"AKU BERANGKAT!!"
Teriak Mysha berlari keluar rumahnya sambil merapikan bajunya yang masih diluar rok sekolahnya. Setelahnya ia berlari menuju rak sepatu dan tergesah-gesah memasang sepatunya. Baru juga akan membuka pintu Ibunya terlebih dahulu datang dan menghentikan langkahnya.
"Mysha sarapan dulu!"
"Besok saja Ibu aku sudah terlambat! Keadaanku terancam nih bu, kalau begitu aku pergi dulu ya Ibu"
Mysha kemudian berlari hingga tak terlihat oleh Ibunya yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat putri kesayangannya. Sepertinya ide bagus untuk mulai sekarang tak membangunkan putrinya tersebut setiap pagi.
"Aduuhh aku sudah sangat terlambat! bagaimana ini?!"
Kata Mysha sambil berlari sekuat tenaga namun saat akan berbelok Mysha tak sengaja ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Akhirnya Mysha mendadak menghentikan larinya dan berjalan mundur kearah tempat dimana seseorang yang ia lihat tadi. Karena tidak terlalu melihatnya dengan baik akhirnya ia berjalan mendekati orang tersebut. Dan setelah sampai didekat orang tersebut Mysha sempat membulatkan matanya dan menatap heran kearah orang tersebut.
“Kak Gilang sedang apa?"
Gilang yang sedang menyandarkan badannya ketembok sambil menundukkan kepalanya akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap orang yang sedang bertanya didepannya. Saat melihat orang itu secara refleks Gilang tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Mysha gemas. Mysha yang diacak-acak rambutnya hanya diam sambil terus menatap Gilang yang sedang tersenyum kearahnya namun dengan sorot mata yang sangat sedih.
"Kau sendiri?"
Mysha yang mendengar pertanyaan Gilang sekarang berpose berfikir. Membuat Gilang hanya terkekeh kecil melihatnya. Sepertinya gadis didepannya ini benar-benar pelupa.
“Hmm...apa yaa, yang kulakukan disini? Sepertinya ada sesuatu yang mendesak deh tadi?”
“Sepertinya gerbang sekolah sudah tertutup ya?”
Mendengar perkataan Gilang membuat Mysha berhenti berfikir dan sekarang menatap Gilang yang sedang tersenyum lembut padanya. Ia kemudian mengangkat lengannya berniat untuk memastikan waktu menunjukkan pukul berapa sekarang. Saat melihat sekarang sudah jam berapa barulah Mysha sadar bahwa dia sudah sangat terlambat.
"HAAA.... AKU TERLAMBATTT!!AKU BISA DIHUKUM KALAU BEGINI, MATI AKU! KALAU BEGITU AKU PERGI DULU YA KAK GIL... "
Teriak Mysha panik membalikkan badannya dan berniat untuk pergi namun perkataan dan gerakannya harus terhenti saat seseorang dari arah belakang memeluknya erat seakan tak membiarkannya untuk menjauh darinya.
Degghh
Semuanya seakan terhenti saat Gilang tiba-tiba memeluknya dari arah belakang.
"Kak Gilang..."
"Tetaplah bersamaku. Kumohon tetaplah bersamaku!! "
Kata Gilang lirih. Mysha sempat membeku merasakan hembusan nafas Gilang di tengkuknya. Entah apa yang membuat pemuda dibelakangnya terlihat sangat lemah dan sangat frustasi. Sepertinya pemuda itu sedang membutuhkan seseorang jadi untuk saat ini ia biarkan Gilang memeluknya. Lama dengan posisi itu akhirnya Mysha mulai memberanikan diri untuk berbicara setelah mengingat bahwa mereka sekarang sudah terlambat.
"Tapi Kak kita usdah terlambat, Kakak tidak takut dihukum?"
