Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Wire
MENU
About Us  

Jam pelajaran telah berakhir, aku menungguRoen dan Cedric menjemputku, sementara Ricci, Dyne, dan Adia aku paksa untuk pulang lebih dulu. Aku tidak ingin membuat mereka bosan menunggu bersamaku.

            Aku duduk seorang diri di dekat tempat parkir kendaraan. Aku melihatnya lagi, salah satu pembuat onar yang aku lihat di kafetaria sekolah. Dia memperhatikanku dari dalam mobilnya. Dia tengah duduk dengan buku terbuka di depan matanya. Sepertinya ia tengah menunggu seseorang.

Tak lama, aku merasakan hawa kehadiran yang sama seperti yang aku rasakan saat menyadari kehadiran pria pembuat onar itu. Lebih dari satu, ada sepuluh.

Sekerumunan anak datang menghampiri pria pembuat onar itu. Aku bisa menyipulkan bahwa mereka semua adalah werewolf, 11 werewolf berdiri tak jauh dari tempatku.

            Aku berkali-kali melihat jamku, sudah 20 menit sejak Rone membalas pesanku bahwa ia dalam perjalanan untuk menjemputku. Aku mulai berpikir hal-hal yang aneh. Berpikir tentang bagaimana aku akan melawan 11 werewolf dalam sekali waktu.

Mereka semua mendekat ke arahku. Aku mencoba untuk tetap tenang dan tidak gegabah.

            “Hei, Aku Sam, Sam Geffner.” Pria pembuat onar itu memperkenalkan diri. “Kau siswa baru di sini?”

            Aku melihatnya dan beberapa temannya secara bergantian. “Iya, aku Blaire.”

            “Aku merasakan ada hal yang berbeda darimu saat pertama kali aku melihatmudi kafetaria Blaire.” Sambungnya. “Dan kau terlihat menarik.”

Aku hanya tersenyum ramah, aku tidak perlu menjawab, karena Cedric dan Rone sudah sangat dekat. Mereka tidak menyadarinya. Tapi ketika limosin datang menuju ke arah kami, mereka secara serempak melihat ke arah limosin yang datang.

Cedric dan Rone segera keluar dari limosin dan hendak menerjang ke arahku. Sepertinya Cedric dan Rone sangat cemas melihatku di kelilingi 11 wolf. Mereka berdua berada dalam mode bertempur. Sebelum mereka melakukan hal bodoh, aku segera menghampiri mereka untuk menghentikannya dan segera pergi sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

            Selama perjalanan pulang, Rone dan Cedric tidak henti-hentinya menatapku dengan tatapan aneh. Aku tau apa yang mereka pikirkan dengan melihat ekspresi di wajah mereka.

            “Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak akan mencari masalah dengan mereka. Seperti kata Cedric, aku bisa mengenali mereka tanpa harus menghajar mereka.”

            “Apa mereka tau siapa kau?” tanya Rone.

            “Entahlah, aku hanya memperkenalkan diri sebagai Blaire, bukan Blaire Bailey Cromwell Scoonhoven.”

           

***

            Ketika aku tiba di apartemenku, Rayn, Ricci, Dyne, dan Adia tengah menungguku di lobi. “Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyaku.

            “Kami ingin melihat apartemenmu.” Jawab Dyne dengan ekspresinya yang dibuat-buat.

            “Benarkah?”

            “Tidak, kami ingin menemanimu dan melanjutkan latihan kita di akhir pekan kemarin.” Dyne menjawab dengan spontan. Aku tau kali ini dia berkata jujur.

            “Ayo masuk.” Aku membawa mereka masuk ke apartemenku. “Anggap saja seperti rumah kalian sendiri.” Kami semua duduk di sofa. Diam dan tidak ada yang mulai pembicaraan. Aku hanya memperhatikan mereka.

