Mingyu pov
Tidak ada hari yang lebih membosan kecuali hari ini. Aku tidak menyukai terlalu lama dirumah dan bukan juga gayaku untuk datang lebih awal ke sekolah.
Aku hanya melakukan kegiatan tak berarti dengan berkeliling hanya untuk mencari sebuah cafe dan apa yang ku temukan? Sebuah mutiara hitam. Hwang Sinb gadis aneh itu tengah berjalan dengan tatapan datar seperti biasanya. Ku rasa ini akan sedikit menyenangkan, bertemu di saat seperti ini.
TIIIINNNNNNN
Aku melihatnya menatapku dengan tidak banyak perubahan para raut wajahnya yang datar. Segera, aku pun keluar dari dalam mobil dan menghampirinya.
"Pagi nona hwang." Seperti yang ku duga, ia selalu menunjukkan wajah piasnya. Sebenarnya apa yang membuatnya bersikap seperti ini?
"Kau mendengarkanku bukan?" Aku bertanya kembali dan melambaikan tangan ku tepat dihadapan Sinb, bahkan aku menempelkan tangan ku kewajahnya. Apa ia akan tetap bungkam sekarang?
"Aish! Apa mau mu?" Dan dia mengumpat membuatku geli.
"Ayo berangkat denganku." Aku menarik tangannya dan dapat ku prediksi, Yeoja ini menampik tanganku.
"Berhenti bertingkah seperti ini, kau cukup menjengkelkan!" Wah, kurasa Yeoja kasar ini memang dilahirkan dengan mood yang selalu buruk. Tapi jangan salah, aku tidak akan pernah menyerah haha.
"Benarkah?" Aku baru memulainya. "Aku memang sangat menjengkelan tapi akan sangat menjengkelkan kalau kau tak menuruti perkataanku." Yeoja itu memutar bola matanya dan menghela nafas panjangnya. Ayolah ini sangat menarik! Sudah lama aku tidak bermain-main seperti ini.
"Apa kau ingin ku banting lagi?" Wow, ancaman yang cukup menggemaskan.
"Hoh, aku ketagihan dengan bantinganmu. Itu sangat keren." Sebelum ia menyerangku? Ku pikir aku harus melakukan pergerakan dulu. Aku menggendongnya di pundak ku. Sekarang apa yang bisa kau lakukan?
"YAKKKK...KIM MINGYU!!!!!" Teriaknya, ku rasa ia begitu kesal.
"Wkwkwkwk, Aku kan sudah memperingatkanmu." Aku terus menggodanya.
"AKU AKAN MEMBUNUHMU KUNYUK SIALAN!!!!" Ini suara tertinggi sepanjang aku mengenalnya. Wah, ini sangat membuat ku bersemangat! Dengan mudah aku memasukkannya kedalam mobil.
"Apapun itu baby, kau cukup menggemaskan jika seperti ini." jujur ia memang menggemaskan, apa lagi ekspresinya saat aku memasangkan sabuk pengaman kepadanya. Keterdiamannya menggambarkan segalanya.
"Nah, kau juga terlihat begitu luar biasa cantik jika diam seperti itu." Seperti yang ku duga ia tak merespon perkataan ku.
"Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan ku." Tak banyak pergerakan darinya itu cukup membuatku senang.
"Aku kemari untuk pergi ke cafe itu dan aku menemukanmu. Jadi kita akan pergi ke cafe itu dulu." Dari ekspresinya aku dapat menangkap ketidak setujuannya tapi aku tidak peduli semua itu.
"Andwae! Aku hanya akan turun di sekolah." Sekuat apapun kau menolak ku? Aku tidak akan mudah melepaskan mu!
"Baiklah, kau boleh di dalam sini dan aku akan pergi ke cafe." Diluar dugaan, ia bungkam.
Dan akhirnya tangan kiri ku menggenggam kedua tangannya dari belakang dan menyamarkan seolah-olah aku merangkulnya. Wajahnya terlihat lucu ketika terlihat ekspresi merajuknya dan aku seolah berusaha untuk membujuknya.
"Aku akan mematahkan tulangmu!" Dia tidak pernah berhenti untuk mengancam ku.
