Loading...
Logo TinLit
Read Story - Balada Cinta Balado
MENU
About Us  

Tragedi hari minggu itu membuatku berpikir banyak hal, dari seorang teman lama yang memujaku, membanggakan dirinya dan memamerkan teman alumni lainnya yang sudah mulai berubah identitas. Fix berat… walau aku sering kena semprot oleh Asbul tamengku masih kuat untuk menahannya. Hanya karena bertemu satu orang itu benteng bajapun bisa tertembus olehnya. Gila… nyelekit sampai hati cekat-cekot terus beberapa hari ini. Kejadian itu tidak bisa kulupakan meski telah berlalu. Entah kenapa rasa sakitnya seperti ditinggalkan oleh Katana.

Meski begitu tidak mengurungkan niatku untuk pergi kembali ke taman itu, aku hanya bisa amit-amit semoga tidak bertemu dengan teman lamaku rasanya aku trauma berat. Dengan sempoyongan antara mau dan tidak mau aku kembali ketaman itu untuk membantu Tito dan Toto. Untuk pertama kalinya tubuhku bergerak sendiri untuk memakai baju olahraga di hari kamis pagi ini, aku ingin memperbaiki tema yang kuberikan pada mereka secara matang dan pastinya dengan perutku yang sudah Full charge, aku bisa berpikir dengan benar tanpa meliuk-liuk kemana-mana. Seperti biasa pagi begini aku disambit oleh mata tajam kedua kakakku, Bulat matanya terus mengikutiku tanpa memperdulikan apa yang sedang dilakukannya. Melihatku seperti itu rasanya seperti dunia mau terbelah dua.

Aku memakai sepatu klasik alias sepatu yang baru aku pakai lagi setelah beberapa tahun. Aku harus cepat pergi sebelum biji mata kakakku benar-benar keluar dan... Cssiiittt… Aku menghentikan langkahku setelah Troll imut-imut berhasil mencuri perhatianku dengan rambutnya yang acak-acakan, mata merem melek, pakaian tidur yang masih lengket di badannya ditambah dengan sepatu yang menyala ala lampu disco. Kalau begini tampilannya aku sudah bisa menebak ia pasti akan mengikutiku. Hebat… kadang aku berpikir, apa aku seperti ini ketika kecil. Aku benar-benar tidak bisa menolak tingkah lucunya tapi selain itu bayangan yang terpantul dari kaca jendela didepanku menunjukkan keberadaan kakak iparku yang menyilangkan kedua tangannya sembari membawa sinduk. Kakak iparku yang beberapa langkah dibelakangku rasanya membuat bulu kudukku mau rontok karena mata merah dan tanduk panjangnya.

Yuuukkkk… cus… Aku tersenyum pkasa pada si imut didepanku ini.

Iyahhh…

Aduh suaranya bagaikan hembusan angin. Tidak lama lagi juga pasti dia nemplok di punggungku.

Aku memang menggunakan baju olahraga tapi tidak ada niatku untuk berolahraga. Style—ku memang keren rambut klimis, kumis tipis, wajah manis, tubuh atletis, tetapi entah mengapa aura yang kurasakan mistis. Aku memang bergaya tapi bukan untuk menarik perhatian para wanita. Auu.. ah… aku fokus menggandeng tangan imut dan hangatnya Pir. Aku juga bercanda dengannya, namun aku baru saja mengeluarkan satu kata, pertanyaan darinya sudah seperti rantai di kepalaku yang perlahan mengeluarkan asap dari pori-pori rambutku.

Akhirnya aku sampai ditaman ini, meski masih pagi dan hari biasa tapi taman ini sangat ramai. Ada baiknya juga jika dijadikan tempat untuk berbisnis. Aku menguap sembari meregangkan ototku yang sudah kaku dan takut patah. Termasuk Pir yang juga tidak mau kalah mengikuti gerakanku sebisanya. Jika diperhatikan lebih jeli lagi, memang benar seharusnya aku pergi kesini disaat hari-hari seperti ini tidak ada pasangan dan pastinya aku terlepas dari dosa salah satunya yang sering muncul adalah iri hati.

