Loading...
Logo TinLit
Read Story - Balada Cinta Balado
MENU
About Us  

Entah mengapa diriku yang dulu kembali lagi ke masa sekarang ini, buku yang telah kubaca itu seakan memberikan kutukan untukku yang semakin membuat gelisah dan resah. Hari-hari mulai berlalu namun aku masih belum bisa melupakan semua isi yang ada di dalam buku itu. Aku juga merasa tidak nyaman dan tidak enak karena aku selalu pulang dan datang tidak tepat waktu ke kantor. Bahkan aku juga tidak merespon temanku untuk bermain ke reot. Kalaupun ke sana, percuma aku tidak bisa melupakannya ,meski telah membahas segala macam apapun untuk mengalihkan perhatiannya, begitupun ketika aku bertemu dengan Katana yg tidak biasanya aku seperti ini. Aku selalu senang bertemu dengannya, kali ini aku tidak bisa merasakan apapun. Apa aku benar mencintai Katana?

“Kau lebih baik ambil keputusan?” ujar Asbul yang datang tiba-tiba masuk kekamar.

“Apa maksudmu?” kataku yang sudah tidak terkejut dengan hawa keberadannya yang tiba-tiba.

“Aku pikir kau sudah bisa melupakan Katana tapi ternyata masih sulit juga. Aku tidak menampik dari segi manapun Katana memang wanita hebat yang pasti diinginkan semua wanita dan pria. Dikalangan masyarakat saja semua orang hampir mengenal dirinya dengan image yang baik apalagi bagiku dan Toto yang sudah mengenalnya pastinya dia dimataku sangatlah istimewa dan luar biasa,” kata Asbul dengan wajah yang serius, entah mengapa rasanya ada yang berbeda.

“Apa kau mencintainya?” tanyaku meledek pada Asbul untuk mengalihkan perhatiannya.

“Sayangnya Cinta tidak hanya dimiliki oleh orang hebat saja. Meski aku tahu sering dimamfaatkan atau dipermainkan, kenyataan aku sangat mencintai wanita itu dibanding Katana,” ucap Asbul bak pecinta sejati. "Mungkin orang menganggapku bodoh tapi biarkanlah."

“Jadi sekarang kau merasakan apa yang aku rasakan kan?” ledekku pada Asbul.

“Mungkin, tapi setidaknya kisahku lebih jelas,” Asbul membalas ledekanku.

Untuk pertama kalinya Asbul menjelma seperti seorang kakak yang sangat perhatian pada seorang adik. Asbul yang biasanya selalu menghinaku lahir dan batin kini aku merasakan kehangantan dalam setiap kata-katanya. Aku jadi merasakan sesuatu yang aneh pada diriku melihatnya. Aku juga tidak mengerti mengapa ia bisa datang kesini langsung menerobos kedalam kamarku. Tapi aku senang pembicaraanku kali ini dengannya benar-benar membuatku berbinar-binar dan berbintang-bintang. Aku juga merasakan penyesalan karena seharusnya dia seperti ini dari dulu. Mungkin aku tidak akan lama tersesat.

“Aku sangat lelah melihat kalian,” keluh Asbul seraya membuang nafasnya dengan sangat berat.

“Hey, kenapa kau yang lelah?”

“Kau tidak lelah terus menunggunya?” tanyanya padaku yang menurutku tidak perlu untuk dipertanyakan.

“Ada apa denganmu?”

“Aku yang lelah menunggu, kenapa kau yang gelisah?” heranku padanya.

“Kau yakin hanya dirimu saja yang menunggu, bagaimana kalau ada orang yang sedang menunggumu? Apa kau tidak bisa mengambil tindakan tegas untuk dirimu sendiri, rasanya kau malas sekali,” Asbul mengerlingkan matanya kearahku.

“Apa maksudmu?”

“Entahlah aku merasa aneh saja,” katanya langsung keluar kamar.

