Kakeknya pun bergerak menuju phonograph sembari meminta Ahn Tae Young mengambil jus jeruk di dapur, pria tua itu tampak tak sabaran untuk memutar piringan hitam tersebut. Begitu, Ahn Tae Young pun bergegas pergi ke dapur.
Usai pria tua itu menyetel piringan hitam ke phonograph, lantunan musik yang mengembirakan membubung ke atas, lalu merayapi udara di sekitar. Sesaat kemudian, pria tua itu memejamkan mata. Masih berdiri di depan phonograph, ia mendengarkan suara dari benda berbentuk bunga terompet itu dengan kepala terangguk-angguk pelan bersamaan dengan bibir yang melengkung. Ia seakan tenggelam dalam lantunan musik itu, amat menghayati.
“Yuna-ssi,” panggilnya. Matanya masih tertutup.
Aku kaget ia menyebut namaku. Barangkali ia terganggu karena aku terus menatapnya.
“Kau tahu apa itu nostalgia?” tanyanya.
Dalam hati, aku merasa lega. Lalu, aku pun menjawab dengan agak ragu-ragu. “Rindu? Kerinduan terhadap kenangan yang menyenangkan, barangkali.”
Ia mengangguk, senyum semakin mengembang di wajahnya. “Saat ini aku sedang bernostalgia. Lagu ini yang diberi judul My One & Only Love mengingatkanku akan kenangan bertemu neneknya Tae Young untuk pertama kalinya.”
Jadi, aku pun mendengarkan celotehan pria tua itu.
“Kala itu hujan deras dan aku terjebak di sebuah kafe.” Kisahnya. Pria tua itu pun membuka matanya, menatap lurus ke pekarangan. Senyumnya masih tak mau luntur di wajahnya. “Bila hujan, kafe itu agak sepi. Aku yang sedang duduk di bangku tempat biasa kududuki sembari menunggu hujan gampang sekali merasa bosan, terlebih kafe itu terasa sunyi.
“Tak lama, seakan tahu bahwa aku perlu hiburan, piano milik kafe yang hampir-hampir tak pernah dimainkan, mendadak berbunyi. Aku pun tanpa sadar mencari lantunan nada yang lembut nan bersemangat itu. Memang benar lantunan itu dari piano milik kafe. Tapi, siapa wanita yang sedang menari-narikan jemarinya di atas tuts-tuts piano itu? Pikirku. Jadi, dengan rasa penasaran, aku pun beranjak dari tempat duduk dan mendekatinya.”
Ahn Tae Young kembali ke ruang bersantai bersama nampan yang berisi sebotol air berwarna oranye dan tiga gelas kaca. Ia meletakkan nampan di atas meja pendek, lalu duduk di sampingku.
“Pasti Kakek sedang bernostalgia, ya?” katanya, seakan hal itu sudah sering ia dengar.
Aku pun mengangguk. Begitu, pemuda itu juga ikut mendengarkan.
“Saat melihat wajah wanita itu, yang mana sedang menghayati setiap tuts yang ia ketuk, aku langsung jatuh hati padanya. Berikut dengan alunan nada yang ia buat. Sadar jika aku menghampirinya, ia membuka mata. Tanpa menghentikan jemarinya yang menari-nari, ia tersenyum—kala itu, siapa pun yang melihatnya tersenyum, pasti akan jatuh hati padanya. Ia pun bertanya padaku, ‘Ada apa?’. Aku pun menjawab dengan gugup karena melihat wajahnya yang terlalu cantik, ‘Hanya bertanya saja, lagu apa yang kau mainkan ini?’. Ia pun menjawab, ‘My One & Only Love’. ‘Oh, aku tak tahu lagu itu’, kataku secara jujur. ‘Kau tak tahu?’ ia terkaget, namun wajahnya masih tetap cantik. Sekali lagi aku menggeleng. Ia pun menghentikan jemarinya, lalu beranjak dari kursi piano. Kuperhatikan ia yang melangkah dengan anggun menuju salah satu kursi, diambilnya sesuatu dari dalam tasnya.”
Aku dan Ahn Tae Young masih setia mendengarkan kisah perjalanan cinta milik pria tua itu.
“Ia menolehku, ‘Kemarilah’, pintanya. Jadi aku pun menghampirinya. Benda yang ia pegang itu berbentuk persegi dan tipis, sampul benda itu bertuliskan Chick Corea: Now He Sings, Now He Sobs. Diserahkannya benda itu kepadaku, ia berkata bahwa itu adalah piringan hitam. Ia pun beralasan memberiku benda itu, agar aku tahu musik macam apa yang ia sukai.
“Tatkala hujan telah reda, ia pun bergegas menyampir tasnya di bahu dan akan pergi. Karena hal sekecil itu telah membuatku semakin jatuh hati padanya, aku pun menghentikannya. Kumintai nomor teleponnya. Siapa sangka setelah itu kami bisa menjadi sepasang suami-istri.”
Pria tua itu pun mengakhiri ceritanya yang romantik itu dengan tersenyum. Aku bisa merasakan betapa bahagianya ia saat sedang menerawangi masa lalunya.[]
i love rain too
Comment on chapter [2]