Dia tetap terjaga meskipun jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Dia duduk disebuah kursi kecil yang berada tidak jauh dari dapur, matanya terus tertuju pada mamanya yang masih sibuk mengoreng kerupuk disana. Dia begitu ingin membantu, namun dirinya yang baru menduduki kelas 4 SD dan berumur 9th tidaklah mampu berbuat banyak. Salah satu hal yang bisa dia lakukan adalah berusaha untuk tetap terjaga dan menunggu mamanya selesai bekerja. Meskipun tidak jarang dia bahkan tidak sadar kapan dia mulai tertidur, satu hal ajaib yang dia ingat adalah dia selalu terbangun ditempat tidurnya setiap pagi.
Matanya tidak mengantuk sama sekali malam ini. Ada begitu banyak hal yang berada didalam pikirannya malam itu. Masa SD yang seharusnya menjadi masa paling membahagiakan baginya terasa begitu menyakitkan. Yah, menjadi korban bully teman - teman sekitarnya adalah makanan dia setiap hari. Tidak memiliki teman juga merupakan hal biasa baginya sedari kelas 1 SD. Menahan lapar setiap hari demi menghemat beberapa koin jajan yang diberikan mamanya juga sudah menjadi agenda dirinya. Namun ada satu hal yang begitu sakit dia rasakan. Yaitu setiap kali bel pulang berbunyi. Disaat semua teman sekelasnya mulai berlarian dengan cepat keluar kelas dan memeluk orangtua mereka yang sudah menunggu didepan. Dia selalu menunggu hingga suasana mulai terasa sepi. Yah, satu hal yang begitu dia inginkan dan tidak pernah dia dapatkan meskipun sederhana, perhatian dan kasih sayang.
Dia terus memandangi mamanya didapur. Berjuang seorang diri hingga tengah malam hanya untuk bisa menyekolahkan dan membesarkannya. Dia tidak pernah mengeluhkan apapun kepada mamanya, tidak pernah menagis dan berkata bahwa dia suka dibully dan tidak memiliki teman sedikitpun, karena itu hanya akan membuat mamanya sedih. Dia memilih untuk menyimpan semua kenangan itu didalam dirinya, berjanji bahwa dia akan tumbuh besar dan menjadi pribadi yang kuat. Meskipun kenangan pahit itu terus muncul didalam mimpinya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memaafkan ayahnya, seperti yang dilakukan mamanya yang terus mempertahankan pernikahan mereka demi masa depannya. Meskipun pada akhirnya yang dia punya hanyalah seorang mama.
"Sharon, kamu belum tidur ?" suara mamanya membuat dia terkejut.
Dengan seember besar kerupuk yang sudah siap digoreng, mamanya mendekati kursi tempat dia merebahkan badannya. Sebuah senyuman terukir dibibirnya. Diletakkan kerupuk tersebut dimeja yang berada tidak jauh dari sana dan mengelus kepala dia.
"Mama buatkan susu ya biar bisa tidur nyeyak." katanya lembut dan berlalu kembali kedapur.
Matanya sembab seketika saat dia mendengarkan perkataan itu. Hal sederhana yang memiliki arti yang sangat berharga baginya.
Sejak saat itu, sebuah tekat baru tercipta didalam dirinya sejak usia dini. Dia akan menjadi orang sukses dan mengubah kehidupannya. Dia akan membuktikan kepada orang - orang yang memandangnya sebelah mata, bahwa sekalipun dia tidak memiliki keluarga yang bahagia dan sempurna layaknya orang lain, dia akan berhasil.
nice story :)
Comment on chapter Prolog