Aku duduk dibangku taman menelangtangkan tangan dan melihat keadaan disekitarku, jika mereka hanya bisa mengerjakan di hari libur, aku bisa membantu mereka di hari biasa. tapi anehnya aku justru fokus melihat keponakanku satu-satunya, dia adalah musuh utamaku tapi mengapa ia selalu mengikuti kemanapun, bahkan ia mengikuti gaya dudukku dan ikut celingak celinguk kesana kemari, ia mirip sekali dengan mesin fotokopi.

“Hey… Elijah Wood. Mengapa kau terus melihat anak kecil disebelahmu, sangat mencurigakan sekali?” ujar Thanny yang sangat seksi dengan keringat yang hampir membasahi seluruh tubuhnya.

“Ehhh," aku terkejut melihat keberadaaan Thanny. “Apa maksudmu aku bukan phedofil ya?” sanggahku tapi aku memang tidak bisa memalingkan mata ini dari tingkah imut Pir yang terus mengikuti gayaku.

“Aku tidak mengatakan apapun? kau sendiri yang mengatakannya. Tapi apa yang sedang kau lakukan disini? Siapa dia? Apa…,” ucap Thanny diakhir dengan mulutnya yang menganga dan sungguh— benar— sangat tidak enak dilihat.

“Sebenarnya kau ingin bertanya kepadaku atau ingin bertengkar denganku? intinya keberadaanku disini hanya untuk mencari ide yang lebih baik untuk tema yang kuberikan minggu kemarin.”

“Kau memang benar-benar bertanggung jawab,” ucapnya sembari duduk disebelahku. “Aku bingung mengapa Asbul mudah menyetujui apa yang kau katakan, ia bukanlah orang seperti itu. Aku saja bisa ditolaknya ratusan kali. Apalagi Kak Rey bisa jutaan kali ditolaknya, karenanya ia tidak pernah mengatakan sepatahkatapun jika Asbul meminta saran, begitupun dengan kembar Tholinson. Mereka mudah sekali menyetujuinya. Walau aku pikir kembali memang idemu cukup bagus juga.”

“Lalu apa yang kau lakukan disini. untuk olahraga atau…?”

“Aku memang biasa olahraga kesini jika sedang libur versi aku.”

Aku dan Thanny kembali mengobrolkan bisnis yang akan dilakukan oleh dua bocah kembar itu, jika dipikir-pikir lagi mengapa aku harus serepot ini untuk memikirkan bisnis orang lain. Tapi jika terus terpikir olehku berarti aku harus segera menyelesaikan, karena itulah sifat yang menurutku buruk karena aku ingin segera menyelesaikan jika tidak di memori otakku akan terus bergentayangan. Ya, benar sifat burukku karena sampai saat ini masalah Katana masih belum bisa aku kelarkan, tapi Katana adalah hal yang berbeda karena ia adalah manusia sepertiku yang tidak mudah aku bisa selesaikan. Ini juga kali kedua aku berada ditaman berdua dengan Thanny meski bukan taman yang sama, dan apakah aku juga akan bertemu dengan Katana lagi seperti waktu itu.

Perbincangan seruku ternyata membuat keponakanku marah karena ia sadar jika tidak dipedulikan olehku, dengan jurus tidak berdosanya ia nyempil diantara diriku dan Thannya. Yang awalnya hanya berjarak beberapa sentimeter namun kini berjarak 50 cm karena keberadaan keponakanku ditengah-tengah. Baru kali ini, hanya keponakanku yang mencetak sejarah. Biasanya jika ada sepasang kekasih yang ketiga adalah setan tapi dia berbeda karena keponakanku berhasil menjauhkanku darinya. Wajah polosnya benar-benar berbeda ketika sedang bersamaku. Akhirnya yang terjadi adalah mereka berdua asyik mengobrol heboh. Lebih hebatnya lagi Thanny bisa menjawab semua pertanyaan keponakanku bahkan mata mereka semakin meruncing.