"Lakukan disini kalau kau bisa wkwkwk..." Aku terkekeh pelan. Ku rasa ia tidak akan bisa melakukannya. Cukup menyenangkan bisa bermain-main dengannya.
Mingyu pov end
Akhirnya mereka duduk berdampingan karena Mingyu mengantisipasi kalau Sinb tiba-tiba kabur. Namja ini selalu punya seribu macam cara untuk membuat Sinb tak bisa lepas darinya.
"Apa yang kau inginkan? Latte?" Tawar Mingyu dengan manisnya.
Sinb masih tetap menunjukkan reaksi yang sama, wajahnya tetap saja pias.
"Baiklah kalau kau tidak mau. Aku akan memesan sendiri." Kata Mingyu dengan santainya. Namja itu sedang serius membaca buku menu, tangannya masih merangkul bahu Sinb membuat gadis itu beberapa kali berusaha untuk melepaskannya.
"Kim Mingyu..." Terdengar suara seorang gadis memanggilnya. Seketika Sinb dan Mingyu mencari dimana suara itu berasal? Gadis cantik itu berjalan mendekat dan duduk tepat dihadapan mereka dengan tatapan tajamnya. Mingyu hanya tersenyum ketika tahu siapa gadis itu, namun berbeda dengan Sinb, ia terlihat tegang.
"Annyeong..." Sapa Mingyu dengan cengiran khasnya. Entah apa yang di fikirkan namja ini sebenarnya? Apa ia selalu ramah ketika menghadapi setiap yeoja?
"Kau? Kenapa kau tidak menjemputku di bandara?" Protes gadis itu kemudian melirik Sinb dengan ekspresi kesalnya.
"Kau sudah memiliki begitu banyak pelayan. Kenapa aku harus repot menjemputmu?"Ya, begitulah seorang Kim Mingyu, namja yang tidak pernah menganggap apapun itu serius.
"Kau tidak pernah mengangkat telpon atau membalas sms ku karena dia? Bahkan untuk hari ini kau tidak menjemputku karena dia?" Suara gadis itu semakin meninggi membuat perhatian beberapa orang didalam cafe teralih kepadanya. Mingyu terdiam sesaat dengan ekspresi yang berbeda namun ia mengubah wajahnya kembali seperti biasanya santai.
"Seharusnya kau istirahat dirumah. Kenapa kau harus repot untuk mencariku kemari? Bukannya kau sudah cukup menyuruh seseorang mengikutiku?" Sindir Mingyu yang seketika membuat gadis itu membatu. Sinb masih terdiam, ia hanya berperan sebagai pengamat.
"Itu, aku hanya..."
"Hanya apa? Kita hanya akan melakukan acara pertunangan simbolik bukan? Kenapa kau begitu merepotkan dirimu untuk hubungan palsu ini?" Kali ini tidak ada senyum lagi di wajah Mingyu, ia terlihat begitu serius. Sinb menatap Mingyu tak percaya bahwa namja itu juga memiliki sisi kasar seperti ini. Sinb memutuskan untuk pergi, ia berdiri.
"Aku pergi." Ucapnya singkat.
"Aku belum selesai bicara, jadi kau tidak boleh pergi." Ucap gadis yang bertingkah seperti kekasihnya Mingyu. Sinb melirik Mingyu dan namja itu hanya mengangkat kedua bahunya seolah angkat tangan dengan semuanya. Sinb yang memang tidak suka melarikan diri memilih untuk duduk kembali.
"Apa yang ingin kau katakan." Ucapnya dengan datar.
"Hwang Sinb, apa kau bermain kotor sama seperti eommamu?" Sinis gadis itu. Mingyu cukup terkejut mendengarkan ucapan gadis itu yang sedikit banyak tahu tentang Sinb.
Sinb tersenyum sinis. "Benarkah? Bukankah kau yang memprihatinkan? Dia tidak pernah menyukaimu jadi menyerahlah." Balas Sinb yang seketika membuat gadis dihadapannya begitu marah. Mingyu tercengang sekaligus gembira melihat perkelahian dua yeoja dan itu cukup menyenangkan. Mingyu berfikir bahwa Sinb akan menjadi pesaing yang cukup kuat untuk gadis dihadapnya ini.