“Kalian ingin makan atau minum sesuatu?” Aku berjalan ke arah dapur, melihat isi kulkas yang penuh dengan makanan yang sudah di siapkan oleh Klara. “Spagheti, lasagna, steak, chococake, cheesecake, orange jus, soda atau snacks?” aku menyebutkan seisi kulkas yang aku lihat. Mereka cekikikan, sepertinya mereka menganggapku lucu.

            “Apa kau berjualan makanan?” Rayn bergabung denganku, melihat seisi kulkas. “wow.” Ucapnya saat melihat apa yang aku lihat. “kau yang membuat ini semua?”

            “Bukan aku, Klara yang melakukannya untukku.” Aku menahan tawaku saat melihat ekspresinya.

Kami melakukan latihan di ruang berlatihku. Setelah berlatih selama hampir lebih daridua jam, kami memutuskan untuk menyudahinya. Kami mengambil hampir semua yang ada di kulkas dan menikmatinya sambil menonton acara comedy di tv. Tawa bergulir begitu saja.

“Bagaimana kabar Rone?” Tanya Ricci sementara yang lain tengah fokus dengan acara di tv.

“Dia baik-baik saja, walaupun mulai sekarang dia akan sedikit lebih repot karena harus mengantar dan menjemputku sekolah.”

Tidak lama terdengar bel berbunyi.Aku merasakan hawa kehadiran seseorang yang aku kenal. Aku segera bergegas untuk membuka pintu.

Aku melihat Clark berdiri di depan pintu tanpa alas kaki.

“Clark, apa yang kau lakukan di sini?” Wajahnya sangat pucat. Walaupun semua vampire juga berwajah pucat. Ia hanya memakai piyama dan tanpa alas kaki. Melihatnya membuatku khawatir.

“Apa kau membenciku? Apa kau marah padaku?” Aku tidak mengerti dengan apa yang ia katakan.

“Masuklah, di luar sangat dingin dan kau perlu mengganti bajumu dengan baju yang lebih hangat.” Aku merangkul bahunya dan membawanya ke kamarku. Aku hanya memberi isyarat pada Ricci dan yang lainnya kalau aku harus melakukan sesuatu dan mereka hanya mengangguk tanpa bertanya mengenai Clark, orang yang belum mereka kenal.

Aku membantu Clark mengganti bajunya dengan bajuhangat milikku. Aku mendudukkannya di meja rias dan membantunya untuk menyisir rambut panjangnya.

“Kau belum menjawab pertanyaanku.”

“Aku tidak membencimu dan aku tidak marah padamu Clark.” Aku melihatnya melalui kaca.

“Kau pergi begitu saja.”

“Maaf kalau aku membuatmu khawatir. Waktu itu aku hanya sedikit kesal saja. Bagaimana kau bisa sampai ke sini? Apa ada guardian yang ikut bersamamu?”

“Aku keluar diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun. Aku mengkhawatirkanmu Blaire. Kau berada di tengah-tengah para mees seorang diri.”

“Aku baik-baik saja Clark, dan aku akan baik-baik saja. Aku justru lebih mengkhawatirkanmu. Aku tau kau tidak bisa berada di keramaian kota, tapi kau bisa sampai ke tempatku, bagaimana kau bisa melakukannya?”

“Aku lebih takut adikku membenciku dan tidak mau lagi bertemu denganku.” Dia membuatku tersenyum dengan perhatiannya.

“Mees tidak seburuk seperti yang kau bayangkan Clark. Di luar ada beberapa teman meesku, aku akan memperkenalkanmu pada mereka kalau kau tidak keberatan.”

“Bagaimana kau akan memperkenalkanku pada mereka? Sebagai kakak atau hanya sebatas kenalan?”

Tanpa menjawab, aku membawanya bertemu dengan Ricci, Rayn, Dyne, dan Adia. “Kenalkan, Clark, dia kakakku.”

“Hei, aku Rayn.”

“Dyne.”

“Adia.”