Menunggu itu sudah pasti melelahkan apalagi menunggunya tanpa kejelasan apapun. Seperti daun yang terbawa angin dan jatuh kedalam sungai terombang-ambing ikut mengalir namun tidak pernah tahu akan berlabuh ke lautan ataukan justru tersangkut atau mungkin akan tenggelam dan hilang.

“Aduhh.…”

Suara beraliran Softrock dari handphoneku langsung mengejutkanku. Aku langsung terperanjat bangun melihat layar tertulis nama Thanny.

“Ya Than." jawabku cepat.

"Bisa tidak kau memanggilku dengan nama lengkap. Tidak enak terdengar ditelingaku. Oh ya besok ada acara tidak? kita semua akan berkumpul di restorannya Tholinson”

“Oke aku akan kesana,”

Sudah lama juga kita semua tidak kumpul bareng bersama-sama. Mungkin ini juga bisa menjadi kesempatan untuk bersama Thanny sekalian menggunakan modus untuk mengembalikan buku ini. Meski pikiran dan hati masih terus bergejolak karena Katana tapi sisi lain hatiku juga tidak menampik jika aku senang akan bertemu dengan Thanny, aku sangat menginginkan momen hanya kita berdua, hanya saja aku tidak menemukan alasan yang tepat untuk berduaan dengannya. Mungkin jika Tuhan baik padaku besok pasti ada jalan untuk bersama dengannya. Ayeee…

Hari yang ditunggu sudah tiba aku bersiap setampan mungkin melebih skor ketampanan lelaki didunia ini. Aku yang tidak biasa ini mulai bersikukuh menjadi lelaki sejati setiap kali dihadapan Thanny walau ujungnya aku menciut jika dihadapan Katana. Tenagaku lemas dan seakan lenyap perlahan.

Dengan penampilan penuh style aku pergi ke Restoran si kembar Tholinson yang tidak pernah sepi, selalu saja ramai. Mereka harusnya beruntung punya teman seperti diriku mengusung tema yang uwahhh. Minimal mereka bisa foto-foto mengabadikan momen dengan suasana yang berbeda. Dan mereka berdua juga berhasil memenangkan pertarungan sengit dengan orang tuanya. Efek keberhasilannya kamipun kecipratan dan ditraktir oleh Thollinson bersaudara.

“Heyy…,” sapaku pada Toto, Asbul dan kak Rey yang sedang asyik bercanda atau bertengkar aku tidak bisa membedakan jika Asbul dan kak rey sedang bersama.”Yang lainnya kemana?”

“Harusnya mereka sebentar lagi sampai,” ujar Asbul.

“Tito juga lama sekali, dia tidak sadar jika kerjaan sedang menumpuk,” ketus Toto.

Kami berbincang-bincang membicarakan kejadian selama kami tidak bertemu. Dan tidak lama kemudian Thanny dan Amy datang, semakin jarang tidak bertemu dengan Thanny dia semakin cantik dan berkilauan. Aku senang dan tersenyum kepadanya begitupun dengan senyumnya sangat menghangatkan hatiku.

“Aku duluannya aku masih ada kerjaan yang masih belum kelar,” kata Asbul masuk naik kelantai 3 khusus staff.

“Sebenarnya kita kesini mau kumpul atau bekerja?” tanyaku heran.

“Kita akan berkumpul tapi tanggung pekerjaanku masih belum kelar kalau belum diselesaikan”

Aku hanya mengagguk dan berkata “Owwhhhhh.…”

“Trio Aretha ayo kita juga kedapur bukankah kita juga belum selesai mengerjakan kue kemarin. Lets go… cuss," ajak Toto.

“Hey kalian ini bagaimana,” aku menggelengkan kepala percuma datang cepat kesini. “Oh ya Thanny. Aku ingin mengembalikan buku ini padamu. terima kasih”

Thanny tersenyum, “Sangat disayangkan jika tokoh lelakinya tidak bisa melihat dengan jelas.”