“Cie… cie…,” ujar Kak Rey menggoda dengan wajah berkekuatan penuh pasti akan menyerang kami berdua.

“Nggak bohong tahu. Beneran nggak bohong,” ucap Amy tegas dengan mata melorot yang hampir keluar bergelantungan. “Dari jauh sudah kaya Foto keluarga.”

“Main nikung-nikung aja,” ucap kak Rey menaik turunkan kedua alisnya.

“Ajak-ajak dong. PPPPPEEEEEEEELLLLIIIIIIITTTT,” samber Amy dengan suara ala raksasa.

“KALIAN INI BICARA APA?” kompak aku dan Thanny mengatakan hal yang sama.

“Jodoh emang nggak kemana,” melas amy.

“Eittss… tapi kalau nggak kemana-mana nggak dapat jodoh,” lirik Kak Rey dengan peluru di bola matanya sangat menyiratkan.

Mereka berdua menindasku dan Thanny habis-habisan dengan puas. Menghina dan menindas orang sepertinya menjadi obat mujarab zaman sekarang. Aku hanya diam saja mendengar ocehannya karena bagiku ini sudah biasa, sedangkan Thanny tidak terima dan terus berbalas kata dengan mereka, keponakanku yang melihat drama didepannya membuatnya manggut-manggut dan menguap. Aku mengambil Pir dan menggendongnya dipangkuanku pastinya menjauh dari mereka yang akan memberikan virus yang tidak baik untuk Pir tercintaku. Aku tidak ingin dia belajar dari mereka dan mengikuti jejakku seperti ini.

“HEY... KAU MAU KABUR?” teriak Amy

Ya ampun itu calon emak," gumamku dalam hati dan langsung menghampirinya karena aku tidak bisa berteriak. “Tolong jangan samakan perut kalian dengan perut keponakanku, jangan samakan tenaga kalian dengan keponakanku dan aku tidak ingin keponakanku mendengar apa yang kalian ucapkan. Racuuuuun?”

Aku langsung pergi begitu saja dan tidak ingin melihat mimik wajah mereka ditambah diamnya mereka membuatku semakin tidak ingin menengok kebelakang. Aku melangkah semakin lama semakin cepat tapi jangan berlari nanti aku akan ketahuan jika aku menghindari mereka. Saat inilah kekuatan kaki seribu aku harus gunakan.

Aku senang, lebih tepatnya tenang karena mereka tidak mengejarku, kini aku sampai tepat didepan bubur ayam Bang Bin, mendengar nama bubur ini hatiku dipenuhi oleh aura kegelapan karena dendam ini masih belum terbalaskan. Padahal yang salah bukan buburnya tapi aku kesal sekesal perutku yang dipukul-puluk dan didemo para penghuni. Bahkan aku tidak dibiarkan mengatur nafasku.

“Eh… lotty,” sapa Bang Bin serasa menyapa artis besar. “Kemana saja, sombong sekali kau tidak pernah mampir kesini. Alamat Bang Bin kan tidak pernah pindah. Kan Bang Bin sudah berjanji kalau pindah Bang Bin bakal chat kamu pakai apa tuh namanya yang zaman kekinian. Aduh Bang Bin lupa”

“Memangnya apa yang Bang Bin inget?” ujarku padanya.

“Cara ngitung uang sich,” ujarnya berpikir.

“Bang Bin itu gampang lupanya susah ingetnya”

“Benarkan Bang Bing bilang kamu itu pintar karena berkat bubur Bang Bin” ujarnya puas. “Sepertinya termasuk pintar membolos juga, karena kamu bubur Bang Bin selalu digrebek gurumu.”