BRAK
"KAU! BERANINYA KAU!" Teriak gadis itu sangat kesal.
"Berusahalah untuk menerima kenyataan Jung Eunha." Ucap Sinb penuh penekanan. Sinb pun bangkit dan meninggalkan tempat itu.
"Kau! Aku tidak akan membiarkan mu melakukan ini padaku!" Teriaknya lagi dan Sinb hanya mengangkat tangannya tanpa menoleh membuat gadis yang bernama Eunha itu bertambah kesal.
Kini tinggal Mingyu bersamanya. Mingyu menatap Eunha penasaran.
"Kau mengenalnya dimana?" Tanya Mingyu. Eunha menghela nafas merasa kesal.
"Kenapa kau ingin tahu?" Eunha balas bertanya. Mingyu mengangkat kedua bahunya sebelum akhirnya ia berdiri.
"Kau mau kemana?" Tanya Eunha dengan cepat.
"Tentu saja mengejarnya." Jawab Mingyu santai.
"Kim Mingyu!" Panggil Eunha dengan kesal.
"Wae? Apa kau berfikir, aku akan menemanimu?" Mingyu menggelengkan kepalanya kemudian membalikkan badannya hendak berjalan.
"Kau ingin tahu siapa dia?" Eunha terus berusaha mencegah namja itu untuk pergi.
"Apa itu cukup penting? Ku rasa kau hanya berusaha untuk menghalangiku untuk pergi." Tebak Mingyu tanpa menoleh pada Eunha membuatnya semakin emosi.
"Dia adalah saudara tiriku. Eommanya berusaha merayu Appaku dan sekarang dia berusaha merayumu? Bagaimana ada eomma dan anak seperti itu?" Mingyu terdiam seolah berfikir sebelum akhirnya membalikkan badannya, menatap datar Eunha.
"Jangan pernah mengganggunya atau aku akan melakukan sesuatu kepadamu!" Ancam Mingyu membuat Eunha tercengang dan gadis itu tiba-tiba tersenyum.
"Kenapa kau seserius ini?" Eunha tidak pernah melihat Mingyu begitu serius.
"Jangan pernah mengulangi kesalahanmu Jung Eunha." Ucapan Mingyu sarat dengan ancaman. Setelah itu ia pergi meninggalkan Eunha sendiri.
"Apa? Mengulangi kesalahan ku?" Gumam Eunha sambil berfikir keras.
"Jangan katakan? Dia tahu, akulah yang membuat Kim Bora pergi? Andwae! Itu tidak mungkin!" Eunha mengacak rambutnya frustasi.
---***---
Sinb terus berjalan sembari memikirkan perkataan Eunha. Ia menghela nafas lelah. Kenapa ia harus bertemu dengannya? Kenapa banyak orang dari masa lalunya kini mulai bermunculan?
Sinb pov
Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. Seharusnya aku memikirkan itu. Jung Eunha dan namja mesum itu adalah tunangannya? ckck...Lelucon macam apa ini? Aku masih ingat ketika eomma memutuskan untuk menikah dengan Appanya. Saat itulah aku tidak begitu percaya cinta yang tulus itu ada. Aku kecewa kepada eomma, meskipun Appa telah menghianatinya haruskan secepat itu hatinya berubah?
Aku tahu, waktu sedetik saja bisa mengubah pemikiran seseorang tetapi untuk seorang wanita yang lebih di dominasi oleh perasaannya itu tidak akan mudah. Entah kenapa? Seharusnya aku tidak berprasangka seperti ini, tapi fikiran ku seolah mengatakan bahwa mereka menjadikan sebuah keluarga adalah panggung lelucon, jika pementasannya berakhir? Maka semuanya telah selesai, end!
Terkadang mereka seolah menyadari segala prasangka ku dan kalian tahu apa kata yang paling ku benci keluar dari mulut mereka? 'Kau tidak akan tahu apa yang kami rasakan' Kalau pada akhirnya pernikahan itu membuat kalian seperti ini? Kenapa kalian memutuskan untuk menikah? Dengan tidak mempertimbangkan segala hal dan kemungkinan? Bagaimana bisa kalian memberi jawaban tidak bermutu seperti itu, jika kalian memanglah seseorang yang dewasa dengan pengalaman yang luas? Seharusnya kalian bisa memberikan jawaban yang lebih masuk akal bukan?
