Read More >>"> DANGEROUS SISTER (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - DANGEROUS SISTER
MENU
About Us  

Sebuah pesawat menuju Seol—Korea Selatan. Dua orang gadis duduk berdampingan di kursi penumpang business class. Mereka terlihat berbeda dari kebanyakan penumpang yang memiliki kulit putih cerah dan mata biru. Fisik mereka sama seperti orang asia rata-rata tetapi mereka terlihat lebih berbeda karena kecantikan natural yang mereka pancarkan sehingga tak jarang banyak mata yang melirik mereka. Diluar, pesawat menunjukkan kegelapan langit dipenuhi dengan gemerlap bintang yang hampir seperti lilin yang bertaburan—Terkadang bercahaya dan redup. Mereka memiliki sebuah harapan dan kehidupan yang baru—jauh dari kegelapan masa lalu yang terus menggelayuti mereka berdua selama ini.

Sally pov

Aku mencengkeram selimut yang menutupi tubuhku dengan keras. Keringatku bercucuran dan detak jantungku berjalan tak beraturan. SHIT, kenapa aku harus bermimpi tentang kejadian itu lagi? Aku berusaha keras membuka mataku. Kini kepalaku benar-benar dipenuhi dengan pikiran gelap yang seolah menggerogoti dan membawanya terlalu dalam pada kegelapan itu sendiri. Rasa bersalah membanjiri dada ku, memberikan kontraksi yang kuat pada kedua mataku untuk mengeluarkan kristal bening itu. TIDAK! Aku tidak ingin menangis sekarang. Aku sudah mampu nanganinya selama ini dan di sampingnya? Aku tidak akan pernah melakukannya!

Aku melirik kearahnya dan memastikan apa dia melihat kegundahan ku? Dan—Dia benar-benar melihat ekspresi sedihku. Aku tahu sekeras apapun aku berusaha untuk menyembunyikan perasaan ku—dia bisa merasakannya.

"Ada apa?" Suara datar tapi aku tahu ia mengkhawatirkan ku diatas ketidak pedulian yang terus berusaha ia pertahankan, semua itu cukup membuat suasana hatiku bertambah buruk. Aku menelan ludah dan menoleh kepadanya, membuat ku memperoleh tatapan datar darinya. Dia adalah saudara sekaligus penjagaku yang merupakan 1 dari 3 yang tersisa. Namanya adalah Alicea Aston. Aku memaksakan diriku untuk tersenyum dan ekpresinya tidak pernah sedikit pun berubah. Aku tahu apa yang membuatnya menjadi gadis yang begitu dingin.

Dia—Marah padaku karena sikap kekanaanku bertahun-tahun lalu. Saat Adam terbunuh karena ingin melindungiku. Adam, Alice dan Aaron terlahir sebagai pemburu vampire yang memiliki keistimewaan dengan indra ke tujuhnya. Seorang hunter seperti mereka dikaruniai penciuman yang tajam, mereka sanggup mendeteksi keberadaan vampire meskipun berada di jarak yang beberapa kilo meter dan dengan indra ketujuhnya itu mereka sanggup untuk membentengi diri mereka dan siapapun yang mereka lindungi dari para vampire yang memiliki kekuatan membaca pikiran seseorang dan juga kompulsif. Kembali kepada diriku, aku adalah Sally Aston. Melihat penampilanku dapat dipastikan kalian tidak akan percaya kalau aku adalah gadis inggris berumur 20 tahun. Wajah ku sangat asia sekali, kulitku terlihat putih cerah, mata kecoklatan gelap dengan rambut hitam lebat. Aku adalah anak tunggal di keluarga Aston, setidaknya sampai saat usia ku 13 tahun. Aku diadopsi oleh mereka ketika mereka sedang berkunjung ke Taiwan beberapa puluh tahun yang lalu. Mereka menemukan ku saat disembunyikan disebuah lemari oleh orang tuaku yang sudah tak bernyawa lagi dan karena itulah mereka menjadikanku anak mereka.

Aku tiba-tiba saja memalingkan wajah ku lagi dan menatap gadis yang duduk sejajar disampingku dengan mata tertutupnya—Dia adalah saudaraku. Dulu—Hubungan kami tidak sedingin ini. Ia begitu penyayang dan selalu memperhatikan kami, jiwa periangnya mampu membuat kami selalu nyaman di dekatnya. Diantara kami berempat dia adalah orang kedua setelah Adam yang paling dewasa. Aku tahu dia peduli padaku meskipun pada kenyataannya sikapnya masih begitu dingin sampai detik ini. Ya Tuhan—Aku sangat merindukan saat-saat bersama mereka—Bersama saudara-saudaraku, Adam, Aaron dan Alice. Aku masih menyimpan ingatan bahagia itu dengan apik dalam otakku.

Awal mula aku bertemu dengan mereka? Saat umurku 13 tahun, Dad membawaku pada sebuah sekolah yang berada di tengah-tengah hutan. Sebelum itu terjadi—Keanehan demi keanehan selalu datang menghampiriku. Aku masih ingat ketika seseorang datang menyerang rumah kami. Saat itu aku tak tahu kalau itu adalah vampire, mereka berusaha untuk menculik ku dari kedua orang tua ku. Untung saja—Seseorang datang dan menyelamatkan kami. Salah satu pemburu vampire yang seumuran dengan Dad, Dia—Menyarankan Dad untuk memasukkanku disebuah sekolah yang tidak pernah ku dengar namanya bahkan itu di dalam google ketika kau mencarinya sekali pun. Mereka menyebut sekolah itu Shadow School yang di dalamnya hanya berisi dua jenis anak dengan kelebihan mereka. Aku—Hanya manusia biasa tetapi aku memiliki keistimewaan yaitu darah ku, bisa dibilang aku memiliki Blood sacred—darah suci yang selalu di incar sepanjang masa. Aku mengetahuinya ketika Kepala Sekolah menjelaskan dengan sabar kepadaku dan Dad. Diantara keterkejutan ketika aku menerima kenyataan bahwa aku adalah Blood sacred? Di sekolah ini aku melihat ada banyak anak yang memiliki Blood sacred sepertiku, tetapi kepala sekolah bilang—Kami sekarang menjadi kaum minoritas karena vampire tak hentinya untuk memburu kami hanya untuk sebuah alasan—Keabadian dan kekuatan lebih besar. Tidak hanya itu saja, ketika itu kepala sekolah juga menjelaskan setiap Blood sacred sepertiku memiliki unicorn –Aku dapat menyembuhkan luka seperti apapun itu tetapi hanya sebatas itu dan aku tak dapat membangkitkan orang mati.