Aku membalasnya dengan tersenyum berat karena hatiku lebih berat mendengar Thanny berkata seperti itu seolah ditujukan untukku. Setelah Trio Aretha berlalu aku hanya berbincang dengan Toto dan itupun tidak terlalu lama karena orang yang ditunggunya telah datang. Tito langsung berdiri menyambut Toto dan menarik kedalam kantornya. Aku hanya duduk terdiam dan aku pikir aku akan seorang diri dimeja ini menunggu Trio Aretha dan Trio Tiasto, tapi itu hanya dugaanku saja ternyata Toto membawa seseorang dan meninggalkannya denganku.

“Katana…,” ujarku lemah.

“Kau masih memanggilku seperti itu, bagaimana kalau ada yang tahu selain sahabatmu itu?” jawabnya tersenyum, aku sangat bahagia melihatnya namun disaat bersama aku juga merasakan rasa sakit.

“Disini hanya ada kau dan aku,” ujarku padanya. Aku merasa canggung dengan keadaan seperti ini rasanya masa-masa menyenangkan dulu sudah mulai lupa seperti apa rasanya.

“Sejak pertama kali aku bertemu dengan temanmu selain Toto dan Asbul, mereka semua tidak ada yang mengetahui jika aku dulu berteman denganmu termasuk Thanny?”

“Tidak. Thanny sangat menyukaimu, aku tidak mungkin mengatakan hal itu. Ia suka kupa diri jika menyangkut dirimu."

“Kau ingin melindungiku. Thanny selain cantik dan pintar, ia orangnya baik bahkan ketika ia bersamaku ia tidak seperti seorang fans ataupun teman tapi seperti seorang adik, dan ia tidak pernah berhenti bicara.”

“Ya seperti itulah Thanny, membuat semua orang merasa nyaman didekatnya."

“Aku senang berada didekatya dan aku bersyukur ia juga dekat denganmu. Apa kau menyukai Thanny?” katanya menghentak hatiku seketika.

“Apa kau benar-benar tidak menyukaiku?” secara tidak sadar aku mengatakan hal itu entah mengapa ketika ia mengatakan hal itu aku tergerak untuk menanyakannya.

“Ini sudah ketiga kalinya kau mengatakan hal itu,” ujar Katana seraya memalingkan wajahnya padaku. “Mengapa kau mengatakannya lagi?”

“Sedari dulu kau memang tidak pernah berhenti untuk menyerah tapi kau tidak perlu membohongi dirimu sendiri."

“Apa yang kau tahu?” katanya dengan urat diwajah semakin jelas.

“Bagaimanapun Katty harep adalah nama yang aku buat untuk kita.”

Katana hanya diam dan semakin jelas dipelupuk matanya menahan bendungan itu. Akupun tidak kuasa melihatnya dan menggenggam tangannya keluar dari restoran Toto. Aku membawanya pergi kesuatu tempat yang biasa aku gunakan untuk menyendiri tidak lain adalah pantai tempat biasa aku melihat matahari tebenam. Aku memakaikan helm dan ia masih diam tidak mengatakan sepatah katapun meski aku tahu air matanya yang hampir keluar menjawab semuanya. Diperjalananpun ia tetap diam duduk memelukku dengan erat dan menyandarkan kepalanya pada pundakku.

Aku merindukan duduk berdua berboncengan seperti ini, padahal dulu aku sering melakukan hal ini hanya saja bedanya ia tidak memelukku seerat ini. 8a tidak beranjak dan masih memelukku meski tempat yang ingin aku singgahi bersamanya sudah sampai. Aku yakin ia tidak tidur dipunggungku. Aku merasakan jantungnya berdebar tidak karuan sama sepertiku sekarang ini. aku membiarkannya dan menatap langit biru yang sangat terik sekali menyinari.

“Aku bagaikan orang yang kehilangan arah disaat aku mengingatmu, aku selalu menangis karena kenangan yang kau ciptakan dan rasanya aku ingin memukulmu karena rasa sakit hati ini, tapi aku ingin memelukmu ketika aku bertemu denganmu?”

