PART 3
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Salsa. Sekarang Mita dan Lili pun senang sekali mengikutinya, takut-takut nanti akan terjadi sesuatu pada Salsa akibat berdekatan dengan Bara. Apalagi mantannya Bara bertebaran dimana-mana, bukan rahasia umum lagi bagi mereka.
“Kalian kenapa, sih? Aku nggak pa-pa,” keluh Salsa karena sikap kedua temannya yang sejak tadi selalu saja megikuti Salsa.
“Kita kan mau jagain lo, Sal. Kalau lo kenapa-napa, gimana?” kata Lili.
“Iya-iya, benar, tuh,” tambah Mita.
“Gue gak bakalan kenapa-napa, sekarang gue mau ke toilet, apa perlu kalian ikut juga?”
“IYA LAH!” jawab Mita dan Lili bersamaan.
“Kalian nyebelin lama-lama,” kata Salsa.
“Kita tuh sahabat yang baik. Lagian kita juga nggak pa-pa masuk ke toilet, jenis kelamin kita sama.”
“Kalian tuh, ya! Serah, deh,” kata Salsa yang semakin jengah dengan sikap kedua sahabatnya itu.
“KITA IKUT!” kejar mereka berdua pada Salsa yang saat itu langsung meninggalkan Mita dan Lili.
“Kalian tunggu di sini aja. Nggak bakal terjadi apa-apa. Tenang! Oke?” seru Salsa. Akhirnya tidak ada yang bisa dilakukan oleh kedua temannya itu.
Tidak sampai sepuluh menit, akhirnya Salsa keluar juga.
“Lihat, kan? Gue nggak kenapa-napa. Sekarang buruan ke kantin. Gue udah lapar,” kata Salsa. Lalu mereka berjalan bersama menuju kantin.
“Kalian duduk di sini, gue pesanin kalian makanan. Seperti biasa, kan?” kata Salsa. Mereka selalu saja memesan makanan yang sama dari hari sebelumnya. Seperti tidak ada rasa bosan dengan makanan itu.
Salsa pun juga seperti itu. kebiasaan Salsa ada memesan mie rebus yang super pedas. Untung saja perutnya tidak terlalu sensitif, jadi Salsa masih sanggup untuk melahap mienya.
“Bu, satu mie rebus yang pedas banget, satu mangkuk bakso, sama nasi goreng, ya, Bu. Minumnya es jeruk aja tiga gelas. Diantar ke meja ujung sana ya,” pesan Salsa sambil menunjukkan letak mejanya.
Lalu Salsa berbalik dan tiba-tiba bertemu dengan Dilla. Jangan heran, Dilla memang satu sekolah dengan Salsa, mereka hanya berbeda satu tahun dengan Salsa.
Salsa dan Dilla tidak pernah berangkat ke sekolah bersama, karena Dilla selalu saja dijemput oleh Raymon, kekasihnya. Salsa pun tidak enak jika harus menumpang pada Raymon. Dilla memang tidak menyukai Bara, karena mereka teman satu angkatan.
Dilla dan Bara pun dulu juga pernah berada dalam satu tim lomba yang sama dengan Bara. Makanya ia sangat hapal sekali bagaimana sikap Bara.
“Kak Dilla.”
“Lo tadi pagi jadinya berangkat sama Bara?” tanya Dilla saat itu.
Salsa hanya diam saja. “Ikut gue,” kata Dilla sambil menarik tangan adiknya itu.
“Kak Dilla, sakit.”
“Jawab pertanyaan gue,” kata Dilla.
“Iya, Kak. Salsa tadi pagi berangkat sama Kak Bara.”
“Gue kan udah kasih tau ke lo, jangan dekat-dekat sama Bara.”
“Iya, Kak.”
“Lo dari kemarin bilang iya-iya aja. Tapi buktinya lo tetap berdekatan dengan Bara, lo berangkat ke sekolah bareng sama dia,” kata Dilla gregetan. Kenapa sih Salsa susah sekali dibilangin?
“Tapi, Kak Bara baik sama Salsa, Kak.”
“Awalnya aja, kalau dia udah nemuin yang baru, lo bakal ditendang dan dilupain. Lo harus ingat perkataan gue yang ini,” peringat Dilla.
“Kalau Kak Bara baik sama Salsa, Salsa gak punya alasan buat jauhin dia,” kata Salsa.
