Jam berdetik. Suara AC di ruangan itu terdengar jelas.
Ao berdiri tegap menghadap Aki yang duduk di kursi kerjanya. Mereka saling diam beberapa saat setelah Ao datang dan menyerahkan laporan terbarunya. Sementara Aki membaca setiap informasi yang tertulis, tak hentinya jari-jari tangan kanannya memutar sebuah pulpen mekanik hitam. Manik matanya bergerak dari satu sisi ke isni lain dengan cepat. Mencermati apa yang ada di hadapannya saat ini.
Tepat ketika pulpen itu berhenti berputar, tatapan Aki berfokus ke Ao.
“Dari mana kau dapatkan informasi ini?” Aki menyunggingkan senyum. Tatapannya seperti meragukan informasi yang baru saja dibacanya.
Tanpa menoleh atau ragu Ao bergeming di tempatnya, “Ichi berhasil melakukan kontak dengan salah seorang dari mereka. Dia adalah pemuda yang muncul terakhir kali saat kita menjalankan misi di tepian sungai waktu itu.”
Aki menyangga dagunya dengan kedua tangan. Dia masih memperhatikan.
“Pemuda itu… dia adalah seorang informan. Waktu itu juga, saat misi dimana kita kehilangan target, pemuda itu juga di sana. Di taman itu. Azura-san juga melihat ada seseorang di dekat Ichi bukan?”
Tanpa keraguan. Aki tidak melihat adanya kebohongan dalam setiap ucapan Ao. Tatapan mata pemuda di hadapannya itu begitu meyakinkan. Terlebih bukti atas sebagian informasi juga saling berkaitan.
Aki kembali melirik kertas laporan itu. Dia sedikit berpikir. “Jadi, mereka berencana membunuh semua anak percobaan yang selamat?”
“Kemungkinan begitu. Tapi, mereka juga merekrut anak-anak dengan kemampuan yang bermanfaat bagi mereka.”
“Bagaimana Ichimiya?”
“Dia baik-baik saja. Hari ini dia juga melakukan pemeriksaan dengan Miyura-san.”
“Yang lainnya?” Aki melirik tajam. Ao sedikit terperajat. Dia tidak paham dengan pertanyan Aki padanya. “Apa mereka mencoba mendekati Ichimiya?” jelas Aki.
Ao tersentak. “Itu…” Reflek Ao membuang muka.
“Kau tau bukan jika Ichimiya sampai berinteraksi lebih banyak dengan anak-anak percobaan itu, maka kemungkinan semua akan kembali seperti dulu. Code yang dikatakan musuh waktu itu, aku rasa kau juga sudah paham.”
“Ya…” jawab Ao amat pelan.
Aki mendesah. Lantas menjatuhkan tubuhnya ke belakang membuat kursi kerjanya berdecit. Kedua tangannya tertarik ke atas untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku.
“Kau boleh kembali. Kerja bagus.” Aki menunjuk kertas berisi laporan itu. “Katakan pada Ichimiya juga untuk istirahat sementara waktu.”
Aki bergerak membuat kursinya berputar ke samping. Kaki kananya diangkat bertumpu pada kaki kiri. Kembali jari tangannya memutar pulpen dengan cepat. Namun kemudian pandangannya kembali pada Ao yang masih terdiam di depan meja kerjanya. Aki menunggu. Dia tau Ao masih menyembunyikan sesuatu darinya.
“Ada yang kau inginkan?”
“Aki-san mengenai pemuda yang menyebut dirinya Code:005 waktu itu. Sepertinya dia mengincar Ichimiya.” Ao menatap serius.
“Mengincar?”
Ao mengenpalkan tangannya kuat-kuat. “Dia.. berencana untuk membunuh Ichimiya.”
***
Miyura membalik kertas-kertas berisi data hasil pemeriksaan Ichimiya hari ini. Layar monitor di sampingnya menunjukkan data lama milik gadis yang duduk di hadapannya sekarang ini. Miyura mengehela napas lantas memasukkan beberapa data baru ke komputernya.
Manik mata coklatnya bergerak ke sudut. Melirik Ichimiya yang terlihat gelisah.
“Bagaimana tubuhmu?” Tanya Miyura akhirnya.
“Aku merasa baik-baik saja,” jawab Ichimiya. Namun wajahnya tampak murung. Bahkan sejak tadi dia hanya menunduk.
“Jadi mimpi itu masih terus terjadi ya.”