Aku mencairkan suasana yang beku ini. aku memulai perbincangan dengan mengutip salah satu kalimat dari bukunya, kalimat itu pula yang aku rasakan ketika dulu aku sangat merindukan. Aku sakit hati karenanya tapi tidak bisa membencinya. Aku kecewa jika semua yang ia tulis itu ditujukan untukku, karena ia tidak mengatakannya secara langsung tapi aku juga merasa bersalah karena aku tidak cepat membaca buku itu ketika Thanny memberitahuku, padahal jelas nama pengarang itu adalah Katana. Jika aku lebih cepat membaca mungkin kejadian ini akan terjadi tiga tahun lalu dengan keadaan yang berbeda dan mungkin saja sekarang ini aku bisa bersama dengan Katana.

Detak jantungnya sudah mulai tenang dan ia melepaskan pelukanku, meski lirikan mataku ini tidak salah jika matanya sembab dengan iringan melody dari hidungnya. Ia masih diam dan perlahan menghentikan tangisannya.

“Aku tak yakin pada hidup ini tapi aku masih menyimpan harap. Setelah pengalaman yang aku pelajari dan dijalani sedikit membuatku mengerti dan membuka mata. Hidup itu tak pernah lepas dari penyesalan padahal penyesalan akibat dari tindakanku dan karena tindakanku aku menyalahkan hidup. Ternyata waktu itu seperti benda tajam jika tak bisa memegang dan menggunakannya dengan baik ia akan berbalik melukai,” katanya. “Aku menyesal karena telah bertemu denganmu."

“Kenapa kau tidak mengatakan hal itu lebih awal, bukankah aku sering bertemu denganmu sampai aku tidak punya wajah untuk bertanya hal seperti ini?” kataku tersenyum dan merasa lega rasanya bebanku menjadi hilang semua.

“Anggap saja rasa bersalah ini membuatku tidak tahu harus mengucapkan kata apa untuk memulainya," ujarnya semakin tenang.

“Lalu apa sekarang kau sudah tidak merasa bersalah lagi," candaku padanya.

“Aku sudah menulisnya semua dibuku itu.”

“Berarti kau selama ini juga mencintaikukan?” ledekku padanya, perasaan ini tidak asing dan mengingatku kepada masa itu. Meski dengan candaan tapi penuh harapan.

“Kalau iya, bagaimana?” Tanyaku memberanikan diri, meski masih ada rasa takut di tolak. "Tapi aku juga tidak akan memaksa. Yang terpenting kamu tetap mau menjadi temanku juga tidak apa-apa," aku berkilah secepat kilat sebelum ia menolakku kembali.

Katana hanya tersenyum. “Tapi aku berharap kau tidak menghindariku lagi. Kita tetap masih bisa berteman seperti dulu."

 Entah siapa yang harus disalahkan. Kami berdua telah menanggung beban yang sama dengan cara yang berbeda, alasan yang mungkin tepat dan pastinya mnejalaninya dengan mental yang cukup kuat, karena jujur saja baik aku dan dia tidak mudah untuk menjalaninya. Setelah sekian lama aku dan dia kembali membuka kenangan disaat kami menghabiskan waktu bersama ketika dulu. Kami memutuskan untuk berteman dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Aku benar-benar sangat lega telah mengeluarkan semuanya, entah mengapa aku juga tidak merasa sedih dan kecewa ketika ia hanya menginginkanku menjadi teman. Entah apa lagi alasannya tapi aku sangat senang bisa mengenal dan menghabiskan waktu bersama.

Ia juga menceritakan semuanya dan menjawab apapun yang aku yang tanyakan. Aku yakin jika jawaban yang keluar dari mulutnya itu jujur, karena wajahnya bukanlah wajah yang selama ini kutemui tapi wajah yang sama persis ketika dulu aku bersamanya. Tidak terasa waktu cepat berlalu ketika sedang merasakan kebahagiaan. Kali ini aku menyaksikan matahari terbenam bersama dengan Katana orang yang sangat kuinginkan. Semua rasa bersalah selama ini akan tenggelam bersamaan dengan matahari dan menutup semuanya.