"Jadi kalian bersaudara." Ah, bisakah dia tidak muncul lagi? Hari ini mood ku benar-benar buruk dan aku tidak suka dengannya membuat mood ku bertambah buruk saja.
Dia masih berjalan mengejarku dengan postur tubuh yang setinggi itu, tidak akan sulit untuk menyamahi langkah ku dan kini ia dengan mudahnya meraih tangan ku. Aku menatapnya dengan ekspresi biasa yang ku perlihatkan.
"Tinggalkan aku sendiri." Ucapku dengan serius.
"Wae? Kau seharusnya menemaniku makan kan? Bagaimana kalau kita mencari tempat lain?" Ayolah! Jangan membuatku benar-benar ingin membantingmu!
"Aku tahu kau bisa mendapatkan apapun yang kau mau. Dari situ kau mulai bermain-main dengan semua hal. Kim Mingyu, jika kau tahu? Ada banyak hal yang tak mudah untuk di miliki." Ucap ku sambil berjalan lagi dan? Ia menarik tangan ku lagi. Membuat ku harus berhadapan dengannya.
"Kau tahu apa tentang diriku?" Mwo? Dia tersinggung? "Jangan bertingkah seolah kau tahu segalanya." Ia melepaskan cengkramannya dari tangan ku. Sesungguhnya aku tidak tahu apa yang ia hadapi selama ini? Sepintas yang ku lihat dari sorot matanya, ada luka disana.
"Aku memang tidak tahu apa yang telah kau alami? Tapi jika kau seorang pria, seharusnya kau punya cukup keberanian untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dari pada bermain-main seperti ini? Jika perlu keluarkan semua emosi yang kau pendam atau mengolahnya dengan bijak tanpa membuat orang lain menjadi sasaran emosimu!" Hanya itu yang mampu ku ucapkan kepadanya. Entah mengapa? Aku merasa berempati kepadanya meskipun ia luar biasa menyebalkan. Kim Mingyu hari ini aku dapat melihat sisi lain dari dirimu.
Jika dia berusaha meluapkan emosinya dengan bermain-main dan aku lebih memilih untuk bertahan. Lebih memilih untuk melalui semuanya dengan berusaha untuk tak melukai siapapun, melaluinya sendiri meskipun aku tidak tahu sampai kapan? Dan seberapa besar luka yang berkembang dalam jiwa ini. Tapi begitulah hidup bukan? Semua orang melalui hal menyakitkan ini dengan tingkatan yang berbeda. Kalian hanya perlu memilih dengan cara apa kalian akan melalui ini?
Sinb pov end
Sinb berjalan melewati koridor sekolah dengan ekspresi datar seperti biasanya sampai ia masuk ke dalam kelasnya. Yuju yang ternyata sampai duluan datang menghampirinya dan menatapnya khawatir.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya dan Sinb menatapnya datar.
"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." Ucapnya sambil berusaha mengangkat senyumnya sedikit yang seketika menimbulkan kelegaan dihati Yuju.
"Syukurlah, oh ya...Ini formulir pendaftaran untuk club Judo. Bukankah kau menginginkan ini?" Sinb menghentikan aktifitasnya membuka bukunya dan beralir memandang lembaran kertas itu.
"Jadi?" Tanya Sinb sembari menatap Yuju tak mengerti.
"Kau hanya perlu mengisinya dan membawanya ke tempat club Judo." Terang Yuju dan Sinb menerima lembaran itu.
"Gomawo Yuju-ah." Ucapnya sambil berdiri.
"Kau mau kemana?" Tanya Yuju.
"Tentu saja aku ingin menyerahkan ini segera." Mata Yuju membulat, ia tidak menyangka bahwa wajah Sinb dengan mudahnya berubah. Dari pias menjadi bersemangat.
"Hoh! Lakukan sekarang jika kau begitu menyukainya." Saran Yuju masih dengan wajah herannya dan Sinb pun mengangguk mengiyakan.
