Read More >>"> Love Rain ([18]) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Rain
MENU
About Us  

Malam itu, aku duduk di atas kasur sembari menghitung angka-angka yang semakin berkurang di dalam buku tabunganku. Kuingat-ingat, ke mana perginya angka-angka itu; dua minggu yang lalu sebagian tabunganku kuberikan kepada Ibu. Akhir-akhir ini tenaga kerja Ayah jarang terpakai sehingga tak banyak uang yang didapati setiap harinya, mau-tak-mau aku pun turut membantu kebutuhan mereka.

Aku menghela napas panjang, lalu berbaring di atas kasur. Rasanya ada sesuatu yang menumpuk di dadaku sehingga terasa sesak. Kedua bahuku pun rasanya seperti ditindih oleh beras karung. Aku terbebani.

Selama merasakan beban yang menindih jiwaku, ponselku bergetar. Dengan malas, aku meraba tanganku di samping kepala, lalu membaca sebuah pesan masuk. Sudut bibirku seketika tertarik saat tahu siapa si pengirim pesan tersebut.

Si Tampan Dari Gunpo: Kau sudah tidur?

Kuingat saat ia meminta nomor teleponku. Kuserahkan ponselku padanya agar ia dapat menyimpan nomor teleponnya di kontak ponselku, begitu sebaliknya. Di kontaknya, kuberi nama ‘Han Yuna’ pada nomor teleponku. Sewaktu kulihat nama pada nomor teleponnya di kontakku, aku tak menyangka ia akan mengetiknya dengan kata-kata ‘Si Tampan Dari Gunpo’. Agak narsis juga, pikirku. Tapi, toh, tak masalah. Pemuda itu memang Si Tampan yang berasal dari Gunpo.

Aku pun membalas pesannya. Perasaan terbebani kini telah berganti dengan perasaan gembira.

Aku: Belum. Kau?

Si Tampan Dari Gunpo: Aku juga. Boleh aku meneleponmu?

Aku: Boleh.

Baru sedetik pesanku terkirim, panggilan masuk dengan nama Si Tampan Dari Gumpo kini terpampang di layar ponsel. Cepat-cepat aku menekan ikon berwarna hijau, lalu menempelkan layar ponsel di telinga kiri. Kini, aku sudah duduk tegap di atas kasur.

[Halo… Yuna-ya….]

Bahkan dalam waktu setengah hari saja, ia telah berganti memanggilku dari ‘Yuna-ssi’ menjadi ‘Yuna-ya’. Diam-diam aku tersenyum.

“Ya, Ahn Tae Young-ah…”

Dari seberang sana, aku mendengar ia terkikik. [Mengapa kau belum tidur?]

“Belum bisa tidur. Kau sendiri?”

[Ini sudah pukul satu malam dan kau belum bisa tidur?] kagetnya. [Ada banyak tugas kuliah yang akan dikumpulkan besok, maka dari itu aku belum bisa tidur… lebih tepatnya belum boleh tidur.]

“Yah, ada hari di mana aku susah tidur.” Aku pun terkekeh. “Dan kau meneleponku di saat kau sedang mengerjakan tugas kuliahmu? Bukankah itu sama saja dengan kau membuat waktu tidurmu semakin berkurang. Kau seharusnya mengerjekan tugas kuliahmu ketimbang meneleponku.”

[Apa yang kau lakukan sekarang?] tanyanya. [Aku butuh semacam hiburan atau penyemangat agar aku bisa mengerjakan tugas kuliah dengan lancar. Sekarang aku tak bisa memikirkan apa-apa.]

“Aku hanya termenung saja.” Aku menyipitkan mata, meskipun aku tahu ia tak bisa melihatku. “Jadi, kau butuh aku sebagai hiburan atau penyemangatmu agar kau bisa mengerjakan tugas kuliahmu dengan lancar, begitu?”

Di seberang sana kudengar ia terkikik lagi. Lalu bergumam, [Mengapa sih kau termenung di jam segini.] Ia pun menjawab pertanyaanku. [Kurang lebih begitu.]

“Memangnya kau ingin aku melakukan apa… Oh, asalkan jangan yang aneh-aneh, ya.”

Ia lagi-lagi terkikik. [Memangnya aku terdengar seperti ingin meminta yang aneh-aneh?]

Aku mengangkat bahu. “Ya, seperti itu.”

Kini, ia terkekeh. [Aku ingin mendengar nyanyianmu.]

“Oh, ayolah. Jangan yang satu itu.”

[Lalu, apa?]

Aku terdiam sejenak, “Memberimu semangat dengan menyerukan ‘Fighting’, barangkali.”

