Read More >>"> DANGEROUS SISTER (Chapter 5) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - DANGEROUS SISTER
MENU
About Us  

Mereka bertiga masih saja duduk sejajar didalam sebuah van warna hitam. Alice dan Ten terlihat terus menjaga kewaspadaannya, sementara Doyoung asik dengan kekagumannya pada setiap hal yang ia lihat ditempat itu. Masion sebelah barat yang merupakan Masion milik Jaehyun, bentuknya hampir sama dengan Masion yang tadi mereka lihat, seperti milik Tn. dan Ny. Lee.

Ketika mobil tiba-tiba berhenti beberapa meter dari Masion itu dan van itu terbuka sendiri. Entah dari mana datangnya para vampire itu? Mereka mengepung van warna hitam itu, ada lebih dari 10 vampire disana. Doyoung terlihat panik.

"Ada apa ini? Kenapa mereka mengepung kita? Apa mereka akan membunuh kita?" tanya Doyoung yang benar-benar dikuasai oleh kepanikahnya. Mereka berdua hanya diam, tak mampu menjawab pertanyaan Doyoung karena mereka memang sudah tahu dari awal kalau ini akan terjadi. Ten menarik nafas yang meninggalkan jejak ketegangan pada raut wajahnya. Alice tak menunjukkan reaksi apapun namun cukup jelas tatapan mengintai itu dari sudut matanya.

"Turun! Atau aku akan bunuh kalian disini!" Vampire yang semenjak tadi menjadi penunjuk jalan mereka berubah ke wujud aslinya. Memberikan mereka ancaman, Doyong jangan ditanya ia sudah terlihat ketakutan.

"Ten! Ottokae?" Doyoung merangkul lengan Ten.

"Kau hanya perlu mengantarkan kami ke Masion Jaehyun, apa ada yang salah dengan permintaan kami?" Alice menatap sengit mereka, Ten berusaha memegang tangan gadis itu agar ia tak lepas control.

"Apa kalian tak tahu kalian melanggar peraturan?" Vampire itu berusaha mengingatkan mereka namun dijawab dengan senyum sinis Alice.

"Apa kau pura-pura bodoh atau memang bodoh?" Cemooh Alice membuat vampire-vampire itu geram. "Kau yang mengizinkan kami untuk masuk bukan? Jadi kita sama-sama melanggar peraturan." Ucap Alice, senyum sinis terus ia torehkan diwajahnya.

"KAU...Ingin mati?" Dengan cepat vampire itu meraih tubuh Alice dan mengangkat tubuh mungil itu untuk segera keluar dari mobil. Alice hanya menatapnya datar dan tidak merasa terganggu dengan aksi vampire itu. Seolah itu hanya gertakan kecil untuknya.

"ANDWAE!" Teriak Ten dan Doyoung masih meringkuk disebelah Ten dengan semua rasa takutnya yang kini menguasai seluruh tubuhnya. Vampire itu masih meneteng tubuh Alice membuat gadis itu seolah melayang dengan tumpuan tangan vampire itu, namun anehnya ia tak merasa takut sama sekali.

Alice pov

Aku sudah menduga kalau semua ini jebakan, dari awal mereka sudah menyadari siapa kami? Melihat sikap mereka yang tidak gegabah, ku rasa mereka telah lama menjadi bawahan keluarga ini. Aku benar-benar tidak menduga kalau Korea akan menjadi negara yang cukup misterius sampai-sampai aku tidak dapat memprediksikannya. Apa keadaan itu bagus? hm—tentu saja tidak! Akan ada banyak kemungkin yang akan terjadi. Fakta itu sungguh membuatku gusar. Meskipun pada kenyataannya para vampire itu terikat dengan perjanjian, tetapi tetap saja bukan? Jangan pernah mempercayai monster seperti mereka!

Aku selalu mengingatkan diriku sendiri untuk tetap waspada dan kali ini aku tak memiliki banyak waktu lagi. Sally—saudariku itu ada ditempat ini, entah dimana itu? Aku harus segera menemukannya. Aku tak ingin ada goresan sekecil apapun pada tubuhnya. Kalau sampai mereka berani menyentuhnya? Ku pastikan semua monster itu akan tamat!