Sinb pun pergi meninggalkan Yuju yang masih kebingungan dengan sikap sepupunya itu sampai seseorang menyadarkannya.
"Apa yang kau lakukan?" Yuju tersentak ketika seseorang sudah berdiri hadapannya dengan wajah yang cukup dekat.
"Yak! Kau jangan mengagetkannya seperti itu." Celetuk Wonwoo yang baru saja masuk kelas membuat Yuju salah tingkah.
"Wae? Aku tidak tahu apa yang membuatnya sampai tidak menyadari kehadiran ku? Bagaimana kabarmu Yuju-ah? Apa yang membuatmu sampai tidak menyadari kehadiranku?" Namja itu tersenyum sambil mengacak rambut Yuju yang hitam lurus itu.
"Ah itu..." Seketika lidah Yuju merasa keluh dan kegugupan menyergahnya.
"Ku rasa ia cukup disibukkan dengan sepupunya." Kali ini Wonwoo yang menjawab membuat namja yang sedang berdiri dihadapan Yuju mengkirutkan keningnya menatap Yuju penuh tanya.
"Ah, maksudmu Sinb." Jawab Yuju dengan gugup bercampur takut.
"Siapa itu? Anak baru?" Yuju mengangguk dan seketika namja itu menoleh kepada Wonwoo dengan tatapan selidiknya.
"Namanya terdengar mirip dengan seseorang? Apa yang terjadi? Sampai kau begitu peduli terhadap gadis itu?" Tanya namja itu penasaran.
"Karena ia sudah berani membanting tubuhnya hahaha." DK dengan santainya memasuki kelas Sinb membuat Wonwoo menatapnya malas. Namja yang ada di hadapan Yuju seketi menatap DK tak percaya.
"Jadi siapa dia?" Tanya namja itu dengan penasarannya.
"Kau cukup tau siapa dia." Jawab DK dengan enteng.
"Aku? Seperti apa gadis itu sampai aku juga tahu." Nampak kerutan di dahi namja itu seolah berusaha berfikir keras.
"Sunbae tahu? Bagaimana bisa?" Kali ini Yuju angkat bicara.
"Tentu saja dia tau. Tidak ada yeoja seperkasa dirinya dan dia selalu menjadi lawan terberatmu di Judo. " Bula mata namja dihadapan Yuju itu seolah akan keluar, nampak ekspresi keterkejutannya.
"MWO????? Jangan katakan dia..."
"Hoh, dia 'Cacing Hwang' wkwkwk...Aku sudah lama tidak melihat permainan Judo kalian. Kuharap kalian akan segera melangsungkan pertandingan itu." DK tidak berhenti tertawa membayangkan bagaimana keras kepalanya kedua orang itu. Wonwoo dan Yuju masih terdiam dengan segala pemikiran mereka, sementara Namja didepan Yuju celingukan mencari Sinb.
"Lalu dimana dia sekarang?" Dengan tidak sabaran.
"Ku rasa ia sekarang sedang berada di Club Judo untuk mendaftarkan diri." Jawab Yuju dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Benarkah? Ku rasa aku harus segera menemuinya."Namja itu menunjukkan ekspresi bersemangatnya dan segera berlari dari kelas itu. Tapi tiba-tiba saja berhenti membalikkan badan menatap Yuju. "Aku tidak menyangka yeoja aneh itu adalah sepupumu." Ucap namja itu dengan ekspresi herannya. Kemudian ia membalikkan badannya lagi dan berlari segera.
"INGAT S.COUP! KAU HARUS MENOLAKNYA...KALI INI BIARKAN DIA MASUK BAND KU!" Teriak DK agar dapat di dengar oleh S.Coup itu adalah nama julukannya.
"Apa kau gila? Tentu saja aku tidak mau...Biarkan dia jadi patnerku di Judo. Aku sudah lelah bermain-main. Aku butuh lawan yang cukup untuk membuat ku berkeringat." Jawab S.coup tanpa menoleh. Sepertinya DK dan S.coup adalah dua orang aneh disini, ditambah Sinb lengkaplah sudah.