Ketika para vampire berhasil mendapatkan Blood sacred—Itu akan menjadi petaka karena mereka tidak akan terkalahkan meskipun mereka di kepung dengan 2 hunter dengan level 7 sekali pun. Siswa berikutnya adalah mereka yang memiliki kewajiban memburu dan menjaga kami pemilik Blood sacred. Salah satunya adalah gadis yang duduk disampingku ini—saudaraku. Mereka bukanlah manusia biasa—Ada tanda pada leher bagian belakang mereka berbentuk seperti bintang dan itu sudah ada ketika mereka dilahirkan. Tato bintang itu akan terus bertambah ketika kekuatan mereka mencapai tiap level sampai pada level ke7. Dan saudara ku ini sudah mencapai sampai level itu. Kekuatannya melebihi Adam dan Aaron ku rasa.

Saat itu aku benar-benar tidak menyangka ada sekolah seperti ini. Dengan begitu banyak manusia aneh didalamnya, tetapi setidaknya itu lebih baik dibandingkan aku harus berurusan dengan monster mengerikan itu. Setiap Blood sacred seperti diriku harus mempunyai satu pengawal untuk menjaga tetapi aku memiliki 3 itu bukan atas kemauanku tetapi karena Dad berkemampuan untuk melakukan itu—Agar aku terlindungi dari serangan para vampire. Awalnya seperti itu sampai ketika Dad memutuskan untuk mengadopsi mereka.

Sebelumnya Dad meminta kepala sekolah untuk memberikan seorang pengawal yang terbaik untukku dan kepala sekolah pun merekomendasikan Adam, Aaron dan Alice. Mereka selalu menyebut ketiga orang ini AFamily. Mereka bukan saudara kandung tetapi mereka dibesarkan bersama dan sudah beranggapan kalau mereka adalah saudara. Saat itulah hari pertama kami bertemu. Adam dengan kulit pucat, ia memiliki mata biru yang indah, rambut pirang keemasan dan tubuhnya yang bagus, wajah tampan dan juga keramahannya membuat semua orang menyukainya. Kemudian—Aaron, ia memiliki rambut hitam yang tertata dengan rapi, warna kulit sedikit gelap untuk ukuran orang inggris dan pandangan tajamnya itu cukup mengesankan. Yang terakhir adalah gadis yang berada disampingku saat ini, Alicea. Wajahnya begitu oriental, saat itu Dad terkejut karena sepertinya kami dari ras yang sama dan aku juga merasakan keterkejutan yang sama—Hanya saja kulitnya lebih cerah dari ku dan hidungnya mancung. Dia terlihat begitu ceria dan energik, Dad menyukainya.

Saat itu mereka menunjukkan keahlian mereka masing-masing. Diusia kami yang masih beranjak 13 tahun mereka sudah dipercayai untuk memiliki pasak perak yang merupakan senjata paling ampun untuk membunuh vampire. Dad terperangah dengan keterampilan AFamily, karena Dad begitu baik—Ia memutuskan untuk mengadopsi mereka semua. Aku? Tentu saja merasa sangat bahagia karena itu berarti aku tak sendirian lagi. Aku memiliki saudara sekarang—Tiga orang kakak sekaligus. Saat itu aku benar-benar bahagia karena aku merasa berbeda dari Blood sacred yang lainnya. Mereka mungkin hanya memiliki seorang pengawal atau 3 pengawal sekaligus tetapi aku memiliki tiga pengawal sekaligus 3 orang saudara.

Aku merasa seperti gadis paling bahagia di dunia—kami tumbuh bersama dengan rasa persaudaraan yang kuat. Kami saling melindungi satu sama lain—aku, Alice, Adam dan Aaron. Sampai malapetaka itu pun datang. Malam itu—ketika aku berusaha untuk membuktikan seberapa besar rasa peduli Adam kepadaku. Maksudku adalah aku ingin tahu apa dia memiliki perasaan yang sama seperti ku? Pengkhianatan pertama yang ku lakukan adalah mencintai Adam—tidak menganggapnya seperti saudara. Semakin hari rasa itu semakin tumbuh tatkala aku melihatnya selalu menunjukkan rasa kepedulian yang begitu tinggi kepada Alice—tidak! Adam menyukai Alice dan aku tidak bisa menerima semua itu. Aku yang selalu bisa mendapatkan semuanya tidak dapat menerima semua fakta menyakitkan itu. Aku merasa remuk untuk pertama kalinya ketika melihat tatapan penuh cinta dari mata biru Adam yang hanya tertuju untuk Alice—Mungkin jika itu aku? Dia hanya akan memberikan tatapan hangat dan sikap melindungi dari seorang kakak kepada adiknya—tetapi aku menginginkan lebih dari itu.

Malam itu—aku sengaja pergi ke sarang para vampire ketika aku berhasil merayu Aaron untuk membawa ku keluar dari rumah, ketika hanya ada kami berdua. Aku tahu Aaron akan menuruti semua permintaan ku tanpa bertanya mengapa? Karena dia menyukai ku—bukan seperti seorang saudara tetapi seperti laki-laki terhadap perempuan. Beberapa club malam di kota London akan menjadi tempat para vampire untuk memburu manusia dan mereka akan merasa mendapatkan sebuah jackpot dengan kehadiran ku disana—Blood scared merupakan mutiara berharga. Oh tidak! Kami terlihat seperti sebuah berlian yang sangat berharga bagi para vampire. Makanan yang begitu istimewa—sampai membuat mereka harus mati-matian mendapatkan kami.

Malam itu, aku berjalan berdampingan dengan Aaron. Aku melihat pancaran kebahagian didalam dirinya. Maafkan aku Aaron karena memanfaatkanmu untuk memperoleh Adam. Aku memang picik dan semua itu ku lakukan hanya untuk memenuhi obsesiku terhadapan Adam. Saat itu, kami telah sampai disebuah club malam—Aku memakai dress hitam selutut dan Aaron memakai T-shirt dibalut dengan kemeja kotak-kotak. Kami membaur dengan lautan manusia yang sedang menikmati tiap detik alunan music yang berdentum—Aaron terlihat begitu waspada, ku rasa ia mulai merasakan kehadiran vampire disini. Dengan sigap Aaron menarikku dan berusaha membuatku berada dalam jangkauannya. Aku hanya menatapnya dan ia mengangguk ketika aku hanya berbicara lewat mataku. Hal ini sudah sering terjadi, bahkan itu ketika kami hanya berada didalam rumah. Hari ini aku benar-benar mengambil resiko yang begitu tinggi—membahayakan diriku dan mungkin juga mereka. Kalian boleh berfikir aku gadis yang GILA! Tapi pada kenyataannya aku memang tergila-gila pada Adam.

Tanpa kami sadar, ada 2 orang pria mengintai dan mendekat. Kalau seseorang jeli—pasti mereka tahu kalau mereka adalah seorang vampire. Aaron membawaku segera pergi dari tempat itu dan kami telah dihadang beberapa vampire. Aaron sama kuatnya dengan Adam malah lebih kuat, hanya saja emosinya yang meledak-ledak membuatnya sering kali bertindak gegabah. Ia menghadapi 3 vampire itu sendirian dan aku mulai cemas ketika seseorang yang ku harapkan tidak kunjung datang. Aaron sudah terlihat kewalahan dengan para vampire itu dan aku sudah melihat amarahnya yang mulai meletup.