"Katakan apa tujuanmu!" Monster ini terus saja memprovokasiku!

"Mencari saudariku yang akan menjadi santapan istimewa oleh tuanmu!" Aku tidak perlu berbasa-basi lagi. Ya! Kami sedang dalam keadaan tidak untuk berbasa-basi. Vampire itu tertawa sinis, ku rasa ia tidak mempercayai perkataanku.

"Kau pikir kami akan percaya?" Aku tidak menyuruhmu untuk percaya. SHIT! Vampire rendahan ini benar-benar ingin mengulur waktu. Aku memegang tangan dinginnya dengan sedikit lebih kuat, ia mengerang.

Arrrggghhh...

Aku hanya menekannya dengan sedikit kekuatan, tetapi erangannya seolah seperti aku memberikan pukulan bertubi-tubi kepadanya. Hahaha...Seharusnya kau tidak bermain-main denganku monster rendahan! Kali ini kau tidak akan selamat!

"Alice...Hentikan!" Ten! Aku memandangnya sekilas dan tersenyum kepadanya. Jangan menyuruhku untuk berhenti! Karena ini hanyalah gertakan kecil. Aku kembali menatap vampire rendahan itu yang kini masih memegang tangannya. Kenapa? Itu belum apa-apa! Kau akan merasakan yang lebih dasyhat dari itu.

"Bersiaplah! Kau akan mati sekarang!" Aku hanya merasakankannya lagi—merasakan sesuatu yang mendesak ingin keluar, bersamaan dengan itu amarahku yang memuncak. Mereka benar-benar seperti sampah pengganggu. Menjijikkan!

Aku meraih lehernya. "Kau ingin mati dengan cara seperti apa?" Aku memberikan tawaran yang hebat kepadanya. "Kau tidak akan pernah bisa membunuhku." Wow, monster ini cukup percaya diri. "Benarkah, ku harap kau tidak mati dengan mulut besarmu itu."

BLUS...

Ia berusaha lepas dari cengkramanku—okay, ku akui dia cukup berpengalaman untuk serangan jarak dekat seperti ini, tapi kau tidak boleh berbangga hati dulu. Aku masih bermain-main denganmu.

BLUS...

Kali ini aku sudah berdiri dihadapannya dan apa yang ku peroleh? Tatapan tercengang? Sudah cukup semua permainan ini. Matilah kau! Aku meraih tubuhnya dan menghempaskannya.

BRAK

Bagaimana? Aku mulai serius sekarang! Hahaha ini menyenangkan! Ia berusaha bangkit meskipun mukanya dipenuhi dengan luka. Aku benar-benar ketagihan untuk menyiksa monster ini. Melihatnya kesakitan, benar-benar menyenangkan.

"Alice! Berhentilah ku mohon." Ten sudah berada dihadapanku.

"Jangan menghalangiku." Aku serius Ten! Dan Ten menggeleng tak mau pergi. Aku merasakan pergerakan dari beberapa vampire. BRENGSEK! Mereka mengepung kita dan salah satu dari mereka menyandra Doyoung. "Lihatlah!" Aku mengedarkan pandanganku pada semua vampire yang mengepung kami. "Untuk apa kau menghalangiku untuk membunuh monster sampah ini? Mereka bahkan tidak akan berhenti Ten!" Kataku dengan geram. Ten terdiam sambil terlihat waspada dengan vampire disekelilingnya.

"Selamatkan Doyoung, aku akan mengurus mereka." Bisikku dan ia masih saja tetap diam.

"Kau ingin kita keluar hidup-hidup atau mati menjadi pecundang disini?" Ini bukan penawaran melainkan sebuah kenyataan yang harus kita pilih. Ten mengirutkan keningnya, aku tahu ini sulit tapi sudah tidak banyak waktu yang tersisa. Sekarang di pikiranku dipenuhi dengan Sally, aku sangat ingin menemukannya hidup-hidup.

Aku masih menunggu jawaban dari Ten, namun SIAL! Para vampire itu mulai menyerang kami. Kami tidak siap dengan serangan dadakan ini. Ten berusaha untuk melindungiku.

BLUS

Suara jejak udara itu begitu terdengar nyaring. Sepertinya kami tidak bisa menghindar dari serangan monster ini.