“Ricci, Rayn adalah kakakku. Aku, Adia, dan Dyne adalah teman sekolah Blaire.” Mereka memperkenalkan diri secara bergantian.

“Clark, senang bertemu dengan kalian.” Clark meraih lenganku dan tidak mau melepaskannya selama kami semua duduk bersama di depan tv melanjutkan acara comedy yang kami tonton.

Malam mulai larut. Setelah acara tv berakhir, Rayn, Ricci, Dyne, dan Adia berpamitan pulang. Aku melihat Clark yang ternyata tertidur dengan kepala yang tersandar di bahuku.

Aku menggendongnya di punggung dan membawanya ke kamarku. Badannya yang lebih mungil dariku tidak terlalu sulit untuk dipindahkan.

Aku berbaring di samping Clark saat handphoneku berdering. Nama Cedric muncul di layar. Segera ku angkat karena aku tidak ingin membangunkan Clark dengan deringnyayang bising.

Cedric?”

“Blaire, Clark menghilang. Kakek menghubungiku, dan ini sudah lebih dari 5 jam kami mencarinya dan kami masih belum bisa menemukannya. Apa kau bisa membantu kami mencarinya?” Cedric berbicara tanpa jeda. Menandakan ia tengah khawatir.

Jangan khawatir Cedric.”

“Bagaimana aku tidak khawatir Blaire? dia menghilang tanpa ada pengawal yang tau. Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi padanya. Dia tidak bisa berada di luar terlalu lama atau dia akan panik dan ketakutan. Aku-“

Dia bersamaku. Clark sedang tertidur di tempatku. Aku memotong ucapannya. Kau bisa datang kemari kalau kau memang mengkhawatirkannya.”

 

***

            “Dia baik-baik saja Cedric.” Aku mencoba meyakinkan kakakku ketika aku melihat kekhawatiran menyelimutinya saat memperhatikan Clark yang tengah tertidur lelap di tempat tidurku. “Maaf, ini semua salahku.”

            Cedric merangkul bahuku. “Hei, ini bukan salahmu Blaire. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.” Aku mendapat kecupan di puncak kepalaku. “Aku tidak pernah melihat Clark seperti ini lagi.”

            “Lagi?”

            “Iya. Dulu ketika aku mengalami sebuah kecelakaan, Clark tiba-tiba muncul di rumah sakit tempat aku dirawat tanpa siapapun yang datang bersamanya. Masih dengan piyama dan tanpa alas kaki. Dia bahkan datang sebelum kakek mengetahui keadaanku.”

            “Dia sangat luar biasa.”

            “Apa kau tau?” Cedric menatapku. “Aku bisa selamat dari peristiwa yang menewaskan kedua orang tua kita karena Clark. Dia yang melindungiku saat kami melarikan diri jauh dari rumah. Dia mengorbankan sebagian besar kemampuannya untuk melindungiku dari para werewolf yang haus darah itu.”

            “Aku tidak pernah mendengar itu saat kakek bercerita mengenai peristiwa itu. Sepertinya selama ini aku hanya mendengar garis besarnya saja.”

            “Tidak ada yang tau Blaire. Cerita yang sebenarnya dibatasi untuk diceritakan. Clark sudah mengalami banyak hal sulit sejak saat itu. Dan dia merasa bersalah untukmu Blaire, karena dia tidak mampu melindungimu juga, sama seperti apa yang dia lakukan untukku.”

            “Tapi aku baik-baik saja sampai sekarang.” Jelasku.

            “Kau tidak baik-baik saja Blaire. Karena kau terluka cukup parah. Kau masih sangat kecil saat itu. Kakek berusaha menjauhkanmu dari semua hal yang bersangkutan dengan witch ataupun vampire. Karena itulah kakek menjauhkanmu dari kami dan meminta pemimpin guardian untuk membesarkanmu sebagai guardian agar kau bisa melindungi dirimu walau tanpa kekuatan sebagai witch ataupun vampire.”

