PART 2
Akhirnya Mita, Lili dan Salsa pun pulang bersama. Tanpa mereka sadari, Bara pun mengikuti mereka, ehm maksudnya hanya Salsa.
Saat Salsa turun dari angkot dan berjalan kaki ke arah rumahnya, ia merasa aneh. Seperti ada yang memantaunya. Salsa takut. Bagaimana jika ada orang yang ingin berniat jahat kepadanya. Akhirnya Salsa mempercepat langkah kakinya.
Tanpa diduga, Bara yang sedang menaiki motor langsung mengendarai motornya untuk mengejar Salsa. Sebenarnya Bara hanya ingin tahu di mana rumah Salsa, adik kelas yang disukainya itu.
Salsa terkejut begitu Bara muncul di hadapannya.
"Naik," ucap Bara sambil memeberikan aba-aba kepada Salsa untuk mengikutinya.
"Kak Bara," panggil Salsa.
"Gue bilang naik, ya naik."
"Gak usah, Kak. Udah mau sampe rumah." Salsa menolak dengan lembut.
"Gue anterin sampe rumah lo. Buruan naik." Bara merasa gregetan dengan Salsa. Apa susahnya sih menuruti keinginan Bara?
Akhirnya Salsa mengalah, ia mengikuti keinginan Bara. Salsa berjalan ke arah Bara dan menaiki motor Bara.
"Pegangan kalau lo nggak mau jatuh," kata Bara. Padahal itu hanya alibi saja agar Salsa bisa lebih dekat denganya.
"Eh?"
"Ya udah kalau lo gak mau."
Setelah itu Bara langsung menambah kecepatan motornya. Refleks Salsa pun memegang jaket yang dikenakan oleh Bara.
"Rumah lo di mana?" tanya Bara.
"Lurus aja, Kak. Nanti ada rumah pagar coklat, berhenti aja di situ," kata Salsa yang direspon anggukkan oleh Bara.
Di belakang helm, Bara sudah tersenyum riang. Sekarang pun ia bisa lebih dekat dengan gadisnya.
"Itu rumah lo?" ujar Bara saat melihat rumah dengan ciri-ciri yang disebutkan Salsa.
"Iya, Kak."
Bara pun berhenti di sana. Setelah itu Salsa segera beranjak turun dari motor Bara. Ia merasa tidak nyaman saat dibonceng oleh Bara.
“Makasih, Kak,” ujar Salsa gugup. Sebelumnya Salsa tidak pernah berdekatan dengan kakak kelasnya.
Lalu kedatangan Bara seperti merubah semuanya.
“Iya, sama-sama. Lo buruan masuk gih,: ujar Bara. Lalu Salsa hanya mengangguk.
Ada perasaan aneh dalam diri Salsa. Apakah semua cerita yang diucapkan oleh Widya dan Vino itu benar?
“Lo pulang diantar siapa itu, Dek?” Suara perempuan yang sejak tadi mengawasi Salsa itu pun menginterupsi langkah Salsa.
“Teman, Kak,” kata Salsa pada Dilla, kakaknya.
“Bara?” telak Dilla.
Siapa sih yang tidak mengenal Bara dengan segala kenakalannya? Dilla dan Bara pernah satu tim dalam acara olimpiade juga. Bara nakal, tapi dia pintar. Mungkin itu nilai lebih dari seorang Bara.
“Iya, Kak Dilla.”
“Gue peringatin sama lo aja, lo jangan terlalu dekat sama Bara. Dia tuh cowok gak baik. Suka mainin cewek. Gue juga gak nggak mau kalau lo malah jadi sasaran dia selanjutnya. Repot gue kalau harus berhadapan sama orang yang udah patah hati,” cerca Dilla.
“Kak Dilla salah paham. Salsa sama Kak Bara nggak ada apa-apa, jadi Kak Dilla tenang aja,” balas Salsa. Mungkin sekarang, Salsa memang tidak ada perasaan apa-apa. Tapi siapa ang tahu jika ke depannya justru Salsa malah memiliki perasaan pada Bara.
“Terserah lo, di sekolah aja lo nggak tau kelakuan dia, karena lo emang tertutup. Jangan mudah baper kalau langsung didekatin cowok gitu aja,” kata Dilla saat itu.
“Iya, Kak. salsa tahu. Salsa ke kamar dulu, mau mandi.”
Kemudian Salsa melangkah menuju kamarnya. Sejujurnya sejak tadi Salsa masih memikirkan sifat Bara. Apakah benar sifat Bara seperti itu? atau karena Salsa yang memang tidak pernah memperhatikan sikap Bara di sekolah? Atau bisa saja Salsa yang terlalu baper saat diantar pulang oleh Bara tadi?
Semuanya membuat Salsa pusing sendiri. Padahal ia tidak mau memikirkan semuanya.
Salsa pun mengambil handuk dan baju ganti. Mungkin sekarang saat yang pas untuknya mandi. Menjernihkan semua pikirannya.
Ini semua karena Bara.
Hampir setengah jam Salsa menghabiskan waktunya di kamar mandi. Saat ia ingin membereskan tas sekolahnya, tak sengaja ia membaca ada noti chat dari handphonenya. Siapa yang menghubunginya?
Bara Akaash : Hai, Sa :)
Bara Akaash : Jangan lupa istirahat sama makan siang ya...
Betapa terkejutnya Salsa. Dari mana Bara bisa mendapatkan id line nya?
Selanjutnya Salsa hanya membaca chat dari Bara saja tanpa berniat untuk membalasnya.
Saat Salsa meletakkan handphonenya, tiba-tiba Dilla masuk ke dalam kamar Salsa.
“Ada apa, Kak?” kata Salsa.