BRUG

Arrrggghhhh...

Ten menjerit dan aku segera bangkit dari pelukannya. Sepertinya tangan Ten cedera, aku dapat melihatnya menahan rasa sakitnya. BRENGSEK! Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok Doyoung. Satu diantara mereka berusaha untuk memangsanya.

"SHIT! AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA."

Aku berlari menerjang beberapa vampire dihadapanku.

JLEB

Aku berhasil memusnakah satu diantara mereka dan satu lagi berhasil menangkap tanganku.

"Berhenti kataku sebelum kami membunuh kedua temanmu!" Aku melihat berbeberapa vampire sudah berada dihadapan Doyoung dan juga Ten. "Kau tinggal memilih, apa kau mau menuruti kami? Atau melihat mereka mati bahkan mereka juga dapat menjadi monster seperti kami?". AKU BENAR-BENAR INGIN MEMBELAH TUBUHNYA MENJADI DUA!

"Beraninya kau mengancamku." Pandanganku mengeras sampai ketika aku merasakan tubuhku seolah terbakar. Aku tidak tahu dari mana api itu berasal? Namun itu cukup membuat tangan vampire itu terbakar, aku melihatnya namun rasanya belum puas aku melihat hanya tangannya yang terbakar. Entah kenapa seolah api itu dapat membaca pikiranku. Api itu semakin besar dan membakar seluruh tubuhnya.

Arrrggghhh...Arrrgggghhh...

Aku ingin melihatnya menjadi abu! Dan apa yang terjadi? Vampire itu benar-benar menghilang seperti abu dan aku memberanikan diri untuk melihat diriku, tidak ada api? Tapi kenapa aku bisa membakar mereka? Kenapa?

SRAK

Dua orang vampire datang mendekat, mereka berdua terlihat saling melirik. Aku tahu mereka merencanakan sesuatu. Dengan gerakan cepat salah satu dari mereka, mengangkat tubuhku dan...

BRUG

Menjatuhkanku ketanah, SIAL! Aku masih saja lengah dengan pergerakan cepat dari mereka dan seolah mereka tak membiarkanku untuk bernafas. Mencengram bajuku hingga terdengar suara robekan kain dan sebelum mereka menghempaskanku, aku sudah bersiap-siap mencengkram salah satu diantara mereka.

"Kau terlalu meremehkanku."

BLARRR

Aku hanya berusaha untuk menghempaskan tubuhnya ketanah tapi kenapa sampai menciptakan seperti sebuah ledakan? Vampire itu terseret sampai ratusan meter. Aku tercengang? Sekarang hal gila apa lagi yang muncul? Tak cukupkan semua ini? Aku masih memandangi tanganku, menatapnya tak percaya. Ten dan Doyoung? Apakah mereka melihatnya? Dan ternyata mereka juga menatapku dengan kebekuan yang sama.

"Kau—kau itu makhluk apa sebenarnya?" ucap vampire yang ada disebelahku. Jangan bertanya? Karena aku juga tidak tahu, apa sebenarnya diriku? Tapi itu sekarang tidak penting bukan? Aku tidak punya banyak waktu untuk berfikir siapa diriku. Aku berjalan mendekatinya, ia berusaha mundur beberapa kali dan tak berani untuk menatap mataku.

Wow...ini kedua kalinya aku melihat seorang vampire ketakutan? lama sudah setelah saat kematian Adam waktu itu. SHIT! Kenapa aku harus mengingat semua itu? Aku benar-benar membenci semua monster ini. AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA!

"ALICE!" Teriakan Doyoung membuatku menatapnya dan monster sialan itu membuatku marah.

"BANGSAT!" Aku berlari dan entah dari mana itu? Seolah angin mendorongku lebih cepat. Secepat kilat aku sudah berada dihadapan Doyoung yang telah terlihat ketakutan, vampire-vampire itu benar-benar menyusahkan. Aku meraih salah satu diantara mereka dan menghempaskannya .

BLAARRR

Ledakan itu muncul lagi, kali ini lebih jauh. Salah satu vampire yang memegangi Doyoung terlihat gemetaran sekarang.