Cedric membuatku mulai mengerti mengenai hal-hal yang selama ini tidak aku ketahui. Kami menghabiskan malam dengan bercengkrama di balkon kamarku sampai matahari mulai perlahan menunjukkan sinarnya. Kami turun menuju dapur dan aku menyiapkan kopi untuk Cedric. Sementara ia menikmati kopinya, aku melakukan rutinitasku, latihan pagi, sebelum akhirnya terhenti karena aku mendengar teriakan histeris dari Clark.

Aku dan Cedric segera bergegas menuju kamarku dan menemukan Clark yang sudah terbangun. “Clark, ada apa?” pertanyaan pertama yang keluar dari mulutku ketika melihat Clark yang sepertinya tengah ketakutan.

“Jangan meninggalkan aku sendirian.” Tukasnya dibarengi dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

“Kami ada di sini.” Cedric mendekat dan memeluk Clark menenangkannya.

Untuk beberapa saat kami hanya terdiam duduk di atas tempat tidur dengan Cedric yang masih memeluk dan menenangkan Clark.

Clark meraih tanganku dan menggenggamnya. Dia tersenyum kepadaku, seolah raut ketakutan di wajahnya telah lenyap ditelan pagi. “Kau berkeringat.” Ucapnya padaku.

“Aku baru saja selesai dengan latihan pagiku, seorang guardian membutuhkannya.” Aku membalas senyumannya.

“Apakah aku bisa tinggal di sini bersamamu?”

“Tinggal bersamaku?” aku berusaha meyakinkan apa yang baru saja aku dengar. “Kenapa? Bukannya aku tidak senang, aku sangat senang kalau kau mau tinggal bersamaku di sini, tapi kenapa? Aku tinggal berdampingan dengan para mees Clark.”

“Melindungimu, melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan 15 tahun yang lalu.” Aku hanya terdiam mendengar ucapannya, begitupun dengan Cedric.

“Kalau begitu, aku juga akan tinggal bersama dengan kalian.” Cedric tiba-tiba menimpali. Secara spontan, aku dan Clark menatap ke arah Cedric karena ucapannya.

Untuk sesaat kami saling menatap, tapi kemudian tawa tiba-tiba saja meledak di antara kami. Sepertinya inilah bahagianya memiliki saudara, kami tertawa tanpa harus menunggu hal lucu terjadi di sekitar kami. Kami bisa tertawa hanya dengan terdiam dan memandang satu sama lain. Terdengar gila, tapi inilah yang aku kira sebagai sebuah kebahagian bersama keluarga.

“Clark, Cedric, apa kalian serius dengan keputusan tinggal bersamaku? Bagaimana dengan academi?”

“Jangan menghawatirkan hal lain, kalian bisa tinggal bersama sebagai sebuah keluarga mulai sekarang. Kami yang akan mengurus semuanya.” Aku mendengar suara kakek Bailey. Begitu melihat ke arah pintu kamarku, aku melihat ketiga kakekku berdiri di sana.

Melihat kakek Bailey di sana bersama dengan kakek Loyard dan kakek Grey membuatku merasa lega. Hatiku menggerakkan tubuhku untuk menghampiri kakek Bailey, aku sangat merindukannya. Aku memeluknya dengan erat. “Bagaimana kabarmu Blaire?”

“Kakek....” tidak ada kata lain yang bisa keluar dari mulutku.

“Cucu kakek...”

“Aku merindukan kakek dan hadiah-hadiah yang biasanya kakek kirimkan untukku.”

“Apa?” wajah terkejut kakek sangat lucu dan membuatku tertawa. Tawakupun menular pada Cedric, Clark, dan ketiga kakekku.

 

***

            Aku mendapatkan satu hari untuk bolos dari sekolahku, tentu saja atas ijin kakekku. Kami duduk bersama di sofa. Klara sepertinya tidak datang hari ini, aku tidak mendengarnya datang. Kami berkumpul untuk membicarakan kepindahan Clark dan Cedric ