Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Dribble
MENU
About Us  

Satu | Awal Cerita

 

~Claire's POV:
"Ayolah, Ire! Please... lo tuh harus terbuka sama orang lain!" bujuk Luna, sahabat gue dari SD.

Gue menghela napas berat. Sudah lebih dari puluhan kali dia membicarakan tentang hal ini dengan ku.

"Okay, fine. Tapi gue gak janji loh ya!" ucap gue meng-iya kan permintaan Luna agar gue terbuka dengan orang lain. Kasian juga sih, si Luna... ya udah deh, turutin aja. Daripada jadinya makin ribet, kan.

"Hah?! Serius Re? Yeaaay! Eh, eh, by the way, lo ikut ekskul sama pelajaran OR, ya! Kan biasanya kalo pelajaran OR lo cuma duduk aja di pinggir lapangan. Gak pernah mau nyoba lari kek, tanding kek. Padahal kan lo tau sendiri kalo lo itu jago banget kalo OR, apalagi basket", Luna memohon ke gue dengan nada memelas.

"Lun, gak cukup apa, gue mau kebuka sama orang lain?! Gue tuh udah cukup sibuk tau dengan tugas-tugas gue sebagai ketua OSIS" balas gue malas sambil menutup buku novel gue dan menatap Luna dengan tatapan 'gue gak mau'. Gue jadi ketua OSIS aja udah sibuk, apalagi ikut ekskul yang berbau OR. No thanks deh!

"Come on, Ire. Just try this! Ngikut pelajaran OR, sama masuk ke ekskul basket cewek...?"

"WHAT?! Kapten tim basket?! Urgh, no thanks deh Lun. Gue masih trauma sama itu!" tolak gue.

"Seriously, Re? Ini udah 3 tahun dan lo masih trauma? Wow!" kesal Luna.

"Okay, okay. I'll try. Tapi, kalo ada apa-apa gimana...?" ucap gue pelan sambil menatap Luna intens.

"No worries, you can count on me!" balas Luna menyanggupi.

Hh... capek gue ngeladenin si Luna. Sahabat gue yang satu ini emang paling gak ngenal kata nyerah dah!

~Gio's POV:
"Gio!" panggil Nathan, sobat terbaik gue dari SMP.

"Napa?" balas gue singkat. Males banget gue ngeladenin ni orang satu. Gue baru  keluar dari kelas mau ke kantin, eh... dipanggil sama si bocah.

"Lah, lo kenapa? Singkat-singkat amat lu jawabnya, sesingkat cinta monyet lo yang pertama. Inget banget gue, lo sampe galau berapa minggu tuh. Yang itu sebelum ketemu Alice kan?" balas Nathan sambil terkekeh.

Gue mendengus kesal. "Bodo dah, Nath, bodo! Lagian mulut gua ini, napa lu yang ribet dah!" balas gue yang disambut oleh tawa Nathan.

"Tau ah! Eh, tadi kan gue abis rapat sekelas tuh, terus ya, gue nyalonin diri loh, buat jadi anggota OSIS" jelas si Nathan sambil nyengir-nyengir gak jelas.

Nathan dan gue beda kelas. Gue kelas sebelas IPA 1. Kalo Nathan kelas sebelas IPA 2.

Aku mengernyitkan dahiku. "So? Apa hubungannya sama gue? Perasaan gue gak daftar masuk ke OSIS kok..." tanya gue yang bingung dengan perkataan Nathan yang menurut gue gak ada hubungannya sama gue. Well, secara gue gak daftar masuk ke OSIS.

"Jadi gini loh Gi, well berhubung lo itu kan populer, jadi kalo lo ngedukung gue. Otomatis fans-fans lo itu bakal ikut ngedukung gue kan..." gue menganggukkan kepala menyetujui pernyataan Nathan.

"Nah, lo dukung gue ya..." Nathan memohon sambil nyengar-nyengir --lagi.

"Iya" balas gue datar.

"Hah?! Serius Gi? Yeaaay! Thanks ya" balas Nathan sambil senyum.

"Iya, tapi traktir gue makan di kantin" lanjut gue. Mendengar penuturan gue, muka Nathan yang tadinya senyum berubah menjadi cemberut.

"Perasaan harusnya gue yang untung, kok malah jadi dia sih yang untung?" gumam Nathan dengan muka datar. Dan gue membalas dengan tersenyum kecil.