Dan aku selalu mendapatkan responnya dengan tertawa. [Itu pun kakekku bisa melakukannya. Kecuali kalau kau menari-nari ala cheerleader dengan membawa pom-pom di kedua tanganmu, itu boleh juga.]

Sekarang, malah aku yang tertawa. “Aku tak bisa melakukan itu.”

[Kalau begitu, menyanyilah untukku.]

“Aku bisa mengganggu tetangga bila bernyanyi.”

[Memangnya kau selalu menyanyi dengan suara keras?]

“Tidak juga… Hanya… sudah kukatakan tadi, kalau aku bernyanyi hanya di kamar mandi saja.”

[Astaga… Mengapa harus di kamar mandi?]

“Karena bila aku berada di kamar mandi dan bernyanyi di sana, nyanyianku akan terdengar seperti nyanyian Beyonce.”

Ia tertawa. [Bila aku bernyanyi di kamar mandi, nyanyianku akan terdengar seperti nyanyian Michael Jackson, begitu?]

Aku terbahak. “Mana aku tahu.”

[Ya sudah, aku akan menunggumu bernyanyi sampai kau masuk ke dalam kamar mandi.]

“Aku sedang tidak ingin ke kamar mandi sekarang.”

[Besok pagi, saat kau akan pergi mandi. Aku akan meneleponmu kembali.]

Aku terkekeh. “Memangnya kau tahu jam berapa aku akan pergi mandi?”

[Maka dari itu, kau harus memberitahuku… Entah kenapa aku terdengar seperti om-om mesum… Tapi, kau bisa bernyanyi sebelum kau benar-benar mandi.]

“Lalu, bila kuberitahu, kau akan bergadang sembari membiarkan tugas-tugas kuliahmu terbengkalai karena kau menungguku mandi pagi, begitu?”

[Aku akan menyelesaikan tugas kuliahku lebih cepat, lalu tidur. Kan, aku sudah kembali bersemangat karena menunggu kau akan menyanyikanku sebuah lagi pagi nanti.]

“Baiklah, baiklah. Pukul tujuh.” Kataku.

[Aku harus menyetel alarm pukul tujuh pagi.]

Aku tertawa mendengarnya.

[Aku pikir kau harus segera tidur, karena besok kau akan bernyanyi untukku.] Ujarnya, sebelum memutuskan telepon. [Good bam, Yuna-ya.]

Aku tak bisa berhenti tersenyum. “Ya, good bam.”[]

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
A promise
507      320     1     
Short Story
Sara dan Lindu bersahabat. Sara sayang Raka. Lindu juga sayang Raka. Lindu pergi selamanya. Hati Sara porak poranda.
The Yesterday You
311      219     1     
Romance
Hidup ini, lucunya, merupakan rangkaian kisah dan jalinan sebab-akibat. Namun, apalah daya manusia, jika segala skenario kehidupan ada di tangan-Nya. Tak ada seorang pun yang pernah mengira, bahkan Via sang protagonis pun, bahwa keputusannya untuk meminjam barang pada sebuah nama akan mengantarnya pada perjalanan panjang yang melibatkan hati. Tak ada yang perlu pun ingin Via sesali. Hanya saja, j...
The Secret Of Donuts
1147      714     9     
Fantasy
Masa lalu tidak dapat dibuang begitu saja. Walau, beberapa di antara kita berkata waktu akan menghapusnya, tapi yakinkah semuanya benar-benar terhapus? Begitu juga dengan cinta Lan-lan akan kue donat kesukaannya. Ketika Peter membawakan satu kue donat, Lan-lan tidak mampu lagi menahan larangan gila untuk tidak pernah mencicipi donat selamanya. Dengan penuh kerinduan, Lan-lan melahap lembut kue t...
Waktu Awan dan Rembulan
3273      1783     16     
Romance
WADR
Light in the Dark
1571      672     3     
Romance
Di Hari Itu
419      296     0     
Short Story
Mengenang kisah di hari itu.
ketika hati menentukan pilihan
306      234     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
I Can't Fall In Love Vol.1
2239      885     1     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Aku Mau
9752      1838     3     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.
Cinta Dalam Diam
687      445     1     
Short Story
Kututup buku bersampul ungu itu dan meletakkannya kembali dalam barisan buku-buku lain yang semua isinya adalah tentang dia. Iya dia, mungkin sebagian orang berpendapat bahwa mengagumi seseorang itu wajar. Ya sangat wajar, apa lagi jika orang tersebut bisa memotivasi kita untuk lebih baik.