Prolog....
Midninght , 06 October....
“ Kini apa yang ku kawatirkan, akhirnya benar terjadi. Setelah menerima surat pernyataan cerai dari kedua orangtuaku, aku hanya terdiam. Aku tak kecewa bahkan protes sedikitpun kepada mereka tentang memutuskan hal ini tanpa meminta saran atau pendapatku terlebih dahulu, mungkin mereka masih menganggapku sebagai anak kecil, aku juga tidak marah karena mereka merusak harapanku yang menginginkan keluarga yang utuh hingga kapanpun walau keluarga ini tidak memberikan rasa keluarga apapun. Bahkan aku tak menyesali atas apa yang telah terjadi, lantaran tidak ada gunanya juga, menyesal tidak akan mengembalikan atau memulihkan keadaan buruk ini. Sebagian anak pada umumnya pasti akan bertanya penyebab kedua orangtuanya berpisah, namun tidak berlaku bagi diriku. Karena untuk apa aku menanyakan suatu hal yang sudah pasti aku ketahui.
Selanjutnya, mereka bertanya dengan siapakah aku akan tinggal, apakah dengan Ibuku, Jessica Mayer, atau Ayahku, Carton Alexander Rider. Aku berkata bila memutuskan hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat, tidak secepat dan seringan ketika mereka memutuskan untuk berpisah. Sesungguhnya aku tak ingin tinggal dengan salah satu diantara mereka. Aku membutuhkan lingkungan baru. Lingkungan yang dapat membuatku lebih baik dari sebelumnya. Jika aku tinggal bersama Ibu atau Ayahku, aku tak akan mendapatkan hal itu. Entah itu ketenangan atau kebahagiaan. Apakah aku harus kabur? Ku rasa hanya memperburuk keadaan. Lalu aku teringat akan Bibi Megan, ia adalah kakak kandung Ayahku dan dirinya memiliki suami yang bernama Charli. Entah mengapa kedua nama tersebut terlintas difikiranku.
Setelah ku fikir-fikir dan ku pertimbangkan, mungkin memang benar akan lebih baik bila aku tinggal di rumah Bibi Megan dan Paman Charli, aku yakin mereka akan menerimaku. Disana sejuk dan lembab. Hawa dan suasana seperti itulah yang kusukai. Aku memutuskan untuk pindah kesana besok pagi. Disana, aku akan melanjutkan kuliah yang sempat tertunda karena perceraian orangtuaku, di Universitas yang baru dan pastinya bertemu dengan wajah-wajah baru, oh... aku kurang suka beradaptasi. Sebelumnya Ayahku sudah mengurus semuanya, termasuk mengurus pemindahanku di Universitas yang dekat dengan rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Ia mengambil cuti sebagai Kepala Polisi selama satu minggu untukku, ini baru pertama kali ia lakukan sejak 18 tahun menjadi Ayahku, aku cukup terkesan.
Malam ini, aku mengemasi barang-barang serta pakaianku yang ingin ku bawa. Tidak terlalu banyak, hanya dua tas besar dan satu koper kecil. Sejenak aku berpaling ke kaca jendela dan berhenti memasuk-masukan baju ke dalam tas. Aku tak pernah menduga bila keputusanku langsung disetujui oleh Ayahku, karena baru pertama kali ini aku mengambil keputusan yang bagiku begitu besar. Dan meski aku bertingkah tidak peduli, aku selalu takut jika hari ini akan datang. Dilain sisi, terakhir aku mengunjungi rumah Bibi Megan ketika masih berumur empat tahun, kini aku sudah tak ingat bagaimana wajah Bibi Megan ataupun Paman Charli.
Tapi aku berharap disana aku akan baik-baik saja, jauh dari Ibu dan Ayah bukanlah masalah utama. Aku juga harus belajar beradaptasi dan mengobati luka yang ada dihatiku karena perpisahan ini. Trauma? Mungkin sedikit. Tapi yang ku kawatirkan adalah, aku akan menemukan masalah utama disana, masalah yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Masalah kecil yang biasanya membuat setiap manusia kehilangan akal sehatnya, cinta. Hal yang begitu menarik, tapi aku harap aku akan dapat menahannya.... Sebisa mungkin, karena itu bukanlah tujuan utamaku untuk pindah kesana “. Tulis Yhena di buku hariannya pada malam sebelum ia pergi.