Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Rain
MENU
About Us  

Esok paginya, aku bangun terlalu awal karena terus mengingat janji kencanku dengan Ahn Tae Young. Di kamar mandi, aku terlalu lama membersihkan diri. Memilih pakaian pun tak cukup setengah jam. Hal itu, membuatku menyayangi mengapa toko pakaian tak buka dua puluh empat jam saja, karena seharusnya tadi malam aku pergi ke sana dan membeli pakaian yang bagus untuk kencan hari ini—aku mengingat ini setelah berpisah dengan Ahn Tae Young di stasiun kereta bawah tanah dan saat itu jam sudah menunjukkan pukul dua belas, yang mana toko-toko pakaian tak mungkin masih buka.

Selama ditemani dengan lagu Summer Night You and I milik Standing Egg yang mengudara dari pengeras suara ponselku, satu per satu pakaian bagusku dari dalam lemari kukenakan, berkaca sejenak, seakan sedang menilai pakaian itu di tubuhku, apakah cocok atau tidak. Bila pakaian itu tak cocok di tubuhku, aku akan menggantinya dan mencoba pakaian yang lainnya.

Pada akhirnya, long sleeve merah jambu dan rok pendek denim yang memiliki empat kancing tersusun menurun di tengahnya menjadi pilihanku. Ujung long sleeve sengaja kumasukkan ke dalam rok agar tampak lebih modis. Aku pun berputar-putar sejenak, memeriksa belakang pakaianku melalui cermin. Usai itu, aku tersenyum puas.

Secepatnya aku mengambil kotak rias di atas rak. Aku mendandani wajahku di depan cermin. Kurasa pun, hari ini adalah hari terlama aku berdandan karena aku mendandani diriku dengan amat hati-hati. Aku takut bila bedak di wajahku tak rata, atau garis mata yang kubuat sendiri ini akan jelek karena terburu-buru.

Di sela-sela aku berdandan, aku menyempatkan diri untuk melihat jam di layar ponselku. Lagu Summer Night You and I masih setia mengalun dan kupikir ini sudah keduapuluh kalinya lagu itu diputar di ponselku. Oh, sekarang sudah pukul sembilan lewat dua puluh lima!

Jadi, aku segera menghentikan acara merias wajah saat dirasa sudah pas. Aku pun merapikan rambut, lalu mengambil tas selempang berwarna krem. Saat di depan pintu dan akan memakai alas kaki, kupilih flat shoes, karena kupikir kakiku akan cepat lelah bila mengenakan wedges dan aku tak ingin mengganggu acara kencanku dengan Ahn Tae Young hari ini hanya karena harus berhenti di setiap waktunya untuk mengistirahatkan kakiku.

Sembari tersenyum ringan, aku pun keluar dari bangunan goshiwon. Aku berjalan beberapa menit menuju stasiun kereta bawah tanah. Sesampainya di sana, aku telah ketinggalan kereta. Hal itu membuatku harus menunggu kereta selanjutnya datang. Seraya duduk di bangku peron, aku memeriksa jam di arlojiku. Sudah hampir pukul sepuluh! Ya ampun, kereta selanjutnya bahkan akan datang sepuluh menit lagi. Sudah dipastikan aku akan sampai di tempat janjian kami lewat dari pukul sepuluh.

Agar aku tak merasa begitu bersalah dengan Ahn Tae Young karena harus menungguku, aku pun langsung mengiriminya pesan singkat.

Aku: Tae Young-ah, maafkan aku. Aku datang agak telat. Sekarang aku sedang menunggu kereta selanjutnya tiba.

Beberapa detik kemudian, pesan dibalas oleh pemuda itu.

Si Tampan Dari Gunpo: Tak apa. Aku juga sedang menuju toko kopi. Oh ya, di luar sedang hujan. Kau bawa payung?

Aku: Sedang hujan? Aku tidak membawa payung.

Si Tampan Dari Gunpo: Ya ampun, seharusnya aku mengembalikan payungmu tadi malam! Aku akan kembali ke stasiun untuk menunggumu.

Aku: Tidak usah. Aku bisa menyusulmu kok. Kau tunggu saja di sana.

Ahn Tae Young pun tak lagi membalas pesanku. Aku hanya bisa menghela napas pendek, tak habis pikir dengan apa yang ia lakukan. Ia pasti sudah menungguku di stasiun selanjutnya. Pemuda itu terlalu baik, begitulah. Dan memikirkan itu, pipiku rasanya terpanggang, sudut bibirku serta-merta tertarik. Aku pun amat menyukai semua perlakuannya itu terhadapku.

Aku mengangkat pinggang dari bangku saat tahu kereta datang dan masuk ke dalam salah satu gerbong. Selama kereta bergerak, aku menerka-nerka tentang ucapannya tadi malam. Katanya, ada yang ingin ia katakan padaku dan itu sudah sangat lama ingin ia sampaikan. Jadi, kata-kata apa itu? Mengapa harus mengatakannya di hari ini… hari kencan kami? Apakah itu kata-kata yang termasuk ke dalam pernyataan…

Oh, ya ampun! Mengapa aku senang sekali berkhayal? Tapi… memangnya kata-kata apalagi yang ingin ia ucapkan selain kata-kata yang kumaksud itu. Ia bahkan mendadak mengajakku pergi kencan. Ya, kencan.