"Kenapa kalian begitu bersemangat dengan gadis itu?" Tanya Wonwoo dengan ekspresi datarnya. DK mengalihkan pandangannya, menatap Wonwoo sepenuhnya. Menepuk pundak Wonwoo dengan santainya.
"Kami berteman semenjak kecil, jadi kau pasti tahu bagaimana rasanya ketika kami bisa saling bertemu lagi." Ucap DK sembari beranjak pergi.
"Kau mau kemana Hyung?" Tanya Wonwoo.
"Aku?" Tanya DK sambil menunjukkan jarinya pada dirinya sendiri dan Wonwoo mengangguk. "Aku harus mencegah mereka untuk tidak berkelahi." Wonwoo menatap datar DK, ia masih belum bisa percaya, apa mereka akan benar-benar bertanding?
"Sunbae, apa aku boleh ikut?" Tanya Yuju.
"Tentu, kajja..." Ucap DK sembari membiarkan Yuju berjalan terlebih dahulu, kemudian ia pun mengikuti langkah kaki Yuju. Wonwoo masih saja diam dengan segala bentuk pemikiran dalam otaknya.
---***---
"Kau masuk club Judo?" Suara melengking seorang yeoja yang kini telah membawa selebaran formulir yang beberapa menit lalu Sinb isi. Sinb tentu saja sedikit bingung dengan yeoja dihadapannya ini.
"Wae? Apa disini tidak menerima anggota baru lagi?" Tanya Sinb dengan bingungnya.
"Ani! Tapi..." Yeoja dengan tubuh pendek dan sedikit berisi itu mengelilingi Sinb membuat Sinb merasa risih.
"Tapi apa?" Tanya Sinb yang sebenarnya sedikit emosi, namun berusaha ia tahan. Wajah yeoja itu mendekat tepat dihadapan Sinb membuat Sinb harus memundurkan tubuhnya sedikit.
"Kau tidak ada maksud lain masuk kedalam club ini bukan?" Sinb mengkirutkan keningnya tak mengerti.
"Apa maksudmu? Apa kau benar-benar sudah membaca formulirku? Apa kau tidak tau tentang riwayat prestasiku disitu." Sinb mulai tersungut emosi.
"Ada apa ini?" Seorang namja tiba-tiba masuk, membuat kedua yeoja itu menoleh dan seketika yeoja yang berada tepat dihadapan Sinb memberikan hormat pada namja itu.
"Sunbae-nim..." Melihat Sinb tidak bereaksi apapun, yeoja itu dengan cepat menarik tangan Sinb untuk ikut memberikan hormat kepada namja itu. Sinb yang merasa tidak perlu melakukan itu memilih tetap diam saja.
"Siapa dia? Kenapa begitu tidak sopan sama sekali?" Celetuk namja itu dengan ekspresi kesalnya.
"Maafkan dia sunbae. Dia masih baru disini, ini formulir pendaftarannya." Yeoja itu memberikan formulir pendaftaran Sinb kepada namja itu. Mata namja itu melebar ketika sampai pada riwayat prestasi Sinb, gadis itu pernah mengikuti kejuaraan tingkat nasional untuk pelajar Junior High School dan berada di urutan kedua.
"Jadi? Apa aku bisa masuk club ini atau tidak?" Tanya Sinb yang sudah terlihat tidak sabaran.
"Tentu saja kau bisa. Bahkan kita bisa melakukan pemanasan sekarang juga!" Mata Sinb melebar ketika menangkap sosok tak asing berjalan mendekatinya.
"S.coup Hyung! Kau disini?" Sinb masih menatapnya tak percaya.
"Hyung..." Seketika yeoja dan namja itu mengulangi perkataan Sinb. Merasa aneh dengan panggilan gadis itu.
"Hoh..." S.coup berjalan menghampiri Sinb dan mengacak rambutnya dengan gemas. "Apa kau menjadi seorang wanita sekarang?" Ejeknya yang seketika membuat Sinb menghembuskan nafas sebal. "Bahkan tempramenmu masih tetap sama hahaha..." Ejek S.coup itu lagi.
"Yak! Apa kau benar-benar ketua club ini ?" Tanya Sinb dan S.coup mengangguk.
