Chapter V
Pacar, mana Pacar
(2011)
Perasaan yang ada belum dapat aku percaya, iya dia sekarang adalah pacarku. Aku belum terbiasa dan begitu pula Dafa. Karena kita sekelas, hari-hari berlalu begitu cepat hingga jadi seminggu. Waktu terlalu mengejarku hingga kini tepat sebulan aku dan dia bersama sebagai pasangan. Kami disibukkan oleh Ujian tengah semester hingga tidak ada komunikasi yang intens antara aku dan Dafa.
Bukannya aku lupa telah punya pacar, tapi karena Dafa yang tidak menanggapi dengan baik bagaimana aku memperlakukannya. Iya memang awalnya kita sepakat tidak ada yang akan berubah, kita tetap menjadi teman baik yang di labeli predikat pacar. Tiba pada hari UTS (Ujian Tengah Semester) mata pelajaran Komputer adalah membuat animasi dalam film yang dilakukan dalam kelompok. Aku satu kelompok dengan pacarku, begitu pula Rosa yang ternyata sudah lebih dulu pacaran dengan Samy, sungguh dia baru memberitahu aku. Lengkap sembilan orang anggota kelompokku dengan aku, Dafa, Rosa, Samy, Ria, Akila, Kasih, Lulu, dan Dika. Kita semua dari kelas X yang sama dan menjadi satu tim di kelas IPA ku ini.
***
Film ini hasil karya kita semua dengan aku sebagai penulis utama dialog di bantu oleh Rosa. Sebenarnya cerita film kita hanya khayalan yang lucu dengan judul “School of Magic” dengan aku dan Dika sebagai pemeran utama sebagai pasangan penyihir dan teman yang lain berperan sebagai guru penyihir dan teman-teman penyihir lainnya. Kita mengambil setting di banyak tempat, termasuk rumah Ria sebagai tempat editing akhir. Karena proses drama yang lumayan melelahkan tapi menyenangkan aku sampai hampir lupa kalau aku sudah punya pacar. Ria dan Lulu mengatakan kalau Dafa cemburu dengan akting yang kulakukan dengan Dika, awalnya aku tidak menggubris. Aku bertanya pada Dafa, dia bilang itu kan tugas sekolah dan Dika itu temannya juga jadi tidak mengapa. Lega mendengar dia tidak secemburu pacarnya Rosa si Samy yang selalu moody kalau Rosa ngobrol dengan teman laki-laki yang lain. Hanya saja aku sedikit terganggu dan heran karena Samy dan Dika, di tambah Ria kadang mengejek ku tentang Gilang. Iya Gilang si otak udang yang sudah lama tidak bertegur sapa dengan harianku. Semua karena Samy dan Dika yang mulai menyinggung tentang dia sehingga aku entah mengapa sedikit salah tingkah. Ya ampun, pacar? Kemana pacarku?. Ingat nay kamu udah ada Dafa.
“Daf, kenapa Cuma diam aja?” tanya ku yang khawatir karena sang pacar yang daritadi ada tapi berasa nggak ada memang pangeran batu.
“Nggak kenapa-kenapa” jawab nya datar lalu..”Dafa pulang ya Nay, udah mau selesai juga kan editing nya, teman-teman aku pulang duluan ya” Dafa beranjak dan pergi dengan hawa dingin.
Aku tidak menyadari apa yang membuat dia mengabaikanku, cemburu? Ah tidak mungkin. Karena di pikiranku Dafa adalah laki-laki yang tidak akan mudah cemburu dengan predikat salah satu laki-laki cuek, pecicilan, dan lumayan pintar dikelas. Laki-laki seperti dia membuat aku cukup beruntung jadi pacarnya. Apa yang terjadi? sampai pada malam hari saat aku mengirimi nya pesan singkat tapi dia tidak membalas. Sebulan telah berlalu ini salah satu hari untuk ke sekiannya dia cuek dan aku sudah terbiasa tapi malam ini aku sadar mungkin aku yang salah, ya sudahlah anggap saja dia cemburu semoga benar karena itu artinya dia sayang.
