Read More >>"> Begitulah Cinta? (Satu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Begitulah Cinta?
MENU
About Us  

SATU

Seorang anak laki-laki berjalan menghampiri sebuah lemari coklat berdaun pintu ganda. Disalah satu sisi pintunya melekat sebuah cermin setinggi batas antara pintu dengan badan lemari itu sendiri. Sehingga terlihat jelas pantulan dirinya sedang mengenakan seragam pramuka. Lesu dan tanpa semangat. Jemarinya bergerak mengkancingkan butir-butir kancing dari atas ke bawah. Lambat laun terbaca sebuah nama tepat di dada sebelah kanannya, Majid Syahputra.

Anak itu menyerongkan badannya ke kiri dan kanan merapikan baju seragamnya. Sebelum akhirnya---badannya berbalik---melangkah menuju meja belajar. Tangannya meraih kacamata frame hitam yang tergeletak di sana lantas mengenakannya. Sedetik kemudian dia kembali menghambur ke muka cermin.

Majid menatap lekat-lekat bayangan yang terpantul pada cermin. Mulutnya menggumamkan kata-kata aneh sepanjang waktu, bahkan sedari pagi seusai bangun. Gumamannya tidak begitu jelas. Hanya dia sendiri yang tahu. Tapi suaranya yang samar-samar hampir seperti sebuah umpatan kesal.

Pada bola mata hitamnya tergambar hal lain yang sangat jelas selain pantulan dirinya dalam cermin. Pancarannya terlihat sayu dibalik pagar kacamatanya. Entah karena keadaan hatinya yang sedang galau atau memang penampilannya yang seperti itu. Seakan-akan wajahnya menceritakan sebuah kisah duka yang sangat memilukan.

Gerak-geriknya sendiri seperti orang yang telah melalui hari-hari berat. Melelahkan. Perangainya sejak pagi begitu memprihatinkan untuk dipandang. Kekelaman dirinya seperti orang yang hidup segan matipun enggan. Terlalu rumit untuk dijelaskan. Seakan semua masalah bermuara pada dirinya. Rasa putus asa dengan mudahnya mengisi relung jiwanya. Juga harapan telah sirna rasanya. Tanpa ada semangat untuk menjalani hari esok.

Rahangnya mengatup kuat, dengan gemas kedua tangannya mengacak-acak rambut hitamnya dengan kuat. Kemudian kembali diam menatap tajam pantulan di cermin. Melihat ketidakberdayaannya. Menikmati dadanya yang semakin terasa sesak. Penuh amarah dan kekecewaan tanpa ada niat merapikan rambutnya kembali. Berlawanan dengan caranya merapikan seragam pramuka yang dia kenakan tadi.

Tidak dipungkiri tampangnya memang cukup manis untuk dipandang, mirip seperti boy band korea. Meskipun kini rambutnya berantakan dan dia sama sekali tidak peduli. Wajah malasnya telah menyembunyikan auranya jauh ke dalam bayang-bayang. Tak lama akhirnya dia menghentikan gumaman anehnya. Menggantinya dengan desahan napas panjang. Sementara wajahnya masih saja kusam seperti orang baru bangun tidur.

Dia menarik dengan malas tas sekolah yang tergeletak di atas bangku, tepat di muka meja belajarnya. Langkahnya terseok-seok meninggalkan kamar, menuju anak tangga. Tangan kirinya menutup pintu kamar dengan lemas, sementara tangan kanannya memegang tas hitamnya tanpa minat. Matanya jelas memantulkan deretan anak tangga yang berkesinambungan ketika langkah demi langkah menuruninya. Sementara isi pikirannya melayang jauh ke tempat lain entah di mana. Menandakan jika bayangan yang terpantul di matanya hanya sekadar bayangan saja. Tanpa ada maksud berarti yang terdengar penting.

Dia terus menuruni tangga dalam tatapan kosong. Dari samping terlihat jelas perawakan anak itu kurus dan tidak terlalu berisi. Sedangkan tinggi badannya cukup jika dibandingkan dengan anak seusianya.

Ingatannya berputar mengingat apa yang dia unggah semalam dalam akun twitternya. Kata demi kata tercurahkan begitu saja hingga tersusun menjadi sederet kalimat kesedihan. Sepekan setelah kepergianmu, jelas sudah apa makna cinta itu. Karena semakin lirih ku merintih, semakin keras suara hati ini terisak.

Salah satu pengguna twitter menanggapi pesan dibalik kegundahan hatinya. Manusia itu lemah, mereka tak bisa hidup sendiri. Katanya. Setiapnya adalah makhluk yang peka akan rangsangan. Apalagi disaat mereka menginjak usia remaja. Masa-masanya orang mengalami hal yang berubah-ubah tak menentu.

Pola di matanya masih memantulkan sisa anak tangga. Namun, pikirannya masih mengenang jelas perbincangan dalam twitter semalam. Tergenang akan perasaannya sendiri akibat frasa yang dia tulis di akun twitternya. Dia benar-benar mengingatnya sekarang. Berbagai macam bentuk kalimat meluncur deras dalam memorinya. Banyak orang yang menanggapi kalimat semalam dalam kolom tanggapan. Baik itu ungkapan rasa sedih, ataupun gundah. Sebagian besar dari mereka turut prihatin dengan apa yang Majid rasakan.

Bagi anak diusia remaja yang pada hakikatnya masih labil, banyak sekali rasa yang datang silih berganti seperti awan. Meskipun lambat, akan tetapi awan bergerak dengan pasti. Juga mempunyai rasa yang beraneka macam. Seperti halnya yang dia rasakan saat ini. Begitu campur aduk dan memuakkan. Majid sedang berada difase kepekaan itu. Terjerat pada jaring-jaring kelabilan.

Sehari-hari dia tempuh masa remajanya dengan segenap jiwa. Orang bilang dunia putih abu-abu adalah keseharian indah penuh kisah berjuta cerita. Dan itu terbukti benar. Majid sendiri merasakan jutaan kenangan indah terukir dalam memorinya. Mengalir sejuk seperti parit-parit kecil disisi pegunungan. Walaupun tidak dipungkiri ada pula beberapa perasaan bosan. Seperti ceramah Pak Budi mengenai sejarah, menghafalkan rumus-rumus matematika Bu Rohaya yang memusingkan kepala, sampai mendengarkan ocehan Pak Yoto tentang siswa teladan sampai kuping memerah. Namun hari-hari membosankan semacam itu segera terbayarkan dengan adanya hal-hal menyenangkan yang terpotret di masa SMA. Salah satunya adalah kisah aneh tapi lucu yang dia alami. Orang menyebutnya cinta monyet.

Tangannya menyeret bangku dan duduk di atasnya. Tasnya dia letakkan tepat di sebelah kaki kanannya. Terbersit kata cinta monyet menimbulkan hal lain pada dirinya. Majid tersenyum sejenak. Memorinya mengingat satu-satunya cinta monyet yang pernah dialaminya. Hari-hari indah yang ia lalui bersama kekasihnya. Pulang sekolah bareng, makan di kantin bareng. Satu yang membuatnya geli, tapi terlalu indah untuk dibuang. Berbalas surat kertas yang dilipat dititipkan teman dekat satu sama lain atau berangkat pagi sekali, diam-diam meninggalkan surat kertas itu di laci. Masa bodoh ada guru atau tidak. Kelas kecil itu menjadi dunianya berdua.

Majid masih tersenyum, dan anehnya dia tidak mengerti sepenuhnya tentang apa arti cinta yang sesungguhnya. Mungkin telah pudar selaras pada kekosongan dihatinya. Baginya yang baru menginjak usia remaja, cinta merupakan sebuah hal baru. Dan mencoba hal-hal baru merupakan bagian dari pembelajaran manusia. Sewajarnya dia butuh ulasan pasti untuk membantunya. Jika tidak ingin terjerumus terlalu jauh.

Perasaan semacam itu ada di dalam dada. Tersimpan indah dan berada di kedalaman yang dia sendiri tidak ketahui pastinya. Hanya saja dia sangat mendambakan rasa aneh itu. Rasa yang selalu membuatnya tersenyum tanpa sebab. Dengan membayangkannya saja dia sudah begitu senang dan bersemangat. Walau dia sadar pada akhirnya dia terlihat seperti orang gila. Namun, dia merasakan kenyamanan di dalamnya. Dari sebatas pengalaman yang sedikit itu kemudian dia menyebut perasaan aneh itu sebagai cinta.

Tidak lama dia merasa nyaman dengan senyum, dia kembali murung. Matanya melirik telepon genggamnya yang kosong. Tidak ada apapun di sana. Tidak dipungkiri dia masih menunggunya. Jauh dalam lubuk hatinya dia masih mengharapkan kehadirannya. Merindukan ucapan selamat pagi dari orang yang sekarang bukan siapa-siapa lagi baginya.

Sebenarnya dia sadar. Benar-benar sadar malah. Jika ucapan sesimpel itu sudah bukan lagi menjadi haknya. Selama sepekan terakhir nama kontak dalam telepon genggamnya menganga kosong. Sekosong hatinya saat ini yang hanya berisi kabut dan kehampaan. Sisa pesanpun telah lama dia bersihkan.

Entah apa yang ada dalam kepalanya. Dalam sejenak dia merasa rindu, sejenak merasa marah dan sejenak pula merasa kebingungan. Dia tidak tahu cara melampiaskan tumpukan rasa aneh dalam dadanya. Buktinya yang bisa dia lakukan hanya termangun sambil menghabiskan roti selai di hadapannya. Roti selai stroberi yang begitu hambar.

Majid menarik tasnya yang berada di samping kaki kanannya. Dia mengenakan tas itu secepat mungkin sebelum rasa hancur kembali menguasainya. Sebelum rasa malas membuatnya enggan berangkat ke sekolah. Baru dia sadari ternyata melamun begitu perih rasanya. Sebelum beranjak bangkit dari meja makannya, dia meneguk susu putih dengan cepat.

“Ibu aku berangkat. Assalamualaikum.” Teriak Majid pada ibunya sambil berlalu.

“Waalaikum’mussalam.” Ibunya berseru dari arah dapur dengan suara yang tidak kalah keras. “Hati-hati di jalan nak.”

Cinta,

Penggalan kata itu kembali terbersit dikepalanya. Majid memikirkannya sejenak, menimbang-nimbang apa sosok sebenarnya dari cinta. Dia sedang mengendarai sepeda motornya melaju di jalanan komplek ketika pemikiran itu muncul. Pengandaian melintas di otaknya seperti angin yang sedang berhembus. Menerpa wajahnya. Mungkin rasa semacam itu memerlukan sebuah proyektor besar sebagai media penyelarasnya, hati, pikirnya.

Namun, apakah benar keduanya selalu berkaitan satu sama lain? Mengapa orang-orang sering kali melukis hati dalam sebuah gambar daun waru berwarna merah jambu? Bukankah yang berbentuk daun waru dan berwarna merah jambu itu adalah cinta? Jadi, apakah keduanya itu sama? Apakah hati itu adalah cinta?

Sepanjang jalan meninggalkan komplek, Majid membayangkan pertanyaan tidak masuk akal itu berulang kali. Semua pertanyaan itu terngiang dan terbang bebas. Berputar-putar dalam pikirannya. Dalam diam dia berusaha mencari jawabannya. Tapi tetap saja nihil. Dia tak mampu mencari tahu semua jawaban itu. Tak ada jawaban di kepalanya, hanya keluhan yang muncul. Mungkin otaknya terlalu parah meratapi perasaan kalutnya. Atau mungkin persoalan itu terlalu rumit untuknya. Lama-kelamaan dia merasa jenuh. Bosan akan perasaan aneh yang kian menggerogoti hatinya. Atau entah cintanya. Entahlah. Memikirkannya saja sudah membuatnya berulang kali membuang napas sebagai hasilnya. Dia tak sanggup menjawab rentetan pertanyaan yang dia buat sendiri.

Jalanan sunyi sejenak, hanya ada beberapa pengguna jalan. Melewati lajunya yang pelan. Dia teringat akan pendapat seseorang di sebuah situs blog di internet. Orang itu mengatakan jika sebuah garis pasti bisa ditarik secara tegak lurus sebagai kesimpulan untuk menafsirkan apa itu cinta. Hati adalah konstelasi ruang, tempat di mana cinta itu bernaung, melabuhkan semua rasa rindu dan membendungnya jadi satu. Sampai akhirnya terciptalah sebuah rasa baru yang dinamakan sayang. Sebagian besar orang memberi jempol pada tanggapan itu. Adapula yang menambahkan dalam kolom komentar bahwa jatuh cinta sama dengan jatuh hati, dan kemiripannya seperti pantulan matahari di pelupuk laut. Sama-sama merah, mirip namun tak sama persis wujudnya. Hanya pantulan.

Lainnya mengatakan, dari segi buaian rasa di dalamnya mampu membuat orang terbang di angkasa. Rasa cemburu yang kian menyerang ketika salah satu dari pasangan terlihat dekat dengan orang lain. Rasa rindu terkadang muncul secara acak disaat pasangan berada jauh. Ada juga rasa amarah yang menggebu ketika rasa cinta itu tidak terbalas. Itu adalah titik-titik dari jatuh cinta dan jatuh hati yang mereka sebut-sebut dalam situs ketika Majid membacanya. Kepekaan akan dengan mudah mereka rasakan ketika sebuah cinta ada dalam diri mereka. Satu-satunya perbedaan pasti di dalamnya hanyalah penulisan katanya saja. Jatuh hati dan jatuh cinta.

Majid paham jika setiap orang pasti akan bingung jika dihadapkan pada sederet pertanyaan membingungkan semacam itu. Dan setiap orang mempunyai penafsiran mereka sendiri jika sudah membahas tentang cinta. Tidak ada benar, tidak pula salah. Hanya saja setiap insan mempunyai perspektif mereka sendiri-sendiri. Dan setiap dari mereka adalah tokoh utama pada cerita klasik percintaan yang mereka buat sendiri.

Dan, siapa yang bertanggung jawab ketika ada hati yang terluka? Sebuah pertanyaan baru muncul dipikirannya. Tak terduga. Begitu saja. Seketika itu juga moodnya kembali hancur berkeping-keping.

Dia mulai memasuki keadaan jalanan yang mulai padat merayap. Namun, tetap terasa hening baginya. Dia menggelengkan kepalanya cepat, takut jika amarah kembali menguasai fokusnya. Saat ini dia sedang berusaha menyeberang jalan raya setelah melewati jalan utama komplek perumahannya. Tidak baik melamun semacam ini. Dia sadar. Sayang pikiran itu terus saja mengalir deras tanpa dia kehendaki. Majid mengalihkan pandangannya ke langit sesaat ketika melihat jalanan masih ramai. Dia mengurungkan niatnya sejenak untuk cepat-cepat menyeberang. Mencoba menikmati suasana sekitar.

Pagi ini sangat cerah, burung-burung di sekitar berkicau merdu. Sementara orang-orang terlihat bersemangat di akhir pekan ini. Berkebalikan dengan dirinya yang sedari bangun tidur sudah lesu dan murung. Ingin rasanya menertawakan dirinya sendiri jika dia tidak sedang ada di jalan raya penuh dengan orang sekarang. Bagaimana tidak, seolah-olah awan mendung yang biasa tinggal di angkasa kini berlabuh dalam dirinya. Menciptakan suatu kekelaman dalam batinnya. Menyulap harinya menjadi begitu kelabu. Sebelum akhirnya dia menggenggam erat tuas gas motornya melaju kencang menuju sekolah.

How do you feel about this chapter?

3 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • MajidNito

    @atinnuratikah gehehe thx u kak... iya emang lagi galau

    Comment on chapter Satu
  • nuratikah

    Kayak galau tingkat dewa ya ini. aku suka pembawaan ceritanya. Berkunjung ke ceritaku juga ya, ditunggu likebacknya.

    Comment on chapter Satu
Similar Tags
NADA DAN NYAWA
13188      2493     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Enigma
1402      769     3     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...
My Idol Party
1061      547     2     
Romance
Serayu ingin sekali jadi pemain gim profesional meskipun terhalang restu ibunya. Menurut ibunya, perempuan tidak akan menjadi apa-apa kalau hanya bisa main gim. Oleh karena itu, Serayu berusaha membuktikan kepada ibunya, bahwa cita-citanya bisa berati sesuatu. Dalam perjalanannya, cobaan selalu datang silih berganti, termasuk ujian soal perasaan kepada laki-laki misterius yang muncul di dalam...
Warna Rasa
10841      1861     0     
Romance
Novel remaja
My Doctor My Soulmate
60      54     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
I'il Find You, LOVE
5486      1468     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Ketika Kita Berdua
31611      4289     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Langit Jingga
2498      841     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Sisi Lain Tentang Cinta
721      388     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Rembulan
758      419     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...