“Dek, beneran ya , lo jangan sampai terjerat sama Bara. Pokoknya lo jauh-jauh dari dia,” kata Dilla.
“Ihhh, Kak Dilla, mah. Salsa emang nggak ada apa-apa sama Kak Bara. Dia mau ngapain juga Salsa nggak peduli.”
“Ya udah, gue pegang omongan lo. Buruan turun, udah disiapin makan siang tuh,” ujar Dilla. Salsa pun hanya mengangguk sambil mengikuti langkah Dilla keluar dari kamar Salsa.
***
Pagi ini, Dilla terus mengawasi Salsa. Siapa tahu Salsa benar-benar terjerat dengan Bara. Dilla tidak mau kalau adiknya itu disakiti oleh Bara.
Dilla buru-buru berangkat ke sekolah sementara Salsa baru saja ingin memulai sarapannya.
“Gue berangkat dulu, Dek,” kata Dilla sambil mencium kening Salsa.
“Hati-hati, Kak Dilla,” ujar Salsa.
“Iya, lo cepetan makannya, keburu lo telat. Gue berangkat bareng Raymond,” kata Dilla sambil mengambil tasnya dan meninggalkan Salsa makan di meja.
Saat Dilla keluar rumah, tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Bara. Jadi, sekarang Bara sudah melaksanakan aksinya?
“Ngapain lo ke sini?” kata Dilla pada Bara.
“Gue mau jemput Salsa. Lo satu rumah sama dia?” tanya Bara.
“Gue kakaknya Salsa. Masalah buat lo?” kata Dilla.
Sikap Dilla yang seperti itu sudah bisa dibaca kalau Dilla memang sangat tidak menyukai Bara.
“Nggak, gue malah senang. Kalau Salsa adik lo, seenggaknya gue udah kenal sama kakaknya Salsa tanpa gue harus kenalan dulu,” kata Bara.
“Gue peringatin aja sama lo, awas kalau lo sampe nyakitin Salsa. Dia bukan cewek yang bisa lo rayu atau lo dekatin dengan gampang seperti mantan-mantan lo, apalagi sampe lo sakitin. Gue udah peringatin itu ke lo,” kata Dilla, ia sangat ingin menjaga adiknya.
Tapi Dilla tidak tahu, setelah ini apa yang akan dilakukan oleh Bara untuk mendekati Salsa.
Karena sudah terlalu terburu-buru, karena Raymond sudah menunggu di depan gerbang. Dilla akhirnya meninggalkan Bara.
Beberapa menit setelah itu, akhirnya Salsa pun keluar dari rumah. Tidak hanya Dilla saja yang terkejut, tapi Salsa juga.
Kenapa bisa Bara ada di depan rumahnya?
“Kak Bara,” panggil Salsa setelah menutup pintu rumahnya.
“Kak Bara ngapain di sini?” tanya Salsa.
“Jemput kamu.”
“Tapi Salsa bisa berangkat sendiri kok, Kak,” kata Salsa. Sebenarnya dia tidak nyaman jika harus dijemput seperti ini.
“Nggak pa-pa, masuk aja,” ujar Bara sambil membukakan pintu mobil untuk Bara. Tumben sekali Bara membawa mobil hari ini.
Salsa merasa tidak nyaman, akhirnya ia pun masuk ke dalam mobil.
Ia hanya mencoba untuk mencegah mencintai, karena ia takut patah hati.
Tidak ada perbincanangan yang spesifik di antara mereka. Sejak tadi, Salsa terus berkutat dengan pikirannya. Bagaimana jika satu sekolah menggosipkannya dekat dengan Bara?
Salsa tidak suka menjadi bahan pembicaraan seisi sekolah.
***
Seperti biasa, Salsa memang menjadi bahan gosipan anak satu sekolah. Banyak pasang mata yang melihat Salsa turun dari mobil Bara. Padahal sebelumnya mereka tidak mengenal siapa Salsa.
“Sal, kok lo bisa berangkat sama Kak Bara sih?” tanya Lili dengan suara cemprengnya itu. tentu saja Mita dan Lili sangat terkejut saat mendengar gosip kalau Salsa berangkat sekolah bareng.
“Panjang banget ceritanya,” kata Salsa.
“Ceritaaaaa! Pokoknya lo harus cerita,” kata Mita. Ia sejak tadi sangat penasaran sekali apa yang terjadi di antara Salsa dan Bara.
“Jadi intinya, kemarin pas gue turun dari angkot, Kak Bara itu ngikutin kita. Tiba-tiba aja dia muncul di depan gue dan nyuruh gue naik motornya. Terus dia nganter gue sampe depan rumah,” cerita Salsa.
“Terus, terus?”
“Yaa, gue nggak tahu kenapa pagi ini Kak Bara udah ada di depan rumah gue terus ngajak gue berangkat sekolah bareng.”
“Hmmm, jadi gitu.”
“Tapi-“
“Tapi apa?” teriak Mita.
“Gue ngerasa aneh deh. Kemarin Kak Bara ngechat Line gue, padahal gue gak pernah ngasih id Line ke dia, dari mana dia dapatnya?” kata Salsa.
“Eh tunggu deh! Kayak ada yang aneh.”
“Kenapa, Li?” tanya Salsa pada Lili.
“Gue barui ingat kalau kemarin Kak Bara pinjam hape gue buat cari rumus fisika pas bimbingan. Apa saat itu ya dia ngirim kontak lo ke id line dia, terus chatnya dihapus biar nggak ketahuan sama gue?” tebak Lili.
Lalu 3 pasang mata perempuan itu pun saling menatap.
“OH MY GOD!”
Teriak mereka bersamaan.
TBC