Aku tak bisa berhenti menahan degupan di jantungku, bersama pipi yang bersemu dan senyum yang berusaha kusembunyikan dari orang-orang di sekitarku. Jantungku bahkan semakin berdegup kencang setelah kereta mengantarkanku ke tempat persinggahan, ujung-ujung jemariku terasa sejuk saat menjejakkan kaki di peron. Aku pun berhenti sejenak di dekat bangku stasiun, pandanganku segera menyapu sekitar, mencari sosok pemuda manis yang katanya akan menungguku di sini. Tapi aku sama sekali tak menemukan sosok itu.

Barangkali ia menunggu di luar stasiun, oleh karena itu aku pun segera mungkin keluar dari stasiun. Aku kembali mencarinya di bawah atap halaman stasiun ini. Di seberangku hujan mengguyur permukaan bumi. Aku masih tak menemukannya. Ke mana ia sebenarnya? Apa ia tak jadi menungguku di sini? Oh, ya, mungkin Ahn Tae Young ada mengirimiku pesan singkat, memberitahuku tentang alasan ia tak jadi menungguku.

Namun, saat aku memeriksa ponsel, tak ada satu barang pun pesan yang masuk. Kucoba mengirimi ia beberapa pesan, dan aku tak mendapatkan balasan darinya. Aku bahkan sempat meneleponnya, nomor teleponnya tak aktif. Sejenak aku terdiam, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Ahn Tae Young.

Apa mungkin ponselnya kehabisan baterai dan ia sedang menungguku di toko kopi itu sekarang karena menuruti isi pesan singkat terakhir dariku?

Tanpa berpikir panjang lagi aku meninggalkan halaman stasiun, membiarkan tubuhku digempur hujan. Aku tak ingin membuat pemuda itu menungguku terlalu lama. Kulewati beberapa gang kecil menuju ke toko itu sebagai jalan pintas dengan berlari. Aku pun sampai ke toko tersebut dengan keadaan basah. Dari luar jendela toko, keadaan di dalam sana tampak sepi. Hanya ada beberapa pengunjung di sana, serta dua orang pelayan. Di antara orang-orang yang ada di sana, aku sama sekali tak melihat Ahn Tae Young.

Untuk memastikannya, aku langsung masuk ke dalam toko. Sambil berjalan mendekati konter, pandanganku menyapu sekitar ruangan. Namun, tak satu pun kursi yang ditempati Ahn Tae Young.

Oh, Ahn Tae Young. Ke mana perginya kau?[]

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Survival Instinct
291      242     0     
Romance
Berbekal mobil sewaan dan sebuah peta, Wendy nekat melakukan road trip menyusuri dataran Amerika. Sekonyong-konyong ia mendapatkan ide untuk menawarkan tumpangan gratis bagi siapapun yang ingin ikut bersamanya. Dan tanpa Wendy sangka ide dadakannya bersambut. Adalah Lisa, Jeremy dan Orion yang tertarik ketika menemui penawaran Wendy dibuat pada salah satu forum di Tripadvisor. Dimulailah perja...
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
1731      804     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
Glad to Meet You
314      241     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
492      352     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
KESEMPATAN PERTAMA
538      374     4     
Short Story
Dan, hari ini berakhir dengan air mata. Namun, semua belum terlambat. Masih ada hari esok...
Ikatan itu Bernama Keluarga
296      246     1     
Inspirational
Tentang suatu perjalanan yang sayang untuk dilewatkan. Tentang rasa yang tak terungkapkan. Dan tentang kebersamaan yang tak bisa tergantikan. Adam, Azam, dan Salma. Hal yang kerap kali Salma ributkan. Ia selalu heran kenapa namanya berinisial S, sedangkan kedua kakaknya berinisial A. Huruf S juga membuat nomor absennya selalu diurutan belakang. Menurut Salma, nomor belakang itu memiliki ban...
SILENT
5561      1667     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
PALETTE
539      295     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
A Perfect Clues
6302      1723     6     
Mystery
Dalam petualangan mencari ibu kandung mereka, si kembar Chester-Cheryl menemukan sebuah rumah tua beserta sosok unik penghuninya. Dialah Christevan, yang menceritakan utuh kisah ini dari sudut pandangnya sendiri, kecuali part Prelude. Siapa sangka, berbagai kejutan tak terduga menyambut si kembar Cherlone, dan menunggu untuk diungkap Christevan. Termasuk keberadaan dan aksi pasangan kembar yang ...
A & B without C
273      241     0     
Romance
Alfa dan Bella merupakan sepasang mahasiswa di sebuah universitas yang saling menyayangi tanpa mengerti arti sayang itu sendiri.