“Mending dari sekarang lo pagarin hati lo buat dia, sebelum dia bikin lo nyaman dan malah ninggalin dia,” ujar Dilla.
“Kak Dilla...,” lirih Salsa.
“Bara itu badboy, playboy juga. Walau dia pintar, tapi lo harus ingat dia itu seperti apa. Mantannya banyak, mungkin sekarang nggak cuma lo aja yang didekatin sama dia. Mungkin masih ada banyak cewek yang ada di posisi lo saat ini. Cuma jadi ‘mainan’ dia doang. Sorry kalau gue keterlaluan,” kata Dilla. Sebenarnya dia tidak mau bicara sekasar ini sama Salsa. Tapi ini satu-satunya cara agar Salsa sadar.
“Kan itu baru kemungkinan. Masih ada harapan buat dia berubah, kan?” balas Salsa.
“Salsa! Kok lu babal banget sih dibilangin. Diantara semua kemungkinan itu, masih ada kemungkinan juga buat dia nggak berubah, kan?” balas Dilla.
“Maaf, Kak.” Salsa lalu meinggalkan Dilla. Dilla tidak habis pikir, kenapa adiknya keras kepala sekali?
Salsa pun kembali ke mejanya, namun di sana ia melihat Bara dan juga Vino sedang duduk di meja yang sama dengannya. Di sana masih ada Mita dan Lili juga.
Lalu Salsa pun memantapkan hatinya. Ia harus berbuat baik pada orang yang baik dengannya juga. Masalah nanti apa yang terjadi, itu sudah menajdi risikonya.
“Eh, Salsa, dari mana aja?” kata Bara begitu melihat Salsa.
“Tadi habis pesan makanan, Kak,” kata Salsa.
Lalu Bara hanya mengangguk-angguk aja.
Setelah itu pesanan mereka pun datang. Salsa sudah tidak tahan melihat mie pedas yang dipesannya. Rasanya ia ingin segera memakannya. Tidak perduli seberapa pedas. Dia ingin meluapkan semuanya. Kenapa Kak Dilla jadi menceramahinya seperti tadi?
Salsa terus melahap mienya. Mita dan Lili yang melihatnya pun jadi takut. Bagaimana bisa Salsa bisa memakan mie sepedas itu.
“Sal, pelan-pelan dong kalau makan. Lo nggak kepedasan?” kata Mita.
“Kan ada minum,” balas Salsa.
“Lo nggak sayang sama perut lo?” tambah Lili.
“Sayang, kok. Tapi untungnya perut gue masih pengertian,” balas Salsa.
Bara dan Vino pun masih saling tatap. Apa benar ini Salsa yang dikenalnya?
Tak lama kemudian, Salsa pun kepedasan. Mita dan Lili jadi panik. Salsa tidak pernah sepedas ini memakan mienya. Biasanya ia selalu bisa mengontrol rasa pedasnya.
“Hwaah. Hwaah. Pedasss!” jerit Salsa.
“Lo susah dibilangin sih. Minum lo udah habis. Bentar gue pesanin lagi.”
“Hwah. Hwah. Cepatt. Gak tahan gue.” Salsa masih merasa kepedasan, Lili yang di sana terus mengipas-ngipas ke arah Salsa, seakan angin dari tangannya itu bisa membuat sedikit rasa pedas pada Salsa menghilang.
“Nih, minum punya gue. Ntar pulang sekolah, kita pulang bareng,” kata Bara saat memberikan minumnya pada Salsa, lalu pergi begitu aja diikitu oleh Vino.
“Sal,” panggil Lili.
“Minum, Li. Minum,” kata Salsa.
“E-Eh iya! Ini minum,” kata Lili sambil memberikan minumnya Bara pada Salsa.
Sekarang apa yang harus dilakukan oleh Salsa? Apakah ia akan tetap pulang bersama Bara?
Bagaimana jika nanti Dilla mengetahuinya dan malah makin marah pada Salsa? Salsa tidak mau berantem hanya karena masalah seperti ini. Apalagi berantem dengan Dilla.
Menurut Salsa, walaupun Dilla sangat cuek kepadanya, tapi Slasa tahu kalau Dilla sangat menyayangi Salsa dan selalu ingin melindungi adiknya itu.
TBC