Blake? Blake Scoonhoven? Saudara kembarku? Apa dia sedang bercanda? Aku bisa melihat wajah terkejut semua orang yang ada di ruangan bersamaku, termasuk Rone yang membawa Blake bersamanya.
“Tidak mungkin.” Ucapku dalam hati. Ketika aku memfokuskan perhatianku padanya, sekilas aku mencium keberadaan vampire dan witch dalam dirinya. Namun, tidak hanya itu, keberadaan werewolf lebih mendominasi dalam dirinya. Bagaimana bisa ia memiliki tiga jiwa dalam satu tubuh? Bagaimana mungkin dia adalah saudara kembarku?
“Apa yang tidak mungkin ketika aku sudah berdiri disini Blaire?” Ucap Blake. Dia bisa membaca fikiranku layaknya Clark? Oh bodohnya aku, tentu saja, ada jiwa vampire dalam dirinya.
“Kakek?” aku beralih kepada ketiga kakekku yang sepertinya tidak memahami apa yang sudah terjadi.
“Satu-satunya yang bisa menjawab mengenai ini semua adalah dengan melihat ke dalam ingatan Clark dan Cedric.” Saran kakek Grey.
“Kau benar Grey.” Kakek Loyard setuju dengan saran kakek Grey. “Rone, tolong jemput mereka berdua dan bawa ke rumah Grey. Aku dan Gordon akan menunggu kalian di sana bersama Grey. Dan kau-“ kakek menunjuk ke arah Blake.
“Aku tidak akan kemana-mana. Aku akan mengekor pada Blare disini.”
Kakek dan Blake, keduanya menoleh ke arahku untuk mendapatkan persetujuan dariku.
“Aku bisa mengurusnya kakek. Dan aku akan meminta pelatih Hugo untuk membantuku disini dan menggantikan kakek Gordon.”
Ketiga kakekku dan Rone pergi setelah Rone melepaskan borgol Blake.
***
Aku biarkan Blake mengekor dibelakangku ketika acara dimulai dan aku harus melakukan tugasku, memeriksa setiap post keamanan dan memastikan acara berjalan dengan lancar. Ia tidak banyak bicara selama ia mengekor dibelakangku. Sesekali aku menoleh ke arahnya dan kami selalu bertemu mata. Ia hanya tersenyum. Sedikit aneh, sepertinya ia terus memperhatikanku dari belakang.
Aku mengajaknya kembali ke pos pengawasan utama yang berada di dalam gedung, di ruangan yang berseberangan dengan ruang tempat acara digelar.
Aku duduk di depan layar yang menampilkan gambar dari cctv untuk mengawasi area dalam maupun luar gedung. Melihat tidak ada kejanggalan, aku berbalik dan mengalihkan perhatianku pada Blake yang mengaku dirinya adalah saudara kembarku.
“Apa kau benar-benar saudara kembarku Blake? Atau kau hanya ingin membuat kekacauan saja dengan mengatakan itu?”
Ia menatapku tajam, seolah aku sudah menyinggung perasaannya dengan ucapanku.
“Apa kau tidak mempercayaiku?”
“Tidak semudah itu aku rasa.” Aku cukup serius dengan ucapanku.
“Kita lahir di hari yang sama, di waktu yang sama, ayah yang sama...” ia menghentikan ucapannya sejenak.
“Tapi?” aku mendesaknya.
“Tapi kita dilahirkan dari ibu yang berbeda.”
Sudah aku duga, ia hanya membual mengeni kami yang merupakan saudara kembar. Pernyataannya cukup membuatku tercengang. Kenapa ia baru mengatakannya sekarang dan bukannya sejak awal? Apa dia memiliki maksud tertentu?
“Itu tidak membuat kita terdengar seperti saudara kembar Blake, kita hanya-“ Aku tercekat. Otakku memuat ulang perkataan yang keluar dari mulut Blake dalam mode lambat. Ayah yang sama. Ayah yang sama? Apa ia bercanda? Lagi?