Aku mengirimi pesan ulang dengan permintaan maaf “ Daf, nay sadar kayaknya Dafa marah karena tadi siang waktu di rumah Ria kan? Ejekan Samy dan Dika. Mereka Cuma bercanda Daf, dan Nay udah nggak peduli lagi dengan apapun yang menyangkut Gilang, itu semua biasa aja. Percaya sama Nay?” pesan yang tampak sangat putus asa dengan rasa malu karena merasa dia cemburu aku kirim dengan rasa was-was kalau dia tidak merespon. Setelah lewat setengah jam Dafa membalas “Iya Nay, Dafa Cuma kecewa dengan cara Nay menanggapi ejekan mereka. Coba Nay ada di posisi Dafa, pasti Nay juga nggak suka kalau pacar Nay bersikap kayak gitu saat di singgung, di ejek dan di jodohkan dengan laki-laki lain meski cuma bercanda. Terutama Gilang, Dafa benar-benar nggak suka”.
Aku terpaku membaca pesan singkat yang dikirim Dafa, yah aku tahu bahwa Dafa tahu betul bagaimana dulu aku menyukai Gilang, karena Dafa salah tempat cerita yang ternyaman untukku dulu. Dan ini salah satu pesan yang benar nyata dari pangeran batu aku yang ternyata cemburu. Sungguh itu lucu dan aku hampir terharu. Ah aku sayang dia. “maaf ya fa, Nay nggak akan biarin mereka gitu lagi dan Dafa jangan pernah lupa kalau Nay sayang sama Dafa”.
“I love you sayang, love you today love you everyday. selamat tidur” pesan singkat dari Dafa yang membuat aku senyum-senyum sendiri dengan guling ke kanan, ke kiri ya ampun bahagianya mengetahui kalau dia juga bisa cemburu.
***
Salah paham terjadi ternyata tidak hanya sekali itu, cobaan pacaran kata teman-temanku. Apalagi buat aku yang belum pernah pacaran sebelumnya, semua seperti asing dan baru. Aku berbuat ini salah, aku begini salah aduh pacaran memang ini ya rasanya. Kadang aku ngobrol tentang PR (Pekerjaan Rumah) dengan teman laki-laki yang lain, tiba-tiba Dafa cemberut marah dan pergi. Dia cemburu? Lagi? dan kita beberapa kali salah paham dengan akhir Dafa yang meminta maaf kadang hanya saling diam lalu kemudian berbaikan.
“Aduh Di, aku kesal sama Dafa, baru aja pacaran udah sering nggak komunikasi” curahan hati ku pada Diandra.
“Kalian itu masih penyesuaian Nay, baru masuk dua bulan pacaran itu masih penyesuaian. Mungkin Dafa masih belum terbiasa punya pacar atau dia lupa sama kamu Nay. Hahaha” Diandra menertawakan ceritaku yang tidak mendapat pesan singkat dari Dafa yang memang sebenarnya biasa saja tapi jadi besar karena ini memang baru pertama kalinya untukku, namun tidak demikian dengan Dafa yang sebelumnya pernah pacaran di SMP sesuai ceritanya yang tidak pernah aku bahas karena takut menyinggungnya walau kadang ingin tahu kenapa dulu dia pacaran dan kemudian berakhir. Aku ingin tahu agar aku tidak mengulangi hal yang sama dimana itu membuat dia kecewa.
***
Menunggu pesan dari Dafa membuat aku terbiasa hingga akhirnya aku memcoba mengabaikannya agar dia tahu dan merasakan apa yang aku rasakan. Beberapa hari kami hanya bertemu di sekolah, yah karena kami satu kelas mungkin dia tidak akan rindu pikirku. Kata hai dan ucapan hati-hati dijalan hampir beberapa hari hanya itu yang terucap dari aku dan Dafa. Bukan karena kita bertengkar atau lainnya, tapi kita lagi sama-sama fokus dengan ulangan akhir semester. Meski singkat kita saling memberi semangat untuk belajar.
***
Aku menyadari tidak selamanya dengan pacaran membuat kita terpuruk kalau sang pacar tidak menghubungi, atau membuat gempar dunia dengan hilangnya kabar darinya. Kita dapat saling menyemangati untuk mendukung cita-cita masing, dan saling memotivasi jika salah satu merasa buruk dengan keadaan. Untuk urusan cemburu cukup kamu percaya dengannya maka hati tidak akan mengkhianati. Jangan merasa yang paling terluka untuk hanya kecewa dengan sekedar menanti bahwa dia hanya peduli sesekali. Cukup ingatkan hati kalau dia juga cinta, karena kita tidak bisa berlama-lama bersama jika hanya perasaan terpaksa dan coba-coba.
terimakasih ^^
Comment on chapter Si Biru yang Menjadi Abu