Ichimiya mengangkat wajahnya. “Lalu, beberapa hari belakangan ini aku merasa sering melupakan sesuatu. Hal-hal kecil yang baru saja aku lakukan.” Ichimiya mengepalkan kedua tangannya. Dia tampak gusar. “Awalnya hanya beberapa hal, namun semakin lama aku merasa makin banyak yang aku lupakan. Aku takut jika aku akan melupakan semuanya lagi.”
“Mimpimu itu, bisa jadi bagian dari masa lalumu. Kelihatannya ingatanmu mulai terbangun. Dan tentang kau yang kadang melupakan sesuatu, bisa saja itu efek sampingnya. Orang yang kehilangan ingatanya selama masa amnesia itu sering terjadi. Mereka hanya akan mengingat kejadian sebelum penyebab amnesia itu.”
“Jadi maksudmu untuk mengembalikan ingatan masa laluku, aku harus mengorbankan ingatanku selama 2 tahun ini?”
Miyura terdiam sesaat. Dia melepas kacamatanya lalu meletakkannya ke atas meja. “Apapun bisa terjadi. Aku tidak mengatakan jika hal itu pasti terjadi.”
Ini yang terburuk. Ichimiya tidak ingin hal itu terjadi. Jika semua mimpinya itu benar adalah masa lalunya, maka itu bukan hal yang baik. Dia juga tidak ingin kehilangan kehidupan barunya selama 2 tahun terakhir. Ichimiya tidak ingin hal itu terjadi.
***
Dalam perjalanan pulang Ichimiya maisih memikirkan tentang ucapan Miyura tadi. Dia benar-benar tak ingin kehilangan ingatannya lagi. Jika bisa memilih dia ingin ingatan masa lalunya saja yang menghilang. Kenangannya selama 2 tahun ini terlalu berharga untuk dilupakan.
Ao yang berjalan di sisinya sering kali memandang Ichimiya dengan wajah cemas. Sejak meninggalkan Distrik 3 entah sudah berapa kali gadis itu menghela napas panjang dengan wajah murung. Ao sendiri juga sudah diberitahu tentang keadaan Ichimya sekarang.
Setelah sampai rumah dan membuka pintu, keadaan rumah Ichimiya tampak sepi. Ichimiya langsung berhambur kesana kemari untuk mencari seseorang. Kyou, pemuda itu tidak bisa ditemukannya dimanapun di rumah itu. Menyadari sosok Kyou yang sudah pergi dari rumahnya membuatnya sedikit terpukul. Kenapa Kyou tidak mengucapkan perpisahan pada mereka? Kenapa Kyou pergi begitu saja? Saat rasa kecewanya pada pemuda itu membuatnya semakin sedih Ao memanggilnya dengan suara lembut.
“Ichimiya….” Ao menyunggingkan senyuman sembari menyerahkan secarik kertas. Ichimiya meraih kertas tersebut dan membaca apa yang tertulis di situ. Seketika manik matanya membulat. Dia bisa merasakan sensasi hangat yang mungkin akan meluncur turun sebentar lagi. Sambil menggenggam kertas itu kuat-kuat senyumnya mulai mengembang.
“Bodoh,” gumamnya. Air matanya pun akhirnya menetes.
Dalam pesannya Kyou menuliskan permintaan maaf karena pergi begitu saja. Dia juga menuliskan terima kasihnya karena memperbolehkannya tinggal dan merasakan hidup sebagai bagian keluarga kecil mereka. Kyou berharap mereka bisa bertemu kembali. Bukan sebagai musuh yang saling membenci dan mencurigai, tapi sebagai seseorang yang bisa saling percaya dan bergai senyum bahagia lagi.
Ichimiya masih menangis, dan senyumnya masih mengembang. Air mata bahagianya tak kunjung berhenti bahkan ketika Ao mulai mendekapnya dalam pelukan. Ao membelai ujung rambut Ichimiya perlahan—mencoba menenangkannya juga. Sudut bibir Ao juga terangkat samar. Dia tau bagaimana perasaan Ichimiya terhadap Kyou. Bagi Ichimiya, anak-anak dari Distrik 1 sudah dia anggap seperti keluarga sendiri. Walau mereka tidak saling mengenal bahkan berhubungan darah sekalipun, tapi mereka berasal dari tempat yang sama—dan merasakan sakit yang sama di masa lalunya.