"Shit! Sally, hubungi Adam dan Alice." Yeah—untuk sesaat aku merasa senang ketika melihat tampang menyerah dari Aaron. Tetapi bukankah itu terlalu kejam? Disaat Aron berjuang menyelamatkan ku, aku malah merasa senang karena pada akhirnya Adam akan datang dan menolongku. Aku benar-benar ingin tahu apa yang akan Adam lakukan untukku?

"Baiklah." Aku segera meraih ponsel ku dan menekan beberapa tombol di sana—aku mendengarkan suara Adam yang khawatir.

"Kau dimana?" Sungguh, aku menyukai ini. Aku merasakan jantungku berdegup kencang lebih kencang dari angin topan mungkin? Dia mengkhawatirkanku? Aku ingin berteriak sekarang disini! Apa itu mungkin?

"Tolong aku." Aku mulai berakting dengan segala kemampuan yang ku punya. "Kami diserang vampire, ku mohon kemarilah." Aku mulai mengeluarkan jurus terampuhku yang kebanyakan pria tidak bisa menolaknya—Menangis!

"Baiklah, tenangkan dirimu! Aku akan segera kesana." Ucap Adam dengan tenang, aku tahu dia tidak setenang itu? Dia hanya berusaha membuat ku tidak terlalu panik.

"Cepatlah!." Pekik ku, aku yakin ia akan secepat kilat untuk sampai kemari dan menyelamatkanku seharusnya.

Aku menggigit bibir bawah ku ketika Aaron mulai beberapa kali mendapatkan pukulan dari para vampire itu. Tiba-tiba perasaan takut itu menghampiriku—bagaimana seandainya Aaron kalah? Dan mereka mengubahnya menjadi vampire juga? Tidak—itu tidak boleh terjadi. Adam, kumohon datanglah!

Ketika vampire itu hendak menggigit tangan Aaron. Sebuah pasak perak mendarat tepat pada bahu vampire itu membuat vampire itu menjerit kesakitan. Aku pun menoleh untuk mencari tahu siapa yang membantu kami. Mataku berbinar ketika aku melihat siluet Adam berjalan di balik kegelapan, wajahnya bercahaya terterpa sinar lampu yang redup dan mata biru indah itu membuatku tak dapat melepaskan pandangan ku darinya. Aku merasa berhenti bernafas. Tuhan, aku benar-benar tidak bisa untuk tak menyukai pria ini.

Ia berlari dan menyerang beberapa vampire dan membunuh salah satu yang hampir menggigit Aaron tadi. Setiap kali aku melihat tubuhnya bergerak dengan lincah, sebanyak itu pula aku merasa terpesona. Tanpaku duga ada beberapa vampire lagi yang menghadang kami, tempatnya 4 vampire tentunya setelah kemusnaan salah satu diantara mereka. Adam melawan ke empat vampire itu dan Aaron berada disampingku untuk beristirahat sejenak. Aku melihat wajah lelahnya sekilas dan aku mengalihkan tatapanku pada Adam. Aku mulai mengkhawatirkannya.

"Aaron—bantulah Adam!" Pintaku dan aku tidak menduga ia meraih tubuhku dan membuatku harus berhadapan dengannya. Matanya yang menyala memperlihatkan amarah yang begitu besar pada diri Aaron. Apa mungkin ia merasakan sesuatu?

"Katakan dengan jujur, apa kau sengaja melakukan ini?" Aku termenung berusaha untuk mencerna apa yang Aaron tanyakan.

"Apa maksudmu?" Dia tidak mengetahuinya kan?.

"Kau, sengaja membawaku kemari hanya untuk membuatnya datang juga? Kenapa Sally?" Tatapan terluka itu membuat aku tak sanggup untuk menatap mata biru tajam itu. Aaron benar-benar marah kali ini dan semua rencana ku berhasil ia ketahui. Aku lupa—Aaron begitu cerdik dalam segala macam rencana licik. Sementara aku hanya amatiran yang dikuasai oleh api cinta yang membara.

"Apa kau sangat menyukainya sampai kau harus melakukan hal semacam ini?" Tatapan kebencian Aaron membuatku menelan ludah merasa tercekat pada bagian tenggorokanku. Aku membatu.

"Shit! Baiklah—kau akan melihatnya mati sekarang!" Tubuhku terlonjat, terkejut dengan apa yang dikatakan Aaron. "Apa yang kau katakan?." Aku melihat amarah dan kebencian yang teramat pada mata Aaron. Kalau seperti ini dia tidak akan memiliki rasa simpati kepada siapa pun. Aku sudah mengenalnya cukup lama dan untuk pertama kalinya aku benar-benar membenci diriku sendiri yang membuat keadaan semakin kacau.

"Aku akan membuatnya mati terbunuh oleh vampire itu dan kau harus menyaksikannya!" Katanya dengan seringaian jahat. Sisi gelap Aaron benar-benar keluar sekarang. Alice dimana dirimu sebenarnya? Aku membutuhkanmu untuk menjinakkan Aaron! Aku tidak tahu kenapa aku harus memikirkan Alice? Tidak! Dia tidak boleh tahu tentang ini. Aku takut semuanya akan menjadi kacau, segera aku menggeleng tak membiarkan Aaron untuk melakukan perbuatan keji itu.

"Ku mohon jangan lakukan itu! Dia adalah saudaramu!" Aku bergerak untuk menolong Adam tetapi Aaron mendekap tubuh ku. Aku dapat melihat ketika satu per satu vampire itu berhasil memberikan pukulan kepada Adam.

"TIDAK, ADAM!!!." Aku berteriak cukup keras dan Aaron masih merengkuhku, berkuasa sepenuhnya atas tubuhku yang terus meronta-ronta untuk ia lepaskan. Ketika salah satu vampire itu mendekati kami, Aaron dengan cepat melepaskanku dan menyerang vampire itu. Ini adalah kesempatanku untuk menyelamatkan Adam yang terlihat terluka pada tangan kirinya.

"ADAM." Aku berlari secepatnya dan vampire itu datang menyerangku. Dengan sisa tenaga Adam menyelamatakanku dan mengorbankan dirinya untuk digigit oleh vampire itu.

"ADAM!!TIDAK." Aku terus berteriak dan aku merasa dunia ku berhenti bergerak ketika aku melihat tubuh Adam tidak bergerak lagi di bawah kuasa vampire itu sepenuhnya. Adam mati? Itu tidak mungkin bukan? Adamku adalah pria yang cerdas dan kuat—Ia tidak mungkin terkalahkan oleh para vampire kelas rendah itu bukan? Ini tidak mungkin—Katakan ini tidak mungkin? Aku menangis sekeras-kerasnya dan sebuah tangan menyentakku untuk segera berdiri. Aaron?