“Hey ini sudah sore sebaiknya kita kembali,” ujarnya

Aku menganggukkan kepala, aku menikmati kebersamaan dengannya dan tidak henti-hentinya kami terus membicarakan apapun yang ada diotak kami, begitupun dengan kenangan dulu dimana putih abu-abu itu menjadi saksi perjalan kisah romansa, komedi dan thriller. Bahkan sampai di restoranpun kami berdua masih bisa tertawa dengan lepas. Tapi seketika suasana dimeja para Trio itu berubah horror dan mencekam menghentikan tawa kami berdua.

“Siapa diantara kalian yang membuat Thanny menangis?” bentakku pada mereka. Hatiku seolah tidak terima melihat ia seperti ini.

“Hey Lotty, aku tonjok kau bolak-balik membuat Thanny menangis,” ancam Asbul dengan seramnya.

“Kau menculik pacarku!” geram Tito.

“Owhhh… pacar. Awas kau kalau buat Katana tidak bahagia. Aku tampar kau diseluruh tubuhmu,” giliran aku yang mengancam.

“Eh… playboy gurita. Awas dengan cewekmu yang lain. Sampai membuat Katana digerayangi. Aku akan membuat ujung rambut sampai ujung kakimu aku pecut”

“Wuiihhh… serem” ujar kak Rey.

“Okehhhh…,” Tito menggebrak meja dengan semanggat dan menggenggam tangannya dengan pasti. “Kita berangkat berlibur.”

“Tidak bisa, aku masih sibuk dipanti asuhan,” ujar kak Rey.

“Tidak bisa juga aku sibuk mau tutup buku,” tambah Amy.

“Aku jug..”

“Berhenti kalian semua. Memangnya aku mengajak kalian berlibur sekarang juga. Kita atur jadwal dulu. Dikira aku tidak memiliki pekerjaan,” kesal Toto dengan wajah gantengnya yang imut membuat Amy meleleh menatapnya. Akhirnya kami bersenang-senang dan terpaksa harus dengan segudang pekerjaan di meja, karena sebulan lagi tahun baru akan datang dan pekerjaan harus cepat diselesaikan.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • nuratikah

    Keren kak

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • qarinajussap

    @ShiYiCha ya maacih neng... Masih belajar neng... Belum ahli... πŸ˜πŸ˜‚

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • ShiYiCha

    Hai, Kak. Aku suka cerita ini. Lucu, ngakak bacanya. Humornya sukses. Buat saran, mungkin bisa diperbaiki lagi tentang tanda baca dan dialog tagnya, Kak. Cemangatt

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • qarinajussap

    terima kasih banyak ba. kalau ada saran dan kritik boleh ba jotos-jotos ke chat aku ya....

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • dede_pratiwi

    nice story :)

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
Similar Tags
My Big Bos : Mr. Han Joe
632      384     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Help Me
6013      1804     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Mencintaimu di Ujung Penantianku
5232      1430     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Intuisi
3990      1239     10     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
Anything For You
3300      1330     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
Belum Tuntas
4965      1710     5     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
NWA
2312      927     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
Kesya
11571      2776     5     
Fan Fiction
Namaku Devan Ardiansyah. Anak kelas 12 di SMA Harapan Nasional. Karena tantangan konyol dari kedua temanku, akhirnya aku terpaksa harus mendekati gadis 'dingin' bernama Kesya. Awalnya pendekatan memang agak kaku dan terkesan membosankan, tapi lama-kelamaan aku mulai menyadari ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Kesya. Awal dari ancaman terror dikelas hingga hal mengerikan yang mulai ...
pendiam dan periang
258      206     0     
Romance
Dimana hari penyendiriku menghilang, saat dia ingin sekali mengajakku menjadi sahabatnya