Gilang yang mendengar perkataan Mysha barusan tertawa sambil dengan perlahan-lahan melepaskan pelukannya membalikkan badan Mysha membuat mereka saling berhadapan dengan jarak yang bisa dibilang sangat dekat, Mysha yang melihat senyuman Gilang dari dekat membuat wajahnya merah merona, tak bisa dipungkiri wajah Gilang tak kalah tampan dari wajah Pak Adrian. Membuat Mysha hanya bisa menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang sedang merona.
Masih Setia memandang wajah salah tingkah Mysha menjadi gemas saat ia dapat melihat wajah merona Mysha membuatnya kemudian terkekeh dan kembali mengacak-acak rambut Mysha.
"Kau pikir sekarang sudah jam berapa? Kau sudah terlambat dari tadi. Sebaiknya kau membolos denganku saja hari ini"
Mendengar apa yang dikatakan Gilang barusan langsung mengangkat kepalanya. Menatap heran pemuda yang sedang berdiri tepat dihadapannya ini. "Aku pasti akan dimarahi oleh Ibuku seabad penuh jika aku membolos. Eehh... tunggu dulu kenapa kakak mengajakku membolos kakak kan ketua osis yang patutnya bisa di contoh. Masa membolos. Mendingan kita kesekolah saja"
"Memang kita mau lewat mana? pagar sudah ditutup, lagi pula jika Guru melihat kita terlambat dia pasti akan menghukum kita"
"Dari pada kita tidak mengikuti pelajaran sama sekali"
"Sudalah jangan terlalu mengikuti arus. Sekali-kali tak akan membuat dunia kiamat" (jangan dicontoh yaa)
"Tapi Kak..."
"Sudahlah ikut saja, ini akan sangat menyenangkan ayo!"
Kata Gilang menghasut gadis didepannya ini sambil mengacak-acak rambut halusnya.
"Kakak suka sekali mengacak-acak rambutku. Rambutkukan jadi berantakan"
Protes Mysha pada Gilang yang hanya tersenyum kearahnya.
"Sudahla ayo kita pergi!! Dan satu lagi kau panggil saja aku Gilang tidak usah panggil Kakak akukan bukan kakakmu"
"Tapii...hmmm...baiklah jika Kakak.. Ehhh.. Maksudku kau memaksa Gilang "
"Nah itu lebih baik"
Gilang hanya tersenyum senang setelah kembali apa yang diinginkannya terkabulkan dengan cepat ia kemudian menarik tangan gadis itu kedalam genggamannya.
"Ikut denganku"
Ajak Gilang dengan santainya berjalan mendahului Mysha tanpa melepas genggamannya sehingga mau tidak mau Mysha juga harus ikut berjalan.
"Memang kita mau kemana Gilang?"
"Ikut saja"
"Bisakah kau lepaskan tanganku aku malu dipandang oleh banyak orang"
"Biarkan saja"
"Tapi.. "
"Tenang saja, anggap mereka tidak ada. "
Akhirnya Mysha pada mengalah dan membiarkan tangannya digenggam terus oleh Gilang yang berjalan didepannya.
Selama perjalanan Mysha yang berjalan dibelakang Gilang kebanyakan terus menatap punggung lebar pemuda itu atau mendunduk malu saat pikirannya mengatakan bahwa sekarang mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.
Saat sedang asyik memandang punggung pemuda didepannya tiba-tiba Gilang membalikkan badannya sehingga membuat mereka saling berhadapan dan saling memandang mata indah yang berada didepannya. Mereka sempat kaget atas kejadian yang tiba-tiba itu karena memang jarak mereka yang terlalu. Lama saling memandangi akhirnya Gilang membuka suaranya terlebih dahulu.
"Kit.. Kita sudah sampai"
Kata Gilang berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Sedangkan Mysha yang baru sadar dari keterkejutannya langsung menatap kearah belakang Gilang dimana mereka telah sampai ketempat yang dituju Gilang tadi.