"TIDAK!! Aku akan tetap bersama Adam disini!" Aku berteriak kepada Aaron dan ia berusaha untuk menggendongku dengan paksa.

Aku menjerit sekeras-kerasnya. "LEPASKAN!!! AKU AKAN TETAP BERSAMA ADAM." Vampire yang tersisa terus mengejar kami sampai ketika aku melihat sosok Alice. Ia berlari dengan cepat menghampiri kami dan menyerang para vampire itu tanpa rasa takut. Dengan kelincahannya Alice dapat melukai dua vampire sekaligus dan ia begitu terampil ketika menggunakan pasak perak pada kedua tangannya.

"Aaron—ku mohon lepaskan aku". Rintihku dan Aaron tidak terpengaruh dengan permohonan ku. Ia masih berkuasa penuh pada tubuh ku tetapi ia juga tidak bergerak. Ku rasa Aaron memperhatikan pergerakan Alice, mungkinkah ia berfikiran sama sepertiku? Bahwa Alice lebih kuat dari Adam dan dirinya? Alice menyelesaikan pertarungannya dengan melemparkan pasak pada jantung salah satu vampire itu dari jarak beberapa meter—aku dan Aaron cukup terkejut dengan itu. Bagaimana bisa dia melakukannya? Maksud ku, dia sedang menghadapi 3 vampire yang seolah bekerja sama untuk menyerangnya. Saat kedua vampire itu hendak membekap Alice dan satu vampire lagi sepertinya akan bersiap untuk menyerangnya? Tapi tangan Alice dengan mudahnya bebas di udara dan melemparkan pasak itu seperti ia sedang melakukan kompetisi memanah tingkat internasional. Dia tidak terlihat terlalu focus tetapi itu tepat sasaran dan aku juga menangkap keterkejutan dari para monster itu.

"ALICE!!!". Aku berteriak ketika salah satu dari mereka berusaha menyerang Alice dari arah belakang, tapi Alice lebih cepat tanggap. Ia naik keatas tubuh vampire itu seperti seorang anak kecil yang di gendong oleh ayahnya dan tanpa ragu Alice mematahkan kepala vampire itu dengan cepat.

KRAK

Suaranya terdengar menyakitkan sampai aku tak sanggup untuk melihatnya. Kami sering kali diserang tetapi aku tidak pernah melihat mereka membunuh para monster itu—tepatnya aku tidak mau melihatnya! Ini benar-benar mengerikan tetapi semua itu belum berakhir masih ada satu vampire yang tersisa. Aku menangkap mata merah yang ketakutan—apa mungkin seorang vampire sedang ketakutan sekarang? Ah, bukankah itu konyol? Dia ketakutan pada seorang hunter wanita seperti Alice. Entah mengapa aku merasa ini ke konyolan tingkat tinggi—mana mungkin monster sepertinya memiliki rasa takut? Ini tidak masuk akal sama sekali!

Pergerakan Aaron membuatku terhenyak dari dasar pemikiran yang terus berputar-putar dalam otakku. "Aaron, lepaskan aku!." Pekikku dan aku merutuki diriku sendiri ketika aku hanya membuang sisa tenaga hanya agar Aaron melepaskan ku. Dia tidak akan mendengarkan siapapun!

"Apa yang kalian lakukan disini?" Kami terkejut, Alice sudah berada dihadapan kami. Ia menatap heran Aaron. Ku rasa Alice benar-benar belum tahu situasi yang terjadi sekarang, tetapi tetap saja perasaan lega itu membanjiriku. Alice menoleh kekanan dan kekiri. Ku rasa ia mencari Adam.

"Dimana Adam?" Aku membeku—aku segera menundukkan wajah, kesedihan itu bergolak lagi didalam hatiku. Bagaimana aku mengatakannya? Aaron—dia harus mengatakannya.

"Dia terbunuh!" Tidak ada nada simpati dalam suara itu—bahkan sekali pun itu penyesalan. Alice tertegun, ku pikir ia tidak dapat mempercayai semua ini. Sama seperti halnya diriku.

"Kau sedang bercanda kan?" Ia tersenyum sipul kearah kami. Aaron hanya diam dan ketika Alice berusaha menatapku. Aku tak mampu mengatakan apapun. Tubuhnya tiba-tiba merosot jatuh kebawah tanah, ia terlihat begitu lemah saat ini. Kalian tidak akan percaya, bahwa gadis lemah dan terlihat rapuh yang berada dihadapan kami saat ini adalah gadis yang telah membunuh 3 vampire sekaligus.

"Kenapa? Kenapa seperti ini?" Aku mendengar getaran dalam suaranya. "Kenapa kau tidak menyelamatkannya?" Mata coklat itu seketika menajam menatap lurus pada mata Aaron. Aku yakin Alice mengetahui sesuatu. "Kau—kau sengaja membuatnya terbunuh?" Aku mengerjab, bagaimana bisa dengan mudahnya ia tahu apa yang telah di lakukan oleh Aaron? Bodoh! Tentu saja, dia tahu Aron lebih dari ku, karena mereka tumbuh bersama.

"Kau cerdik seperti biasanya. Dia pantas mendapatkannya." Aron menyeringai puas. Aku masih berusaha untuk lepas darinya. Dari manusia berhati monster ini.

"Bagaimana bisa kau melakukan itu pada Adam?" Aku merasakan tubuh Alice menegang tatapan kecewa terpampang jelas pada raut wajahnya.

"Tentu saja aku bisa". Nada datar Aaron selalu terasa mengerikan.

"Kenapa?" Dahi Alice mengkirut dan aku merasakan kepedihan yang mendalam pada suaranya.

"Ku rasa kau lebih tahu jawabannya". Mata Aaron terus menyala seolah menentang siapapun yang ada dihadapannya.

Alice mendesah. "Haruskah kau bertindak sejauh ini Aaron? Dia adalah Adam!." Ada penekanan pada kata terakhir ketika ia menyebutkan nama Adam dan aku rasa ada sesuatu yang tersembunyi disini. Ku pikir itu hanya tentang cinta sepihak? Aku berusaha untuk terus mencerna apa yang mereka katakan.

"Dia telah merampas semuanya dariku, nilai tertinggi dan kau." APA? Jadi, Aaron tidak benar-benar menyukaiku?

"Tidak ada yang berusaha merampas apapun darimu. Aku menyayangi kalian semua, kenapa kau harus menjadi seperti ini?." Mata Alice mulai berkaca-kaca, ia mundur dan berbalik. Ku rasa ia berusaha mencari jasad Adam dan aku terkejut ketika Aaron melepaskan ku begitu saja. Ia berjalan dengan cepat—mengimbangi bergerakan Alice dan menahannya.

"Dengar! Dia sudah mati." Aaron membalikkan tubuh Alice dengan kasar dan pandangan tajamnya seolah ingin menusuk Alice.

"Lalu kenapa? Aku hanya ingin menguburnya dengan layak!." Alice terlihat begitu sedih

"Tidak perlu! Kita pergi dari sini sebelum para vampire itu dapat mencium keberadaan Sally." Terang Aaron tetapi Alice tak terpengaruh sedikit pun. Ia menepis tangan Aaron dan berjalan lagi.

"Kalian duluan, aku akan mengurus Adam." Kalau aku jadi Alice—aku akan melakukan hal yang sama sepertinya dan Aaron jelas tidak menyukai itu. Disaat seperti ini, ketika amarahnya memuncak dan itu cukup membuat emosinya tidak stabil. Terkadang aku berfikir kalau Aaron memiliki kepribadian ganda, ia bisa terlihat begitu perhatian dan terkadang ia terlihat seperti sosok saat ini—mengerikan!

"Tidak! Kita harus pergi dari sini." Suara Aaron mengeras dan aku melihat tatapan menakutkan muncul dari kedua bola matanya.

"Tidak akan!." Aku cukup salut dengan kegigihan Alice. Dia tidak takut sama sekali dengan Aaron.

"ALICE! Apa kau tidak bisa mendengarkan suaraku. Kita pergi dari sini sekarang!." Aaron mengulangi perkataanya lagi dan menyeret Alice dengan tubuh kekarnya dan sesuatu terjadi. Sebuah belati berada tepat di leher Aaron hanya perlu menggeserkannya untuk menciptakan goresan pada kulit Aaron. Kecepatan serangan Alice tidak bisa dianggap remeh dan yang paling selalu ku kagumi darinya adalah dia tak mengenal rasa takut, ku rasa.

"Jangan pernah memerintah ku! Bawa Sally pergi sekarang!." Aku menangkap amarah dari bola mata Alice. Aku tidak pernah melihatnya marah dan terluka kecuali hari ini. Aku benar-benar tidak mengharapkan hal ini terjadi. Semua seperti lenyap seperti hembusan angin. Persaudaraan yang berusaha kami bangun dan semua kasih sayang sirna—hanya karena keegoisan ku. Aku menunduk dan menangis dalam diam—aku membenci diriku sendiri dan kematian Adam membuat ku benar-benar merasa terpuruk.

"Kalau kau terus melangkah? Aku akan membunuhmu seperti Adam!." Aku terlonjak. Aaron, Kenapa pria itu tidak bisa berhenti?.

"Alice, ku mohon dengarkanlah Aaron". Lirih ku, aku tidak mau kehilangan siapapun lagi. Cukup sudah semuanya, aku merasa tersiksa melihat mereka seperti itu.

"Lakukan jika kau bisa atau mungkin aku akan membunuhmu terlebih dahulu?". Stop! Hentikan semua ini. Aku tidak mau mereka seperti ini. Alice menatap tajam Aaron, aku benar-benar terkejut melihat sisi lain dari Alice.

"Alice..." Aku berusaha untuk menghentikannya karena aku tak mau melihatnya terluka. Kali ini ia menatapku.

"Diamlah—apa kau sama sekali tak peduli kepada Adam?" Kata-kata itu cukup menyakitkan bagiku. Tentu saja aku sangat-sangat peduli padanya—lebih dari yang kau tahu Alice.

"Aku peduli." Tatapan kami bertemu dan aku melihat senyum kesedihan pada wajah Alice.

"Kalau begitu jangan menghalangiku." Ia membalikkan badannya dan berjalan lagi.

"Ini akan menjadi pertama dan terakhir kalinya, aku melihat ini. Tidak ada lain kali atau kalian tidak akan menemukan ku lagi." Aku tertegun, rupanya Alice mulai tahu apa yang terjadi dan aku melihatnya menahan semua amarahnya. Mungkin jika itu aku—aku tak akan bisa memaafkan siapapun yang membuat Adam terbunuh tetapi Alice tak mengucapkan kata kebencian kepada kami. Ku rasa ia kecewa kepadaku dan Aaron, hanya itu. Seketika aku merasa buruk karena aku tak sebaik dirinya yang bisa menerima kesalahan kami dan tetap menyayangi kami apapun yang terjadi. Aku membisu dan ku rasa Aaron menyerah untuk melawan kekeraskepalaan Alice. Dan—sesuatu mengerikan terjadi lagi. Kami terkejut dengan kedatangan beberapa vampire, kemungkinan ada 5. Mereka berjalan mendekati Alice yang sudah menemukan jasad Adam. Entah ada apa dengan Alice? Ia seolah tak peduli dengan para vampire itu. Ia hanya terus memengang tangan Adam yang memutih. Aaron melakukan pergerakan, ia berlari kearah Alice dan melemparkan sebuah pasak kepadaku. Ku rasa ia ingin aku menggunakan itu kalau seandainya ada vampire yang menyerangku.

"Alice, cepatlah pergi dari sini dan bawa Sally. Mereka terlalu banyak". Aaron berteriak. Alice seolah tersadar dari dunianya dan mulai bergerak dengan membawa tubuh Adam mendekatiku.

"Kau tidak apa-apa?". Tanyanya dan aku melihat tatapan kesedihannya.

"Iya" jawab ku dengan susah payah. Ini sangat lucu, kami saling bertanya keadaan masing-masing yang sesungguhnya kami tidak baik-baik saja. Adam telah pergi untuk selamanya dan kita tidak akan bisa menemuinya lagi di dunia ini. Dengan semua fakta itu? Aku merasa dadaku sesak.

"Kita akan berbicara nanti, sekarang jaga tubuh adam. Aku akan membantu Aaron." Dengan berat hati aku membiarkan Alice pergi membantu Aaron. Mereka bertarung dengan sisa tenaga yang ada. Aku—aku tak bisa melakukan apapun kecuali berdoa. Pandangan ku teralih pada sosok putih pucat dihadapanku. Adam! Kalau saja Aaron membiarkanku untuk membantunya—mungkin saja aku masih bisa menyembuhkannya dengan unicorn ku. Aku menangis lagi menyadari bahwa aku tidak akan pernah benar-benar melihatnya lagi. Adam maafkan aku—aku benar-benar mencintaimu. Aku mencium dahi Adam untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

"Sally kita sudah sampai". Aku mendengarkan suara Alice yang mencoba membangunkan ku dan aku tetap memimpikan semua kejadian itu.

Sally pov end

Incheon Airport. Alice dan Sally berjalan berdampingan. Sally yang begitu penasaran dengan banyak hal lebih suka memperhatikan hal-hal yang menarik disekelilingnya, sementara Alice yang memiliki jiwa pemburu selalu terlihat waspada. Seseorang pria seusia mereka melambaikan tangannya.

"Siapa?" Sally menatap Alice meminta penjelasan.

"Sepupu." Dan Sally hanya bisa memainkan bentuk bibirnya seolah siap beroh ria.

"Apa kalian sudah lama menunggu?" Kata pria itu sambil mengatur nafasnya, beberapa menit yang lalu ia berlari agar cepat sampai dihadapan Alice dan Sally. Keringan bercucuran pada pelipisnya dan Alice hanya mampu mendesah memandangi sepupunya ini. Kemudian pandangan mereka teralih pada sosok pria ramping dan tampan disamping sepupu Alice.

"Oh ya, kenalkan dia adalah Ten. Yang bertugas untuk penjaga Sally dan aku sendiri adalah Doyoung." Sally memandangi Alice lagi, untuk meminta penjelasan tentang sesuatu yang baru ini.

"Seperti yang ku katakan pada paman Tom. Dia mengijinkan kita untuk tinggal di Korea kalau aku bisa mencari 2 orang penjaga lagi untuk mu." Sally terlihat tidak menyetujui ide Alice.

"Bukankah kau seharusnya membicarakan semua ini kepadaku?" Ada nada kecewa pada suara Sally karena semua hal yang Alice lakukan sampai mereka harus pergi ke korea tidak pernah sedikit pun Alice katakan kepadanya. Alice selalu menyadari emosi yang terpancar pada Sally karena Alice bisa merasakannya.

"Aku tahu tetapi kita harus pergi dari sini sebelum keberadaanmu tercium oleh para vampire." Sally mendesah.

"Okay." Sally selalu merasa kesal ketika semua bentuk protesnya di patahkan dengan sebuah alasan 'keamanan dirinya'. Menjadi seorang Blood sacred benar-benar membuatnya seperti rapunsel yang terkurung dalam sebuah bangunan yang tak tampak. Setiap saat harus waspada untuk alasan yang kebanyakan manusia akan menertawakannya. Tidak banyak manusia yang mengetahui keberadaan vampire dan jika seseorang mengatakannya pasti itu hanya sebuah dongeng! Sally benar-benar merasa muak dengan semua proteksi tentang dirinya.

"Kenapa kau tak mengatakan dulu kepadanya?" Tanya Doyoung, mereka bertiga berjalan berdampingan. Alice, Doyoung, Ten—sementara Sally berada didepan mereka.

"Itu tidak perlu. Apapun yang ku lakukan adalah untuk melindunginya." Tegas Alice membuat Doyoung mendesah.

"Kenapa kau harus kembali? Kakek melarangmu untuk kemari." Doyoung terus meluncurkan pertanyaan yang selama ini ia simpan.

"Eropa sudah tidak aman lagi untuk Sally dan populasi vampire terus bertambah tiap harinya. Tidak ada vampire yang bersembunyi lagi di siang hari. Banyak penyihir yang bekerjasama dengan mereka dan menciptakan sebuah matra untuk menghalangi diri mereka dari sinar matahari. Tidak ada legenda vampire memangsa manusia dimalam hari." Alice sedikit mengangkat sudut bibirnya seolah menertawai perkataannya sendiri. Ia merasa itu konyol tetapi semuanya nyata.

"Disana sangat kacau sekarang, aku tak mau mengambil resiko apapun. Sally adalah saudara ku satu-satunya yang tersisa." Alice mengungkapkan semua kegundahannya kepada Doyoung dan Ten yang disampingnya mendengarkan semua penuturan Alice.

"Aku tahu, bahkan sampai sekarang aku belum memberitahu Aboji tentang kedatanganmu." Alice berhenti sejenak diikuti Doyoung dan Ten.

"Ada apa?." Tanya Doyoung dan Alice hanya menggelengkan kepalanya kemudian berjalan lagi.

"Jangan katakan apapun kepada paman. Kami akan membeli apartement di dekat kampus. Paman Tom, pengacara kami sudah mempersiapkan semuanya sebelum kami sampai di Korea jadi kau tak perlu khawatir. Tetap rahasiakan keberadaan kami." Alice menatap Doyoung seolah memohon agar pria itu mau membantunya.

"Baiklah." Mereka pun berjalan lagi dan Alice tak pernah melepaskan pandangannya dari Sally yang berjalan didepannya.

Alice pov

Aku tidak mengerti kenapa semua orang tidak membiarkan ku untuk kembali ke Korea? Apa karena pembantaian yang terjadi kepada orang tuaku? Beberapa bulan yang lalu, aku menyelidiki banyak negara untuk nantinya kami singgahi. Mengingat inggris bukan lagi negara aman untuk manusia seperti kami—tempatnya eropa sudah menjadi sarang terbesar para vampire. Aku hanya sendirian menjaga Sally dan aku tak ingin mengambil resiko apapun. Dia satu-satunya keluarga ku yang tersisa setelah ayah angkat kami meninggal karena serangan para vampire dan Aaron yang entah pergi kemana?

Korea adalah negara yang tidak memiliki catatan criminal yang fatal tentang vampire menurut Asosiasi Hunter Internasional. Ku rasa aku harus mempercayai mereka, karena hanya mereka satu-satunya yang membantu kami selama ini. Aku masih tak percaya? Aku benar-benar sendirian sekarang. Adam—ia pergi meninggalkan kami selamanya saat berusaha menyelamatkan Sally. Untuk kematian Adam? Aku berusaha untuk tidak membenci siapapun dan menyerah pada takdir yang tertulis. Aku hanya kecewa kepada mereka berdua. Sally sengaja mengajak Aaron ke bar itu hanya untuk memancing Adam, untuk mengetahui perasaan Adam yang sesungguhnya. Itu sangat kekanakan! Kenapa mereka bertindak seperti ini? Kita adalah saudara—kenapa mereka menodai semua rasa persaudaraan kita dengan emosi sesaat yang disebut dengan cinta? Aku tidak bisa mentolerir semua keegoisan itu—keegoisan yang harus dibanyar dengan kematian adam. Aku tidak bisa menerima alasan konyol itu. Tetapi pada kenyataannya semarah apapun aku kepada mereka? Aku tidak pernah bisa untuk meninggalkan mereka. Meskipun pada kenyataannya aku harus melepaskan Aaron.

Saat malam penyerangan itu, ia menyeretku untuk meninggalkan rumah dan melarikan diri bersama. Membiarkan Sally dan Dad dalam keadaan berbahaya. Tentu saja aku tidak bisa! Mereka keluargaku sekarang dan aku harus menjaganya. Aaron sudah terlalu jauh dari kami dan ia benar-benar kehilangan perasaannya. Aku tahu dia memang berbeda, memiliki emosi yang tinggi dan tidak mudah habis tetapi hidup adalah pilihan. Mengetahui bahwa kami tidak sejalan lagi cukup membuat hatiku sakit. Aku harus membulatkan tekat untuk melepaskannya. Membiarkan ia memilih jalannya sendiri dan aku akan pada tujuan utamaku, pada sebuah alasan yang kuat yang terukir pada leherku. Tato bintang itu adalah simbol bahwa aku adalah seseorang yang dilahirkan untuk menjadi seorang memburu vampire dan melindung manusia, melindungi Sally seperti pesan semua orang—guru, Paman dan Adam.

Sudah lama aku terlarut dalam kesedihanku. Aku kehilangan orang tua ku sejak kecil dan pamanku mengirimkan aku pada sekolah yang aneh itu, sampai aku bertemu dengan Adam dan Aaron, saudaraku. Saat itu aku benar-benar bisa merasakan seperti apa rasanya bahagia tetapi semua sirna ketika aku membuka mataku. Itu seperti mimpi buruk dan aku tidak ingin terus-terusan dibayangi perasaan ini. Aku memutuskan untuk kembali ke Korea untuk mencari tahu apa alasan di balik kematian kedua orang tuaku? Dan juga menjaga Sally tetap aman meskipun aku belum benar-benar bisa memaafkan perbuatan kekanakannya. Aku menyayanginya—karena itu aku masih berusaha melindunginya.

Semua rencanaku berjalan lancar sampai detik ini. Aku meminta bantuan Doyoung untuk membantuku menjaga Sally dan satu orang temannya. Mereka menjemput kami di bandara dan pria yang bernama Ten itu? Entahlah—aku merasakan sesuatu yang aku sendiri tak mengerti? Dia seorang Hunter seperti ku dan Doyoung tetapi aku merasa aura misterius pada dirinya, tetapi apa aku tidak tahu? Aku akan menyelidikinya. Jika itu membahayakan kami—aku akan bertindak!

"Ten, dari mana asalmu?." Kami berada dalam sebuah taxi. Aku duduk di antara Doyoung dan Sally. Ten duduk didepan bersama sopir Taxi.

"Dia keturunan Thailand-Korea." Jawab Doyoung, aku melemparkan tatapan tidak sukaku kepadanya dan ia terdiam. Aku hanya ingin Ten yang menjawabnya.

"Ayahku seorang Thailand dan Ibuku Korea. Aku dilahirkan disini." Senyumnya mengembang. Aku baru menyadari kalau wajahnya diatas rata-rata. Mungkin itu dari Ayahnya?

"Kau tidak sedang merencanakan sesuatukan?" Aku bukanlah seseorang yang suka berbasa-basi. Bagiku tidak ada waktu bersantai, setiap detik, setiap waktu aku harus waspada. Ten mengkirutkan dahinya berusaha mencerna pertanyaan ku.

"Ayolah Alice dia itu temanku. Levelnya sama sepertimu dan dia terbaik diantara para hunter seusia kita." Keluh Doyoung dan aku tahu ia merasa kesal pada sikap mudah curiga dariku. Dengan semua hal yang aku dan Sally alami, kami menemukan sebuah fakta bahwa kami tidak akan mudah untuk mempercayai seseorang. Aku menatap Ten yang hanya tersenyum menyadari rasa curigaku kepadanya. Pria itu benar-benar terlihat tenang. Apa dugaanku benar-benar salah?

"Dia melepaskan keinginannya untuk menjadi seorang dokter hanya untuk memburu para vampire. Itu sangat di tentang oleh keluarganya. Ia lebih memilih sekolah di desa diperguruan kakek." Ok, ku rasa aku sudah keterlaluan. Doyoung benar-benar membela Ten mati-matian.

"Maafkan Alice. Mungkin karena kami sudah melalui banyak hal." Tanpa ku duga Sally membela ku dan aku berusaha untuk menyembunyikan kebahagiaan ku darinya.

"Tidak masalah. Justru aku sangat senang bertemu dengan kalian. Alice..." Ten memanggil namaku dan aku menatapnya seolah bertanya apa yang ia inginkan?

"Aku akan menunggu jadwal latihan kita." Ia mengembangkan senyumnya lebih lebar lagi. Latihan? Ah—aku benar-benar sudah melupakan itu. Bertahun-tahun ini aku hanya sibuk menjaga Alice tanpa berusaha meningkatkan kemampuan ku tetapi anehnya? Aku merasa kekuatanku bertambah? Kemampuan indra penciumanku bertambah, kemampuan proteksiku juga bertambah dan ini halusinasi atau apa? Akhir-akhir ini aku sering bermimpi bertemu seseorang wanita. Dia selalu mengulurkan tangannya untuk memelukku tetapi aku hanya diam tak berusaha mendekat dan setiap kali aku terbangun tengah malam diwaktu yang sama. Aku selalu menatap jendela dan aku melihat seseorang berdiri di luar disana. Terlihat samar, tetapi aku dapat memastikan kalau dia adalah pria dan ketika kau berusaha mengejarnya, ia selalu lenyap dalam kegelapan. Ketika aku sadar—aku tidak lari mengejar pria itu melainkan dengan terbang, bukankah itu sangat konyol? Dan setelah itu aku berbaring diranjang seolah-olah sedang bermimpi. Rasanya aku tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.

"Ada apa?." Kali ini Sally yang bertanya. Aku berusaha menyembunyikan rasa kebingungan ku. Ten masih menatapku dari kaca spion.

"Tidak apa-apa. Hanya saja aku sudah lama tidak melatih kemampuan ku". Jawabku jujur. "Itu berarti aku masih bisa mengejar levelmu?." Doyoung bersemangat membuatku geli.

"Sampai kapan pun kau akan tetap berada di level 4. Tetapi ada sebuah cara yang dapat meningkatkan levelmu dengan cepat." Doyoung semakin mendekat dan terlihat bersemangat dan aku ingin benar-benar menertawai kebodohannya.

"Apa? Dengan cara apa?" Dia sudah masuk perangkap ku. "Hm—itu sangat mudah." Aku masih berusaha mempermainkannya. Ku rasa bukan hanya Doyoung yang termakan dengan ucapanku. Sally dan Ten pun kini menatapku serius. Sungguh orang-orang ini benar-benar?

"Kau harus membunuh satu vampire original atau bisa disebut juga kaum bangsawan, maka levelmu akan benar-benar naik. Tidak hanya satu tingkat tetapi langsung ke level 7." Doyoung membelalak. Sally memutar bola matanya, ku rasa dia tahu omong kosong ku dan Ten? Ekspresi itu seperti ekspresi keterkejutan? Entahlah. Apa dia mengetahui satu hal tentang vampire original? Jangan katakan di negara ini ada vampire original? Semoga saja tidak! Kalau itu memang ada, itu sangat berbahaya 10 hunter dengan level 7 tidak akan mampu mengalahkannya. Vampire original adalah vampire pertama, mereka mendapatkan sebuah kutukan oleh sang penyihir. Menurut legenda, dulu ada sebuah perkampungan yang di huni bermacam ras dan hidup berdampingan dalam waktu lama tetapi suatu ketika ketentraman mereka terusik oleh seorang penyihir pemula. Ia berusaha menunjukkan pada semua orang tentang kekuatannya dan ambisinya itu membuat seluruh desa hancur, menyisahkan kemarahan bagi warga desa. Mereka pun akhirnya beramai-ramai membantai pernyihir itu dan mereka berhasil membuat penyihir itu mati tersiksa. Kedua orang tuanya tidak terima warga desa membunuh dan menyiksa anaknya, sehingga mereka mengutuk seluruh warga desa menjadi monster yang akan meminum darah manusia dan hanya akan muncul dimalam hari. Sejak itu kutukan itu terus berlanjut, merekalah yang mempunyai andil besar dalam penyebaran vampire diseluruh dunia. Fakta yang paling mengerikan dari vampire original ini. Mereka tidak pernah mati begitu saja kecuali kami menusuknya dengan pasak perak yang dimatrai. Mereka hanya akan tidur dan mereka akan bangun kembali jika kami mengambil pasak perak itu dari jantungnya.

"Bagaimana caranya? Ajari aku?" Hm–dia terlihat begitu semangat membuatku benar-benar geli. Sepupu bodohku ini, aku benar-benar tidak bisa berharap terlalu banyak kepadanya.

"Apa kau tahu tentang vampire original?" Oh Ten–kurasa pria ini sedikit tahu tentang vampire original? Sally yang sudah sangat malas mendengarkan bualanku tentang vampire original tiba-tiba terdiam. Memusatkan pandangannya pada Ten, tiba-tiba saja aku merasa dihianati. Sepertinya dia lebih mempercayai Ten dibandingkan diriku. Menyebalkan!

"Memangnya apa perbedaan vampire original dengan vampire?" Kedunguan yang tak pernah berakhir dari sepupu ku Doyoung. Sally menatap ku sekilas dan seolah mencibirku dengan tatapannya. Aku tahu dia sedang mengkritikku karena memilih orang seperti Doyoung. Aku memutar bola mataku dan lebih memilih menatap Ten. Aku ingin tahu apa pendapat pria ini.

"Mereka adalah yang pertama diciptakan dan mereka abadi." Ucap Ten dengan serius dan aku tiba-tiba merasa kesal karena kedua orang itu seperti seorang murid yang sedang serius mendengarkan gurunya berdongeng.

"APA? ABADI?" Reaksi yang selalu terlambat—selalu. "Bukankah kau mengatakan kalau mereka harus di bunuh agar aku bisa mencapai level yang lebih tinggi?" Ayolah, tadi itu hanya bualanku. Kenapa dia selalu mengangap serius semua ucapanku. Sally memandangiku lagi, aku tahu dia menuntutku untuk berhenti membual.

"Semua yang dikatakan Ten adalah benar. Mereka abadi dan kau hanya perlu menusuknya." Jelasku seadanya. Sally tersenyum mengejek dan Doyoung masih larut dalam pikiran lambannya. Aku dapat melihat senyum Ten dari kaca spion. Entah mengapa? Aku merasa dia terus mencuri pandang terhadapku. Apa dia menyukaiku?

"Oh...Apa di sini juga ada?" Pertanyaan yang paling bagus sepanjang aku bersamanya dan sayangnya aku tak memiliki jawaban untuk ini. Tiba-tiba saja aku menatap Ten, aku penasaran. Apa dia tahu sesuatu tentang vampire original?

"Ada." Oh my god, Sally meremas tanganku dan aku dapat merasakan emosinya. Bentuk kekhawatiran yang mendalam dan aku lebih buruk dari itu. Aku menatapnya dengan senyum yang sedikit ku paksakan.

"Benarkah? Siapa?" Aku memberanikan diri untuk bertanya, agar semua orang tidak tahu seberapa gugupnya diriku.

"Dari keluarga Lee." Aku membisu tak mampu mengatakan apapun. Ten benar-benar selalu serius dengan perkataannya. Bahkan senyum yang beberapa menit lalu ia kembangkan sekarang lenyap terganti dengan tatapan seriusnya.

"Aish, kenapa kau menyebalkan sekali? Kita sudah kenal lama tetapi kenapa kau tak pernah mengatakannya kepadaku?" Protes Doyoung yang dapat menurunkan sedikit keteganganku.

"Mungkin karena kau terlalu lamban." Wow, ku rasa Sally sudah benar-benar tak mampu menghadapi Doyoung.

Aku mendesah sebelum mengatakan sesuatu. "Ayolah, kenapa kita harus membahas ini? Kami baru datang ke mari. Setidaknya biarkan kami menyesuaikan diri selama beberapa minggu menjadi orang normal pada umumnya." Keluhku.

"Hm, maafkan aku membuat kalian tidak nyaman. Aku hanya ingin melaksanakan janjiku untuk menjaga kalian." Aku tahu, semua yang Ten katakan benar tetapi aku tidak bisa menerimanya adalah 'menjaga kalian' Sally lah yang harus ia jaga dan aku bisa menjaga diriku sendiri!

"Kau hanya perlu menjaga Sally bukan aku!" Tegas ku.

"Tetap saja, aku akan melindungimu dengan Sally." Ya Tuhan, ada apa dengan pria ini? Kenapa dia seperti ini? Aku melotot ke arah Doyoung untuk meminta penjelasan darinya tentang apa yang terjadi pada pria ini tetapi sepupu ku yang satu itu lebih memilih untuk mengendikkan bahunya. Sial!

"Hmm...Ku pikir ada drama romansa disini sekarang." Sally please—jangan membuat lelucon yang tidak bermutu disini. Aku menatap tajam Sally dan ia hanya tersenyum mengejek.

"Baiklah, aku tidak akan membuat seorang singa meraung." Seketika tawa mereka pecah, Sally gadis itu? Kami tidak pernah bercanda seperti ini sebelumnya. Mungkinkah ini awal yang baik? Aku hanya mampu memutar bola mata ku dan Ten terus menatap ku dengan senyumannya. Ah—aku benar-benar tidak mengerti jalan fikiran pria ini.

Alice pov end

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Koude
2850      1048     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Kamu VS Kamu
1492      824     3     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
In the Name of Love
630      374     1     
Short Story
Kita saling mencintai dan kita terjebak akan lingkaran cinta menyakitkan. Semua yang kita lakukan tentu saja atas nama cinta
Dramatisasi Kata Kembali
634      312     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Semu, Nawasena
4870      2282     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Zona Erotis
703      453     7     
Romance
Z aman dimana O rang-orang merasakan N aik dan turunnya A kal sehat dan nafsu E ntah itu karena merasa muda R asa ingin tahu yang tiada tara O bat pelipur lara T anpa berfikir dua kali I ndra-indra yang lain dikelabui mata S ampai akhirnya menangislah lara Masa-masa putih abu menurut kebanyakan orang adalah masa yang paling indah dan masa dimana nafsu setiap insan memuncak....
Mawar Putih
1372      711     3     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
Dua Warna
327      240     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Mimpi Membawaku Kembali Bersamamu
556      386     4     
Short Story
Aku akan menceritakan tentang kisahku yang bertemu dengan seorang lelaki melalui mimpi dan lelaki itu membuatku jatuh cinta padanya. Kuharap cerita ini tidak membosankan.