~Authors POV:

*~?*?~*

Saat Nathan dan Gio menuju ke kantin, Claire dan Luna makan di kelas karena mereka memang lebih memilih membawa bekal dan makan di kelas dibanding makan di kantin. Menurut mereka, membawa bekal itu lebih sehat.

"Oh iya, Lun. Nanti gue pulang sekolah gak bisa pulang bareng ya... ada rapat OSIS, pergantian wakil ketua OSIS. Wakil ketua OSIS yang sekarang kan udah mau lulus. Ada saran gak Lun?" ucap Claire di sela-sela makan bekal

"Oh oke, it's okay, Re. Em... yang daftar siapa aja?" Luna bertanya balik kepada Claire.

Claire tampak berpikir sambil mengetukkan jarinya ke bibirnya. "Hm, kebanyakan sih anak kelas sebelas IPA 2 kalo gak salah" jawab Claire sambil mengingat-ingat.

"Ranking 3 si Kiara, 2 si Kelvin, kalo 1 si... siapa ya? Oh, si Nathan! Si Nathan juga baik, rajin. Nilai sikapnya A kalo gak salah, padahal kan jarang banget yang bisa dapet nilai sikap A! Jago kan tu anak" cerocos Luna sambil menyebutkan nama-nama anak kelas sebelas IPA 2 yang menurutnya cocok untuk menjadi calon wakil ketua OSIS.

"Hm, si Nathan daftar, Kiara daftar... oh ya, denger-denger si Nathan pernah ikut olimpiade sains ya? Menang gak sih?" tanya Claire memastikan.

"Hah?! Lo denger dari mana Re? Kayaknya lo selalu make headset deh kemana-mana... lagian perasaan gue deh yang up-to-date soal info-info di sekolah" goda Luna pada sahabatnya yang satu itu sambil mencubit pelan pipi Claire yang agak chubby

"Ouch, Lun! Ih, elo mah gitu ya sama gue! Dasar ekstrovert!" gerutu Claire sambil cemberut dan (pura-pura) ngambek.

"Lah? Lo sendiri intovert. Gimana sih?" balas Luna yang mengundang gelak tawa mereka berdua.

"Okay, seriously Lun! Si Nathan menang gak? And by the way, si Nathan punya pengalaman gak?" tanya Claire lagi.

"Hm, Nathan pernah sih jadi ketua kelas pas kelas sepuluh" jawab Luna sambil (sok) berpikir.

'Oke, Nathan ya? Let's see!' batin Claire sambil tersenyum.

Sementara itu, Gio dan Nathan yang ada di kantin kebingungan mencari tempat duduk. Sebenarnya sih banyak juga cewek-cewek yang mengundang mereka untuk makan di meja mereka. Tapi reaksi Gio adalah, menatap mereka datar dan membuang muka.

"Gi, kayaknya gak ada pilihan lain selain duduk di tempat cewek-cewek itu deh" kata Nathan ragu-ragu. Sebenarnya dia juga malas duduk di situ. Tapi, cacing di dalam perutnya sudah berdemo meminta makanan. Jadi, ya, apa boleh buat...

"Lo aja! Gue gak jadi makan! Udah gak selera makan!" balas Gio dingin, lalu pergi dari kantin. Meninggalkan Nathan yang kebingungan.

'Ih, ogah banget gue duduk sono. Mendingan gak usah makan sekalian aja! Bikin selera makan gue ilang aja dah!' batin Gio kesal sambil berjalan menuju ke kelasnya.

*~?*?~*

"Duh, aturan tadi gue bawa payung! Abis rapat OSIS kan harusnya hujannya udah reda, eh, malah makin deres. Gimana sih ni ujan?! Cari ribut banget dah!" gerutu Claire sambil menghentakkan kakinya. Yap, itulah nasib seorang Clairetta Kamillia yang harus terjebak hujan di sekolahnya sepulang sekolah.

"Eh, daripada gue nge-gerutu gak jelas nunggu ujannya reda, mending gue daftar masuk ekskul basket aja ah! Aha! Gue emang jenius!" gumam Claire sambil berjalan ke arah ruangan Lea.

Sampai di depan ruangan Lea, Claire mengetuk pintu ruangan itu. Suara Lea yang menyuruh Claire untuk masuk terdengar dari dalam ruangan. Claire pun masuk ke dalam ruangan Lea.

"Permisi coach, saya mau daftar masuk ekskul basket perempuan bisa gak?" tanya Claire sambil tersenyum manis.