“Bang Bin masih inget juga."

"Nggak mungkin lupa, setiap kali digrebek kalian pada kabur, bayar nggak kenyang iya. Ya sudah kamu duduk."

Sembari menunggu bubur Bang Bin aku membangunkan keponakan imutku yang tidur dengan pulas dipangkuanku.

“O… ya?” Bang Bin berbalik lagi ke arahaku.

“Kenapa Bang Bin?” tanyaku heran.

“Bang Bin daritadi itu mau tanya, itu anak siapa ya? Kau sudah menikah? Menikah dengan siapa? Kok nggak ngundang Bang Bin? Bang Bin kenal tidak dengan istrimu? Apa dia juga alumni sini?”

“keponakanku?” ucapku singkat.

Angguknya dan kembali menyiapkan bubur.

Bubur Bang Bin merupakan bagian dari kenangan masa lalu saat aku sekolah SMA dulu, disini adalah tempat pelarianku ketika aku benar-benar malas untuk berpikir, aku lebih suka mengikuti apa kata hatiku walaupun aku menyadari hal itu adalah salah. Kalaupun harus dilanjutkan itu juga percuma karena tidak ada niatanku untuk belajar. Awalnya hanya aku sendiri yang bolos pelajaran dan benar-benar tidak ada niatan untukku mengajak teman. Sekali dua kali guruku membiarkanku mengikuti apa keinginanku tapi ternyata perbuatanku membawa pengaruh buruk kepada temanku yang lain. aku tidak tahu jika mereka mengekoriku ikut bolos ke bubur ayam Bang Bin dan tidak lama juga ternyata bukan hanya temanku yang mengekoriku tapi disusul oleh guru kesiswaan yang diam-diam menggunakan jurus gravitasi tubuh, tidak ada yang menyadari sang guru jika ia juga mengikuti mereka dari belakang dan Zonk setelah sesampainya di bubur ayam Bang Bin, aku yang baru saja menganga menyuap bubur ayam, bibirku dalam sekejap langsung mingkem dan mataku yang bergantian menganga, melihat keberadaan guruku yang senyam senyum kepadaku. Sekolah aku yang mengajak mereka kekantin.

Dialah guru terbaikku yang aelalu beraksi dimanapun dan kapanpun, selalu memotivasi setiap murid khususnya diriku yang membuatku semakin rajin kesekolah dan mati-matian belajar keperpustakaan dan akhirnya bertemu dengan Katana. Kenangan itu tidak pernah bisa aku lupakan yang kini menjadi bagian favorit dalam album memoriku. Aku rasa Bang Binpun tidak akan melupakan hal itu karena dia adalah satu-satunya orang yang berubah menjadi batu bara setiap kali guruku datang. Ia akan mengadu semua yang dilakukan muridnya. Dan tidak lama karena ulah Bang Bin blackhole pun muncul. Sangat menyenangkan sekali mengingat masa-masa itu meski rasa kesal juga selalu ikut bersanding. 

“Bro… kau sadar senyam senyum sendiri?” ujar seorang lelaki yang menyilaukan mataku bersama seorang wanita yang terus memperhatikanku.

“Nih Ty bubur ya,” ujar Bang Bin yang tidak bisa melepas pandangannya terus melirik orang yang memanggilku. “Ya Tuhan harta itu memang Cuma titipan tapi kalau bisa aku dikasih lebih” desah Bang Bin sembari berjalan menyiapkan bubur namun pandangannya tidak lepas dari mereka berdua.

"Bang Bin itu bubur simpan saja dimeja, tidak perlu diudara" kataku melihat tatapan Bang Bin terfokus ke yang lain. "Tangan kemana, mata kemana".

"Eh iya maaf, maklum Bang Bin manusia, realistis saja lihat yg beuhhh...."

“Eh… benarkan kau ada disini,” ucap Thanny disusul Amy dan Kak Rey.