***
Ao terdiam seorang diri di kursi meja makan. Tatapannya sedang terfokus pada layar monitor kecil di tablet kerjanya. Seteliti mungkin dia membaca informasi dari setiap anak percobaan yang berhasil mereka tangkap. Tidak ada. Tidak ada data anak perempuan yang mirip dengan ciri-ciri adik perempuan Kyou. Setelah memastikannya beberapa kali dia hanya bisa menghela napas panjang.
Legakah? Kecewakah? Ao sendiri tak tau bagaimana perasaannya saat ini. Tak pernah terpikirkan jika dia sampai melakukan hal ini. Kelihatannya dia juga merasa berhutang budi atas informasi yang didapatkannya dari Kyou beberapa waktu lalu.
Entah sejak kapan senja mulai datang. Yang pasti Ao sudah menghabiskan beberapa jam dengan tabletnya. Cangkir kopinya bahkan sudah kering saat dia sadar. Melihat jam makan malam hampir tiba dia berencana untuk segera memasak makan malam. Namun ketika menaruh tablet dan akan beranjak ke dapur dia mengurungkan niatnya. Terdengar suara pintu geser halaman samping berderit pelan.
“Aku kira kau sudah pergi jauh dan bermain-main dengan seseorang gadis di sana,” ucap Ao tanpa menoleh.
“Kupikir memang lebih baik pergi tanpa meninggalkan jejak. Aku tidak ingin Mi-chan terlibat masalah denganku,” ucap Kyou—yang sedang duduk di teras samping.
“Apa kau ketinggalan sesuatu?”
“Aku lupa memberi tahu. Selain Code:005, kalian juga harus waspada pada dua orang kepercayaan Zero. Terutama pada gadis bertemperamen tinggi yang terlalu terobsesi pada Zero. Aku rasa dia bisa lebih berbahaya.”
“Apa dia yang melukaimu?”
“Hmm, sebenarnya bisa dikatakan mereka berdua. Tapi, yang paling berniat membunuhku mungkin gadis itu. Yah karena tujuanku tidak ada bersama mereka aku memutuskan pergi.”
“Apa tujuanmu sebenarnya?”
“Aku hanya mencari kebebasan. Itu saja.” Seperti biasa, Kyou berbicara sambil menunjukkan senyum nakalnya. Terlihat begitu santai dan tanpa beban. Ao berpikir jika Kyou sudah hidup bebas sesuai keinginannya sendiri.
Pemikiran tersebut membuat Ao tertawa singkat. Lantas keduanya saling diam kemudian. Suasana berubah canggung. Suasana yang tidak mengenakkan bagi keduanya.
Setelah helaan napas panjang dari Kyou, dia mulai beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Seperti angin. Dia melakukannya seolah-olah dirinya tidak pernah ada di tempat ini. Tidak pernah berbicara pada Ao beberapa menit yang lalu. Dia berpikir keberadaannya hanya sampai dia meninggalkan catatan itu untuk Ichimiya pagi tadi. Bahkan Ao sepertinya juga berpikiran sama. Namun pernyataan terakhir itu harus dia buang jauh-jauh karena setelah keluar dari gerbang depan tiba-tiba saja Ao berteriak padanya.
“Kyou!” Dengan wajah cemas Ao menatap Kyou yang bergeming di tempat—memunggunginya. “Aku… aku tidak menemukan informasi apapun tentang adikmu di Distrik 3,” lanjut Ao seraya membuang muka. Kyou terdiam sejenak mendengar hal itu. Setelahnya dia tersenyum tanpa menoleh pada Ao. Dia tidak ingin Ao melihat ekspresinya saat ini. Ekspresi yang mungkin sudah lama dia lupakan.
“Terima kasih,” ucap Kyou sambil melangkahkan kakinya kembali. Dia melambaikan tangannya sebagai perpisahan untuk mereka berdua.
“Jaga dirimu baik-baik,” gumam Ao.
Di kejauhan, Kyou masih memasang senyum di wajahnya. Di dalam hatinya dia sempat berharap jika adiknya sudah ditemukan oleh orang-orang dari Distrik 3. Jika hal itu terjadi maka bersar kemungkinan adiknya dalam keadaan hidup walau tidak menjamin kondisinya dalam keadaan baik. Tapi, sayangnya harapan kecil itu hilang beberapa menit yang lalu.
Idenya sudah bagus. Tapi penyampaiannya masih terlalu bertele2. Coba kamu sederhanakan lagi kalimat2nya. Jangan alih2 membuat detail kamu terjebak pengulangan kalimat dan jadi klise. Salam.
Comment on chapter Mission 1