"Kenapa? Kau takut?" Aku mencengkram bajunya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Kau ingin mati dengan cara apa? Hangus seperti temanmu yang tadi atau seperti mereka berdua?" tubuhnya semakin gemetaran.

BLUS

Aku merasakan hembusan angin dari arah lain dan....seseorang menyerangku!

BRAK

SHIT! Seharusnya aku membunuhnya sejak tadi, vampire sialan itu menyerangku dari belakang. Aku memandangi semua vampire itu masih tersisah 4 dan aku harus segera membunuh mereka semua.

"KALIAN...VAMPIRE SIALAN! KEMARILAH...HADAPI AKU." Dan mereka pun menurutiku. Meninggalkan Ten dan Doyoung, good...Setidaknya mereka tidak akan menganggu mereka lagi. Ke empat vampire yang tersisa itu akhirnya mengepungku. Entahlah, apakah aku bisa mengalahkan mereka semua atau tidak?

Tuhan tolonglah aku...

Alice pov end

Alice dikelilingi beberapa vampire penjaga, pandangan mereka mengatakan seolah mereka benar-benar akan mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk menjatuhkan gadis itu. Alice bangkit meskipun ia merasa sakit pada sekujur tubuhnya. Pandangannya seperti bilah pisau yang tajam dan tatapan dingin itu benar-benar menakutkan.

"Kenapa kalian hanya diam? Kalian boleh menyerangku bersamaan!" Ucap Alice dengan nada dinginnya. Ke empat vampire itu saling melirik sebelum akhirnya menyerangnya bersamaan tetapi di luar dugaan—Alice bisa menghindari serangan itu. Kalian tahu dengan apa? Gadis itu terbang beberapa meter dari permukaan tanah. Ke empat vampire itu tercengang, Alice benar-benar terlihat tidak menyadari kalau ia tidak menginjakkan kakinya di bumi lagi. Ia masih tetap menatap ke empat vampire itu dengan tatapan garangnya.

"MATILAH KALIAN!" Alice menyerbu mereka dengan serangan udara kosong atau bisa disebut dengan elemen udara, kalian tahu? Itu adalah elemen yang dimiliki para penyihir tetapi serbuan udara itu seperti tiupan angin kencang yang terus berputar seperti angin topan kecil dan menghitam. Serangan itu keluar dengan mudah dari tangan Alice ketika gadis itu mulai menampakkan telapak tangannya.

BRAKK

Salah satu diantara vampire itu menabrak sebuah pohon dan tak sadarkan diri. Alice menyeringai, ia masih berada diatas udara seperti seekor elang yang mengamati dengan cermat maksanya.

Ia kemudian menyerang ketiga vampire yang tersisa dengan tiupan angin topan kecil itu, Alice masih saja bermain-main dengan para vampire itu. Alice tersenyum lebar ketika melihat para vampire itu kewalahan menghindari serangannya.

"Kenapa kalian tidak menerimanya saja? Anggap itu hadiah kecil dariku...hahahaha.." Alice tertawa begitu keras dan suara itu cukup membuat sakit telinga, semua yang mendengarkannya.

"HENTIKAN!" Teriak seseorang yang muncul dihadapan Alice, terbang tentu saja. Seorang wanita memakai tudung hitam, tatapan tajamnya seolah menusuk. Ia seorang wanita penyihir, mencengkram tangan Alice dengan kuat.

"Jangan sembarangan menggunakan kekuatanmu nona atau aku akan membuatmu lenyap selamanya." Ancam wanita itu yang seketika membuat Alice menyeringai.

"Lakukan jika kau bisa."

BLASS

Alice menghilang dan muncul beberapa meter dari wanita itu, menatapnya dengan tajam. Membuat wanita itu semakin geram.

"Generasi penyihir hitam keberapa sebenarnya dirimu?" Alice terdiam, mengirutkan keningnya tak mengerti. Menatap wanita itu penuh tanya, wanita penyihir itu tersenyum seolah mengerti dengan ekspresi wajah Alice.

"Kau belum tahu siapa dirimu? Sungguh menggelikan...Kau benar-benar tidak tahu siapa kau sebenarnya gadis kecil?" Ejek wanita itu membuat Alice terlihat kesal. Semua perkataan wanita penyihir itu memang benar—bahwa ia tidak tahu siapa dirinya? Tapi mengatakan bahwa ia adalah penyihir hitam? Itu adalah kekonyolan tingkat dewa. Apa wanita itu sudah sinting? Batin Alice.