“Kau mengatakan ayah yang sama sebelumnya.”
“Iya. Walaupun ibu kita berbeda, itu tidak merubah kenyataan bahwa kita seperti saudara kembar. Kau dan aku adalah sama.”
“Bercandamu tidak terdengar lucu ditelingaku Blake. Astaga..” Aku hanya mengusap keningku, sedikit frustasi dengan apa yang dikatakan Blake. “Ayah yang sama, apa kau bercanda lagi?”
“Aku tidak bercanda Blaire.” Dia terlihat serius dengan ucapannya kali. “Kita lahir dengan ayah yang sama. Kita adalah saudara kembar.”
“Apa kau tau definisi dari saudara kembar dan sekedar saudara itu apa?”
Saudara? Iya, seperti kedengarannya. Jika benar kita lahir dari ayah yang sama, tidak menutup kemungkinan kalau kami masih memiliki ikatan saudara. Tapi jika itu benar. Hal ini terdengar rumit.
Blake lahir bersamaan dengan saat ibuku melahirkanku. Dan kami lahir dari ibu yang berbeda. Pada saat itu status ayahku adalah suami dari ibuku dan ayah bagi Cedric, Clark, dan aku. Jika itu benar, apa mungkin ayah telah melakukan sesuatu hal yang salah. Ayah bermain dengan wanita lain dibelakang ibuku? Dibelakang keluarganya? Ayah yang selama ini dalam figur yang sempurna dalam bayanganku, apa mungkin dia melakukan hal seperti itu? Kakek, apa mereka tau tentang hal ini? Tapi ekspresi yang ditunjukkan mereka tadi benar-benar mengatakan bahwa mereka juga sama bingungnya denganku.
“Kita tetap saudara kembar Blaire, kita memiliki jiwa yang sama-“
“Kecuali jiwa werewolf yang ada dalam dirimu..” aku memotong ucapannya. “dan kau tidak dibesarkan sebagai seorang guardian sepertiku Blake. Kita berbeda. Mungkin benar kita lahir dari ayah yang sama...” aku tidak percaya mengatakan bahwa kami mungkin saja memiliki ayah yang sama. “Tapi kita berbeda, kita lahir dari ibu yang berbeda. Mungkin kita hanya saudara, hanya saudara seayah.”
Aku tidak tau harus apa. “Entahlah Blake, aku bahkan tidak tau apa yang sudah aku katakan. Kita akan tau kebenarannya setelah kakekku datang dengan jawaban mereka.” Aku melihatnya hanya terdiam. “Werewolf, apa ibumu seseorang dari kaum werewolf?”
Dia hanya mengangguk tanpa melihatku. Ia hanya melihat tangannya yang saling terikat dan sesekali menggenggam erat seolah ia tengah meredam amarahnya.
Apa aku sudah terlalu kasar padanya? Aku sedikit merasa bersalah sudah menyingkirkan rasa senangnya saat pertama kali bertemu denganku dan menjadi murung dengan amarah yang membuat keningnya berkerut.
“Bagaimana bisa ayahku dan ibumu?” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Aku tidak tau.” Ia mulai menjawab dengan singkat dan tidak tertarik dengan pembicaraan yang aku ajukan.
Jika ia lahir dari ibu seorang werewolf dan ayahku yang seorang vampire, bagaimana mungkin aku juga mencium jiwa witch dalam dirinya?
“Blake, kau juga memiliki jiwa seorang witch bukan?” ia menjawabnya dengan mengangguk. “Bagaimana bisa kau memilikinya tanpa mewarisinya?”
“Aku tidak tau.” Jawabnya dengan jawaban yang sama.
Aku menyerah kali ini. Tanpa mengharapkan jawaban yang sama keluar dari mulutnya, aku kembali dengan tugasku, mengawasi acara yang tengah berlangsung melalui cctv.
“Mereka yang membuatku seperti ini.” Aku mendengar lamat-lamat gumaman Blake. Mereka? Mereka siapa?