"Waaaahhh...padang bunga!! Indah sekali! Aku tak menyangka kau akan membawaku kesini"
Gumam Mysha berjalan melewati Gilang menatap kagum pemandangan didepannya. Ya tentu karena tepat saat mereka datang semua bunga mekar memperindah padang yang luas tersebut. Keadaan yang masih asli dan tak ada pengunjung yang datang membuat tempat tersebut semakin indah.
"Aku sering kesini."
"Benarkah?"
"Hmm"
Mysha menolehkan kepalanya menatap Gilang yang ternyata telah berdiri tepat disampingnya sedang menatap lurus kearah padang bunga. Namun Entah mengapa Mysha melihat kedua bola mata Gilang sekarang memancarkan kesedihan didalamnya seakan ia sedang memiliki banyak masalah beda dirinya sekarang yang sangat senang setelah sampai kesini. Apa tempat ini memiliki kenangan buruk untuk Gilang? entahlah hanya Gilang yang tau.
Dan memang sedari tadi pemuda tersebut sudah terlihat sedih. Apa terjadi sesuatu dirumahnya? Sehingga membuat Gilang membolos. Jika dipikir-pikir seharusnya Gilang tidak terlambat jika saja ia tidak diam berdiri ditempat tadi mereka bertemu.
"Apa ada yang ingin kau ceritakan?"
Gilang yang mendengar pertanyaan Mysha hanya tersenyum kemudian menutup kedua matanya. Ia kaget saat gadis itu bertanya hal seperti itu. Apakah Mysha dapat membaca pikirannya. Namun ia tidak peduli akan hal tersebut sekarang ia harus senang karena gadis disampingnya mengkhawatirkannya.
"Heii....jika kau ada masalah ceritakan saja. Kau tidak sendiri"
"Hmm...aku tau...aku tau...dasar cerewet"
"Akukan hanya memberi saran! kenapa malah dibilang cerewet. Dasar!! "
Gumam Mysha lirih yang masih dapat didengar oleh Gilang yang hanya tersenyum mendengarnya sambil menikmati angin yang menerpa wajahnya serta pemandangan yang Indah didepannya. Lama mereka duduk sambil menikmati pemandangan didepannya hingga tak terasa hari sudah sore. Akhirnya Gilang memilih untuk berdiri menatap Mysha yang masih duduk menatap dirinya dengan heran. Membuat Gilang kembali tersenyum.
"Kau tidak berniat untuk bermalam disini kan?"
“Ehh...tentu saja! Aku bisa mati kedinginan jika bermalam disini. Lagipula kupikir kau belum mau pulang"
“Jadi kau masih mau bersama denganku? Ternyata aku mampu membuatmu tak bisa jauh dariku ya...Baiklah kalau begitu aku akan tetap disini sam..”
“Ihhh.. percaya diri sekali anda tuan! Siapa juga yang mau berlama-lama denganmu? Ini aku juga mau pulang kok!”
Potong Mysha dengan cepat sambil berdiri. Berjalan mendahului Gilang dan sengaja menyenggol bahu pemuda itu saat melewatinya. Membuat pemuda yang disenggol tak bisa melunturkan senyumannya. Membuat Mysha kesal ternyata asik juga.
“Baiklah, kalau begitu aku antar”
“Tidak usah, aku bukan anak kecil! Aku pulang sendiri saja”
Melihat Mysha yang masih kesal padanya membuat Gilang mempercepat langkahnya menyusul gadis yang sedang mengerucutkan bibirnya kesal.
"Katanya jika kita lewat pohon besar yang ada disana seseorang akan mendengar namanya dipanggil, namun tak ada siapa-siapa disana. sepertinya pohon itu ada penunggunya ya.."
“Karna kau memaksa, kau bisa mengantarku pulang!”
Gilang hanya mendengus mendengar ucapan Mysha yang tiba-tiba. Dan sekarang ia hanya dapat menahan tawanya saat melihat gadis disampingnya merapat kearahnya. Karangan cerita yang dibuatnya ternyata mampu membuat Mysha ketakutan.