"Kalau begitu, akan ku tarik formulir ini." Sinb menarik cepat formulirnya dari namja yang semenjak tadi masih terlihat bingung dengan keakraban Sinb dan pemimpin clubnya itu.
"Jun! Jangan biarkan dia mengambilnya." Mendengarkan perintah dari ketua club, namja yang bernama Jun itu segera mengambil lagi formulir Sinb dengan sigap Sinb mengarik tangan Jun dan membantingnya.
BRUG
S.coup itu tertawa geli dan yeoja yang disamping Sinb itu menganga tak percaya. Bagaimana gadis bertubuh kecil dengan penampilan feminim itu mampu untuk membanting tubuh Jun yang lumayan berat dan Jun adalah yang terkuat setelah ketua mereka.
"Wow! Kau bahkan bisa menjatuhkannya dalam beberapa detik. Bagaimana kalau kita bertanding sekarang?" Tantang S.coup dan Sinb pun tersenyum seolah menyetujuinya.
Akhirnya mereka berdua berada ditengah-tengah ruangan club judo, bersiap untuk bertanding Judo. Dengan pakaian lengkap dan tatapan tajam masing-masing, DK dan Yuju entah sejak kapan mereka sudah berada di tempat itu menyaksikan pertandingan dua orang penuh ambisius itu.
"Sunbae...Apa ini benar-benar tidak apa-apa?" Tanya Yuju menatap khawatir kearah Sinb.
"Tentu saja...Mereka sudah sering melakukan ini dulu." Jawab DK enteng.
"Dulu? Apa mereka berteman cukup akrab hyung?" Tanya Jun yang berdiri disamping DK.
"Tentu saja kami besar bersama." Kata DK yang seketika membuat Jun menatap kedua orang itu dengan tatapan heran dan terkejut.
Sinb dan S.coup cukup bersenang-senang, itu cukup terlihat ketika mereka saling berusaha untuk menjatuhkan satu sama lain. Semakin lama semakin banyak yang menonton pertandingan mereka berdua dan tanpa mereka sadari Wonwoo memperhatikan mereka dari jauh. Pertandingan pun berakhir ketika S.coup berhasil menjatuhkan Sinb dan gadis itu kalah dengan terhormat. Setidaknya ia hanya terjatuh 2 kali, untuk ukuran seorang yeoja itu sudah jauh lebih dari cukup.
---***---
Jam pelajaran sudah berakhir dan sekarang waktunya untuk beristirahat. Semenjak tadi Mingyu hanya menatap Sinb dengan ekspresi seriusnya sementara Wonwoo memperhatikan keduanya dengan bingung sampai ketika Mingyu memutuskan untuk berdiri dan menarik Sinb untuk segera mengikutinya.
"Yak! Wae?" Reaksi Sinb ketika dengan cepat Mingyu menariknya.
"Yak! Kau mau bawa kemana dia?" Tanya Yuju panik dan berusaha mengejar mereka berdua. Mingyu pun berhenti ketika tahu Yuju mengikutinya saat berada di ambang pintu.
"Berhenti!" Ucapnya yang seketika membuat nyali Yuju menciut dan Sinb menggelengkan kepalanya kepada Yuju agar gadis itu tidak mengikutinya.
Akhirnya Mingyu membawa pergi Sinb entah kemana? Terkadang pria itu susah untuk ditebak. Sinb hanya diam mendapat perlakuan seperti itu karena ia begitu sangat malu menjadi tontonan banyak siswa. Wonwoo masih terdiam dibangkunya sampai ketika Mingyu dan Sinb sudah tak terlihat lagi, batu ia bangkit dari tempat duduknya.
Mingyu membawa Sinb ke dalam ruang club basket yang sepi. Sebenarnya tadi banyak siswa yang berada disana, namun mereka pergi setelah Mingyu memerintahkannya untuk pergi bahkan para siswa itu tidak berani untuk mengintip. Mingyu menutup pintunya dan melepaskan cengkramannya pada tangan Sinb membuat gadis itu sedikit terdorong.
"Kau harus menarik kata-katamu!" Ucap Mingyu membuat Sinb mengkirutkan keningnya tak mengerti.
"Apa maksudmu?" Tanya Sinb tanpa rasa takut, membuat Mingyu begitu kesal dan amarahnya meluap.
BUG
Mingyu meninjukkan tangannya pada dinding. Sinb cukup terkejut dibuatnya, gadis itu dengan cepat melangkah mendekati Mingyu dan memegangi tangannya.
"Apa kau gila? Kenapa kau melukai dirimu sendiri?" Omel Sinb dan kini Mingyu menatapnya dengan amarah yang memuncak. Ia meraih tubuh Sinb dan mendorongnya kedinding, mengunci pergerakan gadis itu, membuatnya tak berkutik.
"Kenapa kau begitu berani?" Kata Mingyu lagi. Sinb masih berusaha untuk lepas dari rengkuhan Mingyu, namun sebuah kata dari Mingyu membuatnya bungkam.
"Kalau kau terus berontak, aku akan menciummu!" Sinb terdiam, menghela nafas kesal. Apa hanya Mingyu yang boleh marah disini? Tentu saja tidak! Sinb begitu sangat marah ketika seseorang asing seperti Mingyu berani mengancamnya.
"Apa maumu?" Sinb masih berusaha mengontrol emosinya dihadapan Mingyu. Mingyu pun tersenyum mendengar pertanyaan Sinb.
"Bagus! Kau seharusnya tanggap lebih awal." Mingyu menyeringai. Sinb memutuskan untuk diam dan tidak mau memprovokasi Mingyu lagi, ternyata pria ini cukup berbahaya.
"Kau hanya perlu mengingat kata-kata ku ini." Mingyu mendekatkan wajahnya pada wajah Sinb, bahkan hidung mereka bersentuhan membuat Sinb harus memejamkan matanya.
"Berhenti bertingkah seolah kau tahu segalanya dan hilangkan semua keangkuhanmu itu. Aku tidak pernah tertarik kepadamu dan sesungguhnya aku memang bermain-main." Mingyu membelai pipi Sinb membuat gadis itu menghela nafas.
"Dan tidak ada yang berhak untuk menghentikan ku untuk bermain-main, termasuk dirimu!"Mingyu menepaskan rengkuhannya dari tubuh Sinb membuat gadis itu merosot kebawah. Mata Sinb berkaca-kaca menahan rasa sakit akibat ucapan Mingyu. Mingyu menghela nafas dan masih menatap Sinb dengan tajam. Sinb masih menundukkan kepalanya, ia tidak mau Mingyu mengetahui ekspresi wajahnya sekarang.
"Cih, kau brengsek!" Umpat Sinb yang seketika membuat Mingyu melotot. Sinb mengangkat sedikit demi sedikit wajahnya dan menatap Mingyu dengan sinis.
"Arraseo! Hiduplah seperti apa yang kau mau. Kau pikir aku peduli? Kau hanya terlihat berbeda karena kau punya segalanya. Kalau kau tak mempunyai itu? Kau sama saja seperti sampah!"
"MWO? KAU..." Mingyu mendekati Sinb mencengkram kedua bahunya dengan kuat membuat Sinb kesakitan sampai ketika...
BRAKKKKK
Suara pintu terbuka dan nampak Wonwoo berdiri disana. Menatap tajam kearah Mingyu dan Sinb membuat Mingyu meringis tak percaya.
"Sejak kapan kau ikut campur urusan orang lain?" Tanya Mingyu dan tanpa jawaban Wonwoo melangkah mendekati mereka, menarik kerah baju Mingyu dan menghantam mukanya dengan tinju dari tangan kanannya.
BUAAKK
"Pecundang seperti mu pantas untuk mendapatkan ini." Mingyu tersungkur hanya dengan satu pukulan dan Wonwoo mengulurkan tangannya agar diraih oleh Sinb tapi gadis itu memilih untuk menampiknya dan melangkah pergi tetapi sebelum sampai di balik pintu ia berhenti.
"Aku tidak tahu seberapa rendahnya kalian memandang seseorang? Tetapi setidaknya kalian harus hidup seperti manusia." Setelah itu Sinb meninggalkan kedua pria itu yang masih mematung dan berusaha mencerna perkataannya.