Loading...
Logo TinLit
Read Story - High Quality Jomblo
MENU
About Us  

Kamu itu seperti bintang, indah, tapi jauh dan tak terjangkau.

--Vallenia Ayunda—

SETELAH puas menatap kepergian Laut, Ayunda melihat tulip kuning itu sekali lagi. Jantungnya berdebar tiap kali mengingat nama Laut. “Bolehkan, Ayunda cinta Pak Laut?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya tak mengerti. Laut terlalu dewasa untuk kriteria pria idaman Ayunda. Sifat dingin pria itu juga tidak masuk kriteria pria idaman Ayunda sama sekali. Tapi, entah kenapa hati itu justru memilih Laut.

Mungkin benar, cinta itu buta. Cinta itu tentang rasa, bukan tentang apa yang kita inginkan.
Ayunda membalikkan tubuh mungilnya.

Kemudian kakinya mulai beranjak, menyusuri jalanan di daerah Perumahan Ceria itu dengan senyum yang menghias wajahnya.  Walau Sekarang Ayunda paham, bahwa arti tulip tak memiliki arti seindah kelopaknya. Namun Ayunda berharap, bahwa Laut memberi itu karena Ayunda suka.

Jingga mulai menghilang, berganti dengan sang malam. Rembulan sudah berada di atas sana menanti bintang menari bersamanya, “Kamu itu seperti bintang. Indah, tapi jauh. Dan aku tak mampu menjangkau.”

Ayunda melihat tulip kuning itu sekali lagi, kemudian menciumnya, menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari benda itu. Harum, dan sangat khas.

Setelah sampai, Ayunda meletakkan tulip kuning itu pada vas bunga yang ada di meja kamarnya. Menjadi satu dengan beberapa tulip kuning yang Ayunda miliki.

Suara pintu kamar yang terbuka, terdengar di telinga gadis itu. Dia menoleh, kemudian mendapati Fitri berdiri di sana dengan senyuman yang hangat, "Makan malam dulu.”

Ayunda menggelengkan kepalanya, senyumnya tercetak di sana. “Tadi sore udah makan bareng sama anak paskibra. Jadi masih kenyang.”

Fitri beranjak untuk lebih dekat dengan Ayunda. Mereka sama-sama menatap cermin yang ada di depan mereka. Dengan posisi Ayunda duduk di depan cermin, dan Fitri berdiri di belakangnya. "Bunda nggak percaya kamu tumbuh secepat ini.”

"Kan dikasih Bunda asupan makan terus. Untungnya Ayunda tumbuh ke atas, gak ke samping,” Gelak tawa terdengar, tapi setelahnya mereka berdiam diri dengan pikiran masing-masing. Bunda Ayunda menyisir rambut putrinya dengan telaten. Membuat gadis itu merasa nyaman.

"Nilai kamu di sekolah gimana?”

Ayunda tertawa. "Biasa aja, Bunda.”

“Belajar, Ay.. Bunda itu kerja buat nyekolahin kamu. Jangan kecewain Bunda, dong.”

Ayunda berubah cemberut. Bibirnya manyun. “Nanti-nanti aja dong, Bun.” Ayunda menunjukkan ponselnya. “Nih, cerita Ayunda udah tembus 500 ribu pembaca, lho. Yang penting nilai Ujian Nasionalnya bagus kan, Bun? Lagian nilai raport Ayunda juga naik kok, walau pun rangking terakhir di kelas, “ 

Fitri terkekeh, kemudian mengusap bahu putrinya, “Kamu mau jadi apa kalau sudah lulus nanti? Kuliah dulu ya.”

Bibir Ayunda mengerucut. "Pengen rilis novel dulu boleh ya, Bun? Otak Ayunda lelah kalau disuruh mikir pelajaran terus. Pokoknya Ayunda pengen nyelesaiin satu novel sampai ada penerbit yang nerima. Satu tahun aja, terus, nanti kuliah, eh. Sambil kerja nggak pa-pa deh, yang penting novel diutamain. Kan, Ayunda pengen jadi novelis."

"Tapikan enak kalau langsung kuliah, jadi nanti bisa jadi sarjana lebih cepat," Elak Fitri.

"Please, Ayunda pengen jadi novelis. Sekali pun kuliah, Ayunda pengen ambil perhotelan atau enggak kapal persiar."

Jika sudah begini, tidak ada lagi alasan untuk mengelak keinginan putrinya. Bunda Ayunda ingin putrinya belajar sesuai keinginannya, menjadi apa yang dia bisa agar putrinya bisa menjalani hidup lebih mudah. Karena hidup itu tidak ada mudah. 

"Iya. Bunda dukung kamu saja. Kamu yang menjalani. Tapi ingat, jaga diri kamu baik-baik jika kamu jauh dari Mama. Mama nggak mau kamu lupain amanah Mama.”

"Iya, Ma," Ayunda mengerti apa yang wanita itu sebut dengan amanah. Dan Ayunda pun sudah memikirkan hal itu. Lagi pula, Ayunda tidak akan melakukan hal yang mencemari nama baik diri sendiri atau pun keluarga. "Ayah mana? Ayunda nggak lihat dari tadi.”

Terlihat senyum kecut tercetak di bibir wanita itu, dia memaksakan senyum yang terasa berat. "Adik kamu lahir, kata Ayah kamu dia perempuan. Sama seperti Ayunda.”

Ayunda terkesiap, ia diam. Selama ini saja kasih sayang Ayahnya terasa kurang. Kakak tiri Ayunda dari mantan istri Ayahnya lebih banyak mendapat perhatian. Dan mereka ikut tinggal bersama Ayunda. Jika Ayunda memiliki adik, semuanya bisa saja hilang.

