkan.
"Tadi Coach Lea bilang nanti ada latihan sepulang sekolah" ucap Gio pada Raya sambil mencuekan omongan Nathan lalu pergi meninggalkan Nathan yang kemudian menyusul Gio dan Raya tersenyum sipu-sipu.
Sepeninggal Gio, Astrid dan Mila keluar dari kelasnya dan menghampiri Raya yang masih tersenyum sipu-sipu.
"Cieee yang blushing abis ngomong sama Gio" goda Astrid.
"Cie, cie. Kita liat kali dari tadi waktu lo dipanggil sama Gio, lo ngeliatin Gio terus kan...", Mila ikut-ikutan.
"A... apaan sih lo berdua! Enggak ya!" elak Raya sambil menutupi wajahnya yang memerah.
"HEH! Lo tuh jadi cewek jangan kecentilan deh! Enggak banget kali! Lo pikir lo cocok sama Gio? Cocokan juga Gio sama gue kali!" labrak seorang perempuan yang sedari tadi memperhatikannya.
"Evie! Lo tuh apa-apaan sih! Lo ngaca sono! Lo sendiri juga kecentilan sama Gio!" balas Mila.
"Paling enggak gue gak secentil si Raya! Gak tau diri banget sih lo! Ya gak girls?" balas Evie yang disambut anggukan dari teman-teman se-geng nya.
"Udah sono! Jauh-jauh lo! Geli gue lama-lama deket sama lo" balas Raya mengusir Evie.
"WHAT?! Geli lo bilang?! Lo! Bisa-bisanya lo ngomong gitu ke gue! Rasain nih!" pekik Evie sambil menjambak rambut Raya.
"AAAWWW! SAKIT EV! LEPASIN GUE!" pekik Raya sambil berusaha melepaskan jambakan Evie.
Evie tersenyum sinis melihat penderitaan Raya. Tapi, sebuah tangan yang mencengkram kuat tangannya mengganggu aktivitasnya.
"Evie, tolong lepaskan tanganmu dari rambut Raya!" ucap Claire sambil memberi penekanan pada kata ketiganya dan mencengkram tangan Evie yang sedang menjambak rambut Raya.
Evie terlihat ketakutan melihat Claire. Sang ketua OSIS yang penuh wibawa. Perlahan, Evie melepaskan jambakannya pada rambut Raya
"Ma... maaf"
Satu kata itu lolos dari mulut Evie yang biasanya tidak mengenal kata minta maaf. Mungkin bagi orang lain, kata-kata itu terdengar biasa. Tapi, bagi Claire kata-kata itu memiliki makna yang dalam. Ia sangat menghargai orang yang meminta maaf.
Claire tersenyum. "Evie, kamu minta maaf sama Raya sekali lagi ya..." ucap Claire dengan nada yang lembut.
Evie mengalihkan pandangannya dan menatap Raya. "Ma... maaf Ray..." ucapnya pelan, lebih mirip lirihan.
Claire tersenyum. "Oke, Raya maafin Evie kan? Dia udah minta maaf loh..." ucapnya pada Raya.
Raya mengangguk kecil sambil merapikan rambutnya.
"Raya udah maafin kamu Ev, jangan diulangi lagi ya" ucapnya sambil mengusap pelan rambut Evie yang dibalas anggukan dari Evie.
Sepeninggal Evie dan teman-teman se-geng nya, Claire menatap Raya cemas. "Ray, kamu gapapa kan?" ucapnya.
Raya mengangguk. "Untungnya sih dia nariknya gak keras-keras amat jadi gak terlalu sakit... makasih ya kapten. Oh ya, kamu itu siapanya dia sih? Kok dia sampe takut banget sama kamu?" tanyanya polos.
Claire, Astrid, dan Mila tertawa lepas mendengar pertanyaan polos Raya.
"Raya, Raya... masa lo gak tau sih kalo Claire itu ketua OSIS? Tau ketua OSIS gak lo? Ya ampun, masa sama ketua OSIS sendiri gak tau sih? Lo tinggal di goa mana dah selama ini?" ucap Astrid masih dengan sisa-sisa tawanya.