"Berhenti berbicara omong kosong, serang aku sekarang!" Tantang Alice.

"Tentu saja, jika itu maumu." Ucapnya dan seketika wanita penyihir itu sudah berada dihadapan Alice. Tangannya mengeluarkan elemen api, sama seperti Alice beberapa waktu lalu.

"Terima ini!" Ucap wanita itu sambil melemparkan bola api yang semakin membesar dari tangannya. Alice terlihat panic dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan? Sampai seseorang mengatakan sesuatu kepadanya. 'kau harus memadamkannya' itulah yang Alice dengar, sepertinya bukan suara seseorang? Tetapi itu adalah suara dirinya sendiri. Sebenarnya ada siapa didalam dirinya? Tapi apakah itu penting sekarang? Sangat tidak penting karena ia harus segera mencegah bola api itu membakar dirinya.

"BITCH!" Umpat Alice dan gadis itu berusaha untuk mengeluarkan sesuatu apapun yang bisa membuat bola api itu padam. AIR! Alice harus memakai elemen air—Alice pun berkonsentrasi dan air pun datang, menjadi perisai yang kuat untuknya. Bola api itu pun lenyap dan wanita itu jangan ditanya, ia terlihat tercengang.

"Kenapa? Kau terkejut? Jangan pernah meremehkan gadis kecil ini." Ucap Alice sambil menggerakkan tangannya. Memberikan isyarat air dalam bentuk perisai itu melebur dan menjadi berbalik menyerang wanita itu dan...

BLAARRR

Wanita itu seolah terseret guyuran air bah, perisai yang ia buat tak mampu untuk menahan serangan air dari Alice.

"JEBAL...JEBAL..." Alice menoleh mencari suara itu dan ia melihat Ten dan Doyoung berusaha menyelamatkan diri mereka dari lautan air. Alice baru benar-benar sadar bahwa sebagian halaman castle ini sudah tertutupi dengan air. Alice bingung? Bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan kedua temannya itu. Ia berfikir sejenak sebelum akhirnya suara itu muncul lagi 'angkat mereka'. WHAT? Mengangkat? Apa aku juga bisa melakukan itu? Batin Alice dan ia mendesah sebelum akhirnya gadis itu berusaha mencobanya.

IMPOSSIBLE!! Alice tercengang ketika ia bisa mengangkat kedua temannya itu dan meletakkannya pada tempat yang tidak tergenangi oleh air lagi. Alice seketika merasa bersalah kepada kedua temannya itu dan pada castle yang bagus ini, tapi demi menemukan Sally yang entah dimana sekarang? Alice harus melakukannya.

Ketika mengingat nama Sally, muka Alice mengeras. Ia harus segera menemukan saudarinya itu. Harus!

Pada akhirnya mereka bertiga sampai di halaman Castle sebelah Barat milik Jaehyun tanpa hambatan tetapi mereka masih harus berjalan beberapa meter lagi untuk mencapai pintu Castle itu. Semakin lama Alice semakin mengerti dengan kekuatan yang ia miliki, jadi sebelum kumpulan vampire penjaga itu mendekat, ia bisa mengendalikan apapun untuk menghalangi mereka. Sesungguhnya Alice ingin membunuh semua vampire itu tetapi Ten yang sampai sekarang memegangi tangannya terus mengoceh dan mengatakan kata menyebalkan itu 'JANGAN ALICE! JANGAN BUNUH MEREKA' dan Doyoung masih berada disamping Ten tak berani memandang Alice sama sekali--Sepertinya ia takut.

"Apa kau takut dengan ku sekarang?" Tanya Alice menatap kesal Doyoung namun pria itu tak bergeming.

"Doyoung-ah, aku berbicara denganmu!" Alice sedikit meninggikan suaranya dan kini Doyoung menatapnya dengan takut-takut.

"Kau boleh mempercayainya atau tidak? Sungguh aku tidak tahu kenapa kekuatan ini ada padaku?" Lirih Alice yang juga masih tidak percaya dengan semua hal yang telah ia alami.

"Sudahlah...Kita tidak perlu membahas ini lagi. Ingat! Kau hanya perlu mengendalikan dirimu Alice. Aku tidak ingin kau membunuh para vampire itu lagi, jika sampai komite kedisiplinan tahu tentang ini? Kita benar-benar akan diasingkan." Ini merupakan kalimat terpanjang dari Ten yang semenjak tadi ia hanya terus berusaha mengontrol Alice untuk membatasi kekuatannya. Setidaknya Ten tidak menunjukkan rasa ketakutannya terhadap dirinya, itu sudah lebih dari cukup menurut Alice.

"Dan...Kita sudah sampai." Kata Ten, bersamaan mereka bertiga menatap pintu Castle. Seseorang muncul dari balik pintu dan menatap mereka dengan seringaian jahatnya. Pria berperawakan tinggi dengan rambut karamel dan muka sedikit kebarat-baratan.

"Selamat datang..." Ucapnya dengan logat campuran inggrisnya.

"Siapa dia?" Bisik Alice

"Dia Johnny...Kau bangsawan lainnya yang berasal dari Amerika." Jelas Ten membuat Alice menatap tajam pria itu.

"Aku benci semua vampire original itu...Aku benar-benar benci kaum bangsawan karena aku tidak bisa membunuh mereka." Keluh Alice dan Ten memperkuat genggaman tangannya pada gadis itu.

"Jangan lakukan apapun! Ku mohon untuk hari ini saja...Menurutlah padaku Alice!" Mohon Ten membuat Alice mendesah.

"Dengarkanlah Ten..." Doyoung menimpali membuat Alice bertambah kesal.

"Kita hanya perlu membuatnya tak curiga karena kita telah melumpuhkan penjaga diluar, kita tidak perlu membuat terlalu banyak keributan disini. Yang perlu kita lakukan hanya masuk, mencari Sally dan keluar dari tempat ini...Kalian berdua mengerti?" Ten mulai berusaha mengambil alih keadaan. Ia sudah cukup pusing melihat semua kekuatan aneh yang Alice keluarkan dan ia tidak mau lagi gadis itu mengeluarkan hal-hal aneh yang lebih menakutkan lagi dari itu. Ten tidak sanggup melihat Alice menjadi orang lain saat gadis itu benar-benar tak terkendalikan emosinya.

Doyoung mengangguk pasti dan Alice dengan terpaksa mengangguk. Ia sebenarnya masih sangat kesal dengan semua vampire penghuni Castle ini dan penyihir jalang yang entah berasal dari mana itu? Tetapi melihat semua luka di sekujur tubuh Ten dan Doyoung membuat perasaan bersalah itu selalu muncul di pikirannya. Mereka berdua berusaha membantunya, setidaknya Alice harus membalas semua kebaikan mereka berdua. Tok semua yang barusaha Ten lakukan juga tak terlalu buruk, jadi apa salahnya jika kali ini ia menuruti semua perkataan pria disampingnya ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Koude
2850      1048     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Kamu VS Kamu
1494      824     3     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
In the Name of Love
630      374     1     
Short Story
Kita saling mencintai dan kita terjebak akan lingkaran cinta menyakitkan. Semua yang kita lakukan tentu saja atas nama cinta
Dramatisasi Kata Kembali
634      312     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Semu, Nawasena
4873      2283     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Zona Erotis
703      453     7     
Romance
Z aman dimana O rang-orang merasakan N aik dan turunnya A kal sehat dan nafsu E ntah itu karena merasa muda R asa ingin tahu yang tiada tara O bat pelipur lara T anpa berfikir dua kali I ndra-indra yang lain dikelabui mata S ampai akhirnya menangislah lara Masa-masa putih abu menurut kebanyakan orang adalah masa yang paling indah dan masa dimana nafsu setiap insan memuncak....
Mawar Putih
1372      711     3     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
Dua Warna
327      240     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Mimpi Membawaku Kembali Bersamamu
556      386     4     
Short Story
Aku akan menceritakan tentang kisahku yang bertemu dengan seorang lelaki melalui mimpi dan lelaki itu membuatku jatuh cinta padanya. Kuharap cerita ini tidak membosankan.