"Jangan sedih,” Fitri mengusap bahu  Ayunda yang masih diam. “Ayah kamu sedang berduka. Saat melahirkan, istri Ayah pulang ke pangkuan Allah.”

“Bunda,” Ayunda membalikkan tubuh. Ia menatap Fitri lamat-lamat. Lidahnya kelu, padahal banyak kata yang ingin diucapkan. Namun bibirnya seolah terkunci rapat. Hanya perasaan sesak dan luka yang menguar. Tanpa suara, tanpa sebuah wujud. Namun nyata ada. 

“Semua akan baik-baik saja, Ayunda.”

Ucapan Fitri bagaikan janji di ruang sepi itu. Janji yang entah benar akan ditepati atau tidak. Karena bagi Ayunda, janji yang terlalu mustahil itu hanya akan menimbulkan ketakutan yang nyata. Ayunda takut, keluarganya semakin berantakan. Ayunda takut semakin berbeda dengan orang lainnya. 

“Sayangi adik kamu, karena di akan menjadi bagian keluarga kita,” Fitri mengecup puncak kepala Ayunda, memberi kekuatan melalui sikap itu. “Bunda mau makan dulu dengan Dian.”

Setelah Bunda Ayunda keluar, tangis gadis itu pecah. Air matanya kian berderai. Ada rasa perih, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun, bahkan sekedar untuk menolak takdir. Semua kini nyata di depan mata. Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, Ayunda harus menerima semuanya. Ayunda bertanya-tanya, kenapa Bunda Ayunda begitu kuat? Padahal membayangkan saja, Ayunda begitu sulit untuk menjalani. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 3 0 0
Submit A Comment
Comments (17)
  • Watermelon16543

    Greget parah 😘

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Ayuni912P

    @PauloCleopatra2339 Karena Author kweren! :D

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @Cantikalucu ya tapi kenyataan Pak Laut nggak sebaik Laudito Nugroho

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @DolphinLuluk Biarin abis Pak Laut jahat. Katanya Guru tapi gak patut digugu dan ditiru

    Comment on chapter END
  • PauloCleopatra2339

    Karakter Ayunda kenapa bisa unyu? Pak Laut juga emesss

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Cantikalucu

    Suka banget pasangan ini. Kalau nyata pasti gemesin ya???

    Comment on chapter SEMBILAN BELAS : Tulip Kuning
  • DolphinLuluk

    Emang ya si Ayunda, sopan santunnya kalau sama Laut suka ngawur. Itu gurumu Ayyyyy :D Gemazz

    Comment on chapter BAGIAN DUA : High Quality Jomblo
  • Ayuni912P

    @FANAMORGANA makasih lho haha

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Ayuni912P

    @Kia_kun katanya cinta itu harus diperjuangkan. Itu cara Rani memperjuangkan cintanya.

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Kia_kun

    Rani s egois....

    Ckckck....

    Ngak sadar sama apa yang udah dilakuin eh malah nambah rugi orang lain

    Comment on chapter TIGA PULUH DUA : Berpisah Itu Mudah
Similar Tags
Shine a Light
793      515     1     
Short Story
Disinilah aku, ikut tertawa saat dia tertawa, sekalipun tak ada yang perlu ditertawakan. Ikut tersenyum saat dia tersenyum, sekalipun tak ada yang lucu. Disinilah aku mencoba untuk berharap diantara keremangan
Semacam kentut tapi bukan
354      226     0     
Short Story
Terburu-buru tapi bukan dikejar setan. Dia keluar tanpa diminta dan bukan pada waktu yang tepat.
Mars
1086      593     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
SpOnTaNiTaS
433      281     4     
Short Story
Mari tertawakan diri sendiri sejenak....
Po(Fyuh)Ler
875      472     2     
Romance
Janita dan Omar selalu berangan-angan untuk jadi populer. Segala hal telah mereka lakukan untuk bisa mencapainya. Lalu mereka bertemu dengan Anthony, si populer yang biasa saja. Bertiga mereka membuat grup detektif yang justru berujung kemalangan. Populer sudah lagi tidak penting. Yang harus dipertanyakan adalah, apakah persahabatan mereka akan tetap bertahan?
Ingatan
8385      1958     2     
Romance
Kisah ini dimulai dari seorang gadis perempuan yang menemui takdirnya. Ia kecelakaan sebelum sempat bertemu seseorang. Hidupnya terombang-ambing diantara dua waktu. Jiwanya mencari sedang raganya terbujur kaku. Hingga suatu hari elektrokardiogram itu berbunyi sangat nyaring bentuknya sudah menjadi garis yang lurus. Beralih dari cerita tersebut, di masa depan seorang laki-laki berseragam SMA menj...
May be Later
15140      2243     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
LUKA
3347      1211     4     
Romance
Aku menangis bersama rembulan digelapnya bumi yang menawan. Aku mengadu kepada Tuhan perihal garis hidup yang tak pernah sejalan dengan keinginan. Meratapi kekasihku yang merentangkan tangan kepada takdir yang siap merenggut kehidupan. Aku kehilangannya. Aku kehilangan kehidupanku. Berseteru dengan waktu karena kakiku kian tak berdaya dalam menopangnya. Takdir memang senang mempermain...
Prakerin
7085      1933     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
Thantophobia
1313      748     2     
Romance
Semua orang tidak suka kata perpisahan. Semua orang tidak suka kata kehilangan. Apalagi kehilangan orang yang disayangi. Begitu banyak orang-orang berharga yang ditakdirkan untuk berperan dalam kehidupan Seraphine. Semakin berpengaruh orang-orang itu, semakin ia merasa takut kehilangan mereka. Keluarga, kerabat, bahkan musuh telah memberi pelajaran hidup yang berarti bagi Seraphine.