“Wuiidihhh… Toko mas berjalan,” ujar Amy pelan dan hal itu juga yang membuatku silau juga Bang Bin tentunya.

“Bro… kau Lotty kan ya? Benar aku yakin kau Lotty,” ujarnya mengoyangkan tangan kirinya menyentuh rambut disusul bagian lainnya. “Kau tidak berubah sama sekali.”

"Kau terkenal juga Ty," kata Kak Rey yang menurutku lebih mirip ledekan.

“Mengapa aku harus berubah, aku sudah bukan dalam masa pertumbuhan mana mungkin aku berubah! Aku jiga tidak mau operasi, biarkan apa adanya saja,” ujarku padanya sembari menyuapi keponakanku memakan bubur.

“Owh… iya juga," ucapnya dengan wajah nyeleneh, kata yang dikenal banyak orang mungkin “sombong”.

“Om nanti beli cing… cing… itu buat Eong Pir," kata keponakanku yang kehebatannya diatas rata-rata. Ia tertarik dengan bunyi lonceng dari perhiasan wanita disebelahnya.

Tidak lama kemudian, mungkin wanita yang merupakan kekasihnya mengajaknya untuk pergi dari bubur Bang Bin. Tanpa tahu siapa dirinya akupun tidak bisa mengingatnya.

“Itu orang kenapa tubuhnya selalu bergetar atau bergoyang gitu. Aku tidak bisa membedakannya,” ujar Thanny.

“Waktu kecil tidak imun kali ya,” samber Bang Bin. "Ya Tuhan harta itu memang cuma titipan tapi kalau bisa kasih aku lebih," panjat doa Bang Bin dengan wajah memelas. 

Kamipun menikmati bubur ayam bersama-sama, mereka dibuat penasaran dan terus menanyakan temanku barusan yang memang tidak aku ingat sama sekali. kami semua menikmati hidangan bubur Bang Bin yang sudah sangat kenal dengan memori lidahku. Aku juga yang mengenalkan bubur ayam ini kepada Asbul ataupun toto yang kini justru jadi teman karib.

 

Semenjak saat itu aku mulai sering berolahraga ke taman. Lebih tepatnya karena ada alasan yang membuat taman itu seolah memeletku untuk terus datang kesana. Setelah mendengar Thanny sering ketaman ini setiap hari membuatku ingin terus ketaman ini, karena aku tidak tahu jadwalnya aku usahakan setiap hari kesini dengan atau tanpa kepokanku dan kini mereka justru lebih dekat. Dibayanganku seperti keluarga baru menikah. Mungkin ini entah keberapa kalinya aku dan Thanny mulai sering bertemu. Kami mulai sering berbincang tidak hanya mengenai pekerjaan tapi mulai masalah pribadi tapi aku masih belum berani mengutarakan masalah pribadi yang lebih dalam apalagi hubungannya dengan Katana. Sedikit demi sedikit kami mulai mengetahui satu sama lain hal–hal yang disuka ataupun yang tidak kami suka.

Aku mulai menikmati kebersamaanku dengan dirinya, bahkan perlahan aku mulai melupakan masalahku dengan Katana. Mungkin aku juga mulai merasakan arti kencan. Terkadang sejenak aku mulai melamunkan masa depan diriku yang benar-benar sudah tertingal oleh zaman. Rasanya hanya aku yang memang tidak memiliki tujuan, keinginan ataupun harapan. Disaat otakku yang waras dan pikiranku yang lurus aku merasa senang ketika aku disindir, dihina dan digunjing oleh Asbul dan Toto. mereka benar-benar sayang padaku sampai rela memarahiku hanya untuk memotivasi ujung-ujungnya aku hanya membatu. Ditambah lagi aku bertemu dengan beberapa orang yang mengenalku meski aku benar-benar tidak mengingat siapa mereka, bahkan wajahnya. Jika mereka bisa mengenalku mengapa aku tidak bisa mengenalinya langsung.