Sekarang matahari telah terbenam digantikan oleh Bulan yang menyinari jalan raya yang dilalui oleh kedua orang yang berbeda jenis kelamin. Selama perjalanan tak ada yang ingin memulai pembicaraan hingga akhirnya Mysha angkat bicara terlebih dahulu.
"Sampai sini saja rumahku sudah dekat"
Kata Mysha menatap Gilang yang hanya diam. Tanpa berniat membalas perkataannya. Mysha heran mengapa Gilang menatapnya seperti itu namun karena perutnya sudah kelaparan akhirnya Mysha memilih untuk pamit dari pada menanyakan yang lain-lain.
"Kalau begitu aku duluan ya.. Terima kasih sudah mau mengantarku dan terimah kasih juga untuk hari ini bye.."
Lanjut Mysha pada Gilang. Saat ia akan melangkahkan kakinya pergi menjauh dari tempat dimana Gilang berdiri masih menatapnya.
"Mysha”
Pemuda itu memanggilnya sehingga membuat Mysha yang sudah membalikkan badannya kembali berbalik menatap bingung kearah Gilang yang berdiri didepannya.
"Ada apa?
"Ada sesuatu yang sudah lama ingin kusampaikan padamu sakura"
"Eehh..ada apa?"
"Sebenarnya aku mencin... "
"Mysha kau dari mana saja? "
Perkataan Gilang terpotong akibat seseorang yang tiba-tiba saja datang. Membuat Gilang hanya dapat mendecih tidak suka.
"PAK ADRIAN! Kenapa Pak Adrianku disini?"
"Aku bertanya, kau dari mana?"
"Memangnya kenapa? itu bukan urusanmu Pak!"
Bukannya Mysha yang menjawab Gilang malah terlebih dahulu menjawabnya sambil menatap Adrian dengan tajam yang ternyata sekarang juga sudah menatapnya tak kalah tajam.
"Aku tidak bertanyamu!"
"Aku hanya menjawab"
Sekarang mereka saling tatap menatap dengan tajam. Mysha yang merasa aura disekitarnya semakin menegang berusaha untuk mencairkan suasana secepat mungkin.
"Ahh.. Hehehe.. Pak Adrian tadi saya terlambat bersama Gilang jadi..."
"Kalian bolos?!!"
"Ahh.. Pak Adrian tepat sekali, lagipula kalau aku ke sekolah gerbang sekolah sudah tertutup juga, iya kan pak. Dan kami pasti akan mendapat hukuman jadi kami pilih bolos saja hehehe"
Jawab Mysha dengan polosnya membuat emosi kedua pemuda didekatnya tiba-tiba menghilang.
"Terserah"
Adrian akhirnya berjalan meninggakan kedua orang yang masih tetap berdiri ditempatnya semula.
"Jadi Gilang, apa yang ingin kau katakan tadi? "
"Ahh...aku menci.."
"Jika aku sampai duluan kerumahmu, aku menjamin jika kau akan mendapat hukuman ekstra dan Ibumu akan tau jika kau bolos hari ini"
"Eehh.. Mana bisa begitu! Pak Adrian bercanda kan!! Isshh...Gilang mungkin lain waktu kau boleh mengatakannya ya. aku dalam bahaya sekarang ini! kalau begitu aku duluan ya..bye.."
Mysha berlari meninggalkan Gilang yang sudah sangat kesal melihat tingkah Adrian. Akibat dari guru baru itu Perkataannya atau lebih tepatnya pernyataannya yang berharga dan sulit untuk diucapkan terpotong dua kali.
"Ciihh dasar pengganggu sialan"
Gumam Gilang berbalik dan berjalan menjauh dari tempat itu dengan perasaan super kesal.
ceritanya lucu bangettt...aku suka.
Comment on chapter Datangnya cinta?lanjutannya ditunggu terus