"Oalah, si Claire toh! Bisa kok, tapi kamu harus tes kemampuan dulu ya... eh, tapi kamu yakin bisa nih? Kamu jarang aktif loh kalo olah raga. Kamu yakin bisa kan?" balas Lea ramah.

"Bisa dong coach! Siapa dulu dong yang daftar" jawab Claire menyanggupi. Claire dan Lea memang akrab entah karena faktor apa.

"Iya deh, emang OSIS girl kamu. Oh iya, kamu mau pulang ya? Bareng coach aja yuk!" ajak Lea.

"Aduh, gak usah coach. Nanti ngerepotin" tolak Claire secara halus.

"Ah, gapapa kok! Coach juga mau pulang ini. Lagian di luar hujan deras loh! Coach bawa mobil kok" ajak Lea lagi.

'Oh iya, gue lupa! Coach Lea kan gak terima penolakan ya? Hm, ya udah deh. Ikut bareng Coach Lea aja...' batin Claire

"Ya udah yuk coach. Makasih, ya" jawab gue akhirnya.

"Yuk!".

Keheningan menyeruak di mobil Lea.

"Em, coach".

"Eitss! Jangan panggil 'coach' dong kalo di luar sekolah! 'Kak Lea' aja ya..." ucap Lea yang disambut oleh anggukan Claire.

"Iya co, eh, Kak Lea. Em, aku mau tanya, kapten tim basket yang cowok itu siapa ya?" tanya Claire.

"Gio, namanya Gio. Kelas sebelas IPA 1" jawab Lea yang selain guru olah raga dan pelatih tim basket cewek, juga melatih tim basket cowok.

"Ooh, oh iya, Kak Lea ulang tahunnya kapan sih?" tanya Claire kepo.

"Mau tau aja atau mau tau banget nih? Haha, kepo banget sih!" balas Lea usil.

"Iih, Kak Lea mah gitu! Aku ngambek nih sama kakak!" ucap Claire sambil mengerucutkan bibirnya dan --berpura-pura-- ngambek pada Lea.

"Yaah, Ire jangan ngambek dong..." bujuk Lea yang gemas dengan tingkah Claire.

"Iya, iya... seius nih kak! Kakak kapan ulang tahunnya?", Claire mengulangi pertanyaannya.

"Hm, kapan ya? Tanggal 9 November, Re" jawab Lea sambil tersenyum simpul.

"Lima hari lagi dong kak?".

"Iya, tapi jangan kasih tahu siapa-siapa ya"

"Kak, aku gak ada tahu, adanya tempe... tapi aku gak mau kasih orang lain, mau aku makan sendiri aja boleh gak?", Lea tertawa mendengar balasan Claire yang polos.

"Iiih! Kamu tuh ya! Ah, tau ah! Kak Lea ngambek nih!" balas Lea sambil cemberut.

"Ya ampun... iya Kak Lea! Ih, kakak mah gak bisa diajak bercanda nih" balas Claire sambil tertawa kecil. Lea membalasnya dengan tersenyum simpul.

*~?*?~*

Keesokan harinya di parkiran, Nathan berpapasan dengan Gio yang baru saja turun dari motornya.

"Gio!", Gio memutar bola matanya malas mendengar panggilan Nathan.

"Napa sih, Nath?! Harus banget ya, lo manggil gue disaat gue baru turun dari motor gue? Ada berita apaan sih emang?!" gerutu Gio yang mengundang tawa Nathan.

"Sorry, sorry. Abisnya gue semangat banget mau ngasih tau lo. Nih ya, gue kan awalnya cuman mau daftar jadi anggota OSIS, eh, gue malah dicalonin jadi wakil ketua OSIS! Kekuatan dukungan dari lo emang kece badai, dah!" kata Nathan sambil nyengar-nyengir.

Mendengar penuturan Nathan, Gio langsung membatin, 'jujur, gue sama sekali enggak ngedukung dia, loh...'.

"Nath, kok lo ngebet banget sih pengen jadi anggota OSIS? Seriusan, gue penasaran banget dah dari kemaren. Gue pikir lo kesambet apaan dah pengen banget jadi anggota OSIS. Padahal kan sebelumnya lo bilang lo males banget buat aktif di bidang ke-organisasi an" cerocos Gio.

"Well, kalo jujur sih, karena gue denger-denger ketua OSIS nya ini cantiknya selangit loh!" kata Nathan sambil cengar-cengir.

"Inget Liora, woi!" kata gue sambil menoyor kepala teman baik gue ini yang ngomongnya mulai ngelantur.