Mendengar dan melihat mereka rasanya zaman ini benar benar sudah berubah. Mereka sepertinya sudah menemukan jalan hidup mereka sendiri, tidak ada beban dalam perkataan ataupun perbuatan mereka justru aku yang merasa terbebani dengan kemunculan mereka. rasanya mereka sangat bangga sekali dengan keadaan mereka meski terlihat buruk dimataku. Tahun sudah berlalu berkali-kali tapi tidak aku rasakan sama sekali dan ternyata semua itu telah lewat enam tahun lamanya. Mungkin benar aku menyalahkan semua yang terjadi padaku saat ini karenanya. Aku seperti memaksakan kehendakku untuk apapun itu, padahal aku tahu dia bukanlah benda mati yang bisa aku beli meski dengan harga yang mahal. Tidak hanya itu melihat temanku didepan mata mendiskusikan bisnis Toto dan Tito benar-benar sangat berkharisma dan berwibawa. Sedangkan aku hanya duduk-duduk seperti patung selamat datang menyambut para pengunjung yang tidak merasakan keberadaanku, rasanya aku semakin minder dan tidak kuasa bersanding bersama mereka.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • nuratikah

    Keren kak

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • qarinajussap

    @ShiYiCha ya maacih neng... Masih belajar neng... Belum ahli... πŸ˜πŸ˜‚

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • ShiYiCha

    Hai, Kak. Aku suka cerita ini. Lucu, ngakak bacanya. Humornya sukses. Buat saran, mungkin bisa diperbaiki lagi tentang tanda baca dan dialog tagnya, Kak. Cemangatt

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • qarinajussap

    terima kasih banyak ba. kalau ada saran dan kritik boleh ba jotos-jotos ke chat aku ya....

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • dede_pratiwi

    nice story :)

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
Similar Tags
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
Cadence's Arcana
6238      1621     3     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...
I'm Possible
6520      1742     1     
Romance
Aku mencintaimu seiring berjalannya waktu, perasaanku berubah tanpa ku sadari hingga sudah sedalam ini. Aku merindukanmu seiring berjalannya waktu, mengingat setiap tatapan dan kehangatanmu yang selalu menjadi matahariku. Hingga aku lupa siapa diriku. -Kinan Katakan saja aku adalah separuh hidupmu. Dengan begitu kamu tidak akan pernah kehilangan harapan dan mempercayai cinta akan hadir tepat ...
Klise
3088      1170     1     
Fantasy
Saat kejutan dari Tuhan datang,kita hanya bisa menerima dan menjalani. Karena Tuhan tidak akan salah. Tuhan sayang sama kita.
In your eyes
8571      1998     4     
Inspirational
Akan selalu ada hal yang membuatmu bahagia
F I R D A U S
737      489     0     
Fantasy
fall
4571      1361     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
I'll Be There For You
1275      609     2     
Romance
Memang benar, tidak mudah untuk menyatukan kembali kaca yang telah pecah. Tapi, aku yakin bisa melakukannya. Walau harus melukai diriku sendiri. Ini demi kita, demi sejarah persahabatan yang pernah kita buat bersama.
Ellipsis
2306      968     4     
Romance
Katanya masa-masa indah sekolah ada ketika kita SMA. Tidak berlaku bagi Ara, gadis itu hanya ingin menjalani kehidupan SMAnya dengan biasa-biasa saja. Belajar hingga masuk PTN. Tetapi kemudian dia mulai terusik dengan perlakuan ketus yang terkesan jahat dari Daniel teman satu kelasnya. Mereka tidak pernah terlibat dalam satu masalah, namun pria itu seolah-olah ingin melenyapkan Ara dari pandangan...
Aku & Sahabatku
17482      2463     4     
Inspirational
Bercerita tentang Briana, remaja perempuan yang terkenal sangat nakal se-SMA, sampai ia berkenalan dengan Sari, sifatnya mengubah hidupnya.