"Oh ya? Claire ketua OSIS nya? Pantesan si Evie takut sama lo.. eh, kamu" ucapnya pada Claire.
"Gak usah formal, 'lo-gue' aja" ucap Claire yang dibalas anggukan oleh Raya.
"Oke, oh ya, tadi kata Coach Lea, pulang sekolah ada latihan basket" balas Raya.
"Oh, okelah kalo begitu. Gue balik dulu ya!
Raya mengangguk pelan.
Di kelas, Claire mengambil iphone nya dan mengirim kabar kepada kakak perempuan nya yang tertua yang duduk di bangku kuliah. Sherlytta Millia namanya. Panggilannya Kak Sherly atau Kak Erly.
SherlyttaCute
ClairettaClaire_
Kaaak! Aku pulangnya siang
nanti. Ada latihan basket. Kakak
jemputnya tunggu aku kabarin ya!
SherlyttaCute
Oke, semangat ya latihannya! :)
ClairettaClaire_
Oke, thanks kak. ^_^
Claire tersenyum membaca pesan dari Sherly.
"Ehem, chat dari siapa tu? Kok lo senyum-senyum gitu sih" tanya Luna kepo yang entah sejak kapan ada di samping Claire.
"Kaget gue! Sejak kapan lo ada di samping gue? Ini dari Kak Sherly. Oh iya Lun, pulang sekolah gue ada latihan basket..."
Mata Luna membulat mendengar dua kata terakhir Claire. "Latihan basket? Asyik! Gue nonton ya?!" pekik Luna girang.
Claire tersenyum lalu mengangguk.
*~?*?~*
Sepulang sekolah, Nathan menghampiri Gio yang sedang berjalan ke arah lapangan basket.
"Yo, Gio! Mau kemana lo? Gak mau pulang?" tanya Nathan sambil menyesuaikan langkahnya dengan Gio.
"Enggak, kan tadi waktu gue bilang ke Raya kalo ada latihan basket sepulang sekolah ada elo di samping gue. Masa lo gak inget sih?" ucap Gio.
"Ooh, latihan basket... gue nonton ya?" ucap Nathan.
"Kenapa lo gak sekalian jadi anak basket aja sih Nath? Tiap hari kalo gue latihan basket juga lo nungguin gue. Daripada lo cuma ngetem nontonin gue dari pinggir lapangan kan mending lo ikut main. Lo kan jago juga main basketnya" balas Gio.
Nathan terkekeh. "Gak deh, Gi. Gue mending jadi anak musik aja. Passion gue kan di musik, lo aja yang di basket" balasnya sambil meninggalkan Gio yang mengoceh soal dirinya.
Gio tertegun. "Perasaan yang anak basket gue, kok malah dia yang duluan ke lapangan? Dasar tamu!" gerutunya.
Di lapangan, Claire sudah siap dengan baju olah raga dan rambut ekor kudanya yang agak dimiringkan ke samping
"Pokoknya lo harus semangat ya!" kata Luna.
"Iya".
"Kapten Claireeee!" panggil Raya. Claire dan Luna refleks menoleh ke arah Raya.
"Lun, kenalin, ini salah satu anggota tim basket, Raya. Ray, ini Luna, sahabat gue dari SD" kata Claire memperkenalkan mereka masing-masing.
"Hai Lun, ini si Claire dari dulu ya jago main basketnya?" tanya Raya pada Luna.
"Beuh, banget! Sampe gue yang nonton sama kasih selamat aja bosen loh" ucap Luna yang disambut oleh gelak tawa kami bertiga.
"MAKANYA GUE GAK SUKA KALO LO-LO PADA NONTONIN GUE! JADI ORANG JANGAN SUKA NGERECOKIN ORANG LAIN, KENAPA?!"
Mereka bertiga langsung menoleh ke asal suara.
***
TBC
Hai! How about this chapter? Good? Hehe. Semoga kalian suka sama cerita aku ya! Bye!
Salam hangat,
@Mella3710
Novel
Comment on chapter Prolog