"Lah? Gue kan udah putus sama Liora", Gio membelalakkan matanya mendengar pernyataan Nathan.

"Dia bilang dia udah gak ada lagi sama gue terus dia minta putus. Ya udah, cewek bukan cuma tinggal dia ini di dunia..." Nathan melanjutkan perkataannya melihat Gio yang  kelihatannya akan menanyakan alasannya putus dengan Liora, pacarnya sejak kelas sepuluh.

"Terus lo diem aja gitu? Gak minta balikan gitu ato gimana? Lo gak nyegah dia buat mutusin lo? Lo gak sayang sama dia, apa?!" balas Gio tak habis pikir.

Nathan tersenyum simpul. "Gio... enggak semuanya itu harus dipaksain. Ada yang harus di-ikhlasin sekali-sekali. Gue sayang sama dia, tapi kisah cinta gue gak kayak lo. Lo juga gak bisa paksain Alice buat balikan sama lo. Cinta itu gak mengekang, cinta itu juga gak harus memiliki, Gio... kalo udah takdir, lo cuma bisa nurut dan ngejalanin, karena takdir itu udah ada yang ngatur" ucap Nathan panjang lebar yang membuat Gio bungkam.

"Lagian, gue gak harus nge-galauin dia sampe uring-uringan di rumah segala kan? Gue harus bisa move on, lagian si ketua OSIS itu udah narik perhatian gue kok" lanjut Nathan.

"Iya deh, iya. Yang lagi galau and fall in love mah beda ya?" sindir Gio.

"Sialan lo! Heh, gue lagi ngomong serius juga, malah lo sindir-sindir! Kalo ngerasa kesindir itu jangan bales nyindir. Masa air tuba dibalas air tuba sih? Ada juga air tuba dibalas air susu noh!" protes Nathan sambil terkekeh.

"Serah lo dah! Makan dah tu peribahasa! Aduh, gue baru kemaren ada tugas peribahasa dikasih sama Pak Trisno, sekarang lo malah ngasih gue peribahasa, penuh dah otak gue sama peribahasa" balas Gio yang mengundang kekehan Nathan.

"Bagus dong otak lo penuh sama peribahasa, kan lo jadi pinter. Ups, gue lupa, lo kan emang udah dari sananya jadi pinter" sindir Nathan.

"Gitu ya lo Nath maennya! Oke! Sindir-sindiran game is on ya! Awas lo! Entar gue bales dah sampe lo puas sama tuh sindiran!" balas Gio.

"Gue kan ngomong serius Gi, gak usah dibales pake sindiran deh!".

"Serah lo! Yang serius udah bubar! Ayo masuk! Mau di parkiran aja lo?" ajak Gio ketus lalu meninggalkan Nathan yang masih tertawa di parkiran.

"Woi! Tungguin gue Gi!"

 

***

 

TBC

Haiii! Gimana cerita yang ini? Good? Good lah ya. Hehe. Jangan bosen-bosen baca cerita aku ya! Bye!

Salam hangat,

@Mella3710

How do you feel about this chapter?

0 1 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (7)
  • Mella3710

    Novel

    Comment on chapter Prolog
  • yosuyoung

    Ini novel atau buku diary?

    Comment on chapter Prolog
  • Laylilaaa

    Okeh @Mella3710

    Comment on chapter Prolog
  • Maxia848

    Semangat. Ini great. Wohoo

    Comment on chapter Prolog
  • Laylilaaa

    Keren ceritanya! Semangat

    Comment on chapter Prolog
  • Minebendita

    Keren loh! Semangat terus!

    Comment on chapter Prolog
  • dede_pratiwi

    nice story, ditunggu kelanjutan ceritanya :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Truth Or Dare
9435      1795     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Warna Rasa
13066      2288     0     
Romance
Novel remaja
Dream Space
692      429     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
Be My Girlfriend?
17648      2722     1     
Fan Fiction
DO KYUNGSOO FANFICTION Untuk kamu, Walaupun kita hidup di dunia yang berbeda, Walaupun kita tinggal di negara yang berbeda, Walaupun kau hanya seorang fans dan aku idolamu, Aku akan tetap mencintaimu. - DKS "Two people don't have to be together right now, In a month, Or in a year. If those two people are meant to be, Then they will be together, Somehow at sometime in life&q...
Luka Adia
844      516     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Bukan kepribadian ganda
9735      1889     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Anything For You
3389      1363     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
Kala Saka Menyapa
12561      2926     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Happiness Is Real
320      271     0     
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.
Irresistible
749      531     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...