Aku berbalik melihat Blake yang terlihat marah dan geram. “Mereka siapa?”
“Mereka yang membuatku seperti ini.” Ia terlihat frustasi. Mengubur wajahnya di kedua telapak tangannya.
“Blake?” aku mendekat padanya, duduk di sampingnya. Ku letakkan tanganku dibahunya dan membiarkan rasa frustasinya terbagi denganku. Aku menepuk ringan bahunya, mencoba menenangkannya.
“Mereka membuatku menjadi pembunuh agar aku bisa berguna sepertimu Blaire.”
“Apa yang kau maksudkan Blake?”
“Menurutmu bagaimana aku bisa memiliki jiwa seorang witch tanpa aku harus mewarisinya dari kedua orang tuaku?” sorot matanya berubah tajam ketika ia melihat ke arahku.
“Membunuh bayi seorang witch tepat sebelum ia dilahirkan dan menyerap energi sang ibu sampai habis.” Ucapku yang menjadi sedikit ragu.
“Aku melakukannya sebanyak lima kali.”
Aku tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutanku saat mendengar pernyataannya. Ia membunuh 5 bayi beserta ibunya. Itu benar-benar gila.
“Itu bukanlah keinginanku. Mereka memaksaku untuk melakukan itu.”
“Siapa? Siapa yang memaksamu Blake?”
“Kakekku, pemimpin kaum werewolf. Lazark Romanov.”
___________________________________________
Di kediaman pemimpin kaum Werewolf, Lazark Romanov bersama putri semata wayangnya, Luca, tengah menikmati makan siang mereka.
“Dimana Blake? Sejak kemarin pagi aku tidak melihatnya ikut sarapan bersama kita.” Tukas Lazark pada putrinya.
“Dia mengurung diri lagi di kamarnya.”
“Ada apa lagi dengan anak itu?”
“Dia ingin bertemu dengan Blaire dan aku melarangnya.”
Lazark hanya bisa menghela nafas mendengar penuturan putrinya. Ia memanggil seorang guardian yang tengah berjaga.
“Tolong panggilkan Blake. Aku tidak ingin mendengar alasan apapun. Jika dia tidak mau, seret paksa dia.”
Tanpa mengatakan apapun, guardian itu segera berlalu menuju kamar Blake.
Diketuknya pintu kamar Blake berkali-kali, namun, masih tidak ada jawaban. Ia mencoba membuka pintu kamar, namun, terkunci dari dalam. Kecemasannya memuncak.
Ini bukan pertama kalinya Blake mengurung diri di kamarnya. Pada kesempatan lain ketika ia mengurung diri, ia kemudian mencoba melarikan diri dari kediaman kakeknya. Tetapi pada hari-hari sebelumnya, aksi kaburnya berhasil digagalkan oleh ibu dan kakeknya.
Tanpa menunggu lagi, guardian itu segera mendobrak pintu kamar Blake dan menemukan ruangan itu telah kosong tanpa penghuninya. Guardian itu hanya bisa mengumpat kesal dan segera melaporkan apa yang diketahuinya kepada tuannya.
“Maaf tuan, tuan muda tidak ada di kamarnya.”
“Lagi?” timpal luca, ibu Blake. Ia menghela nafas dalam, mencoba mencari tahu kemana putra tunggalnya itu pergi melalui indra penciumannya. “Ayah, aku tidak bisa mencium jejak Blake.” Ia terlihat bingung.
Lazark Romanov menggenggam erat gelas yang dipegangnya hingga berhasil memecahkannya. Ia sangat kesal. “Aku juga tidak bisa mencium jejaknya.” Ia mengumpat berkali-kali. Ia kecolongan kali ini. Cucu yang dibesarkannya selama ini berusaha membelot darinya.
“Perintahkan beberapa werewolf untuk mencarinya dan menyeretnya pulang.”
wah aku suka penulis menulis sesuatu yang berbeda. mantap
Comment on chapter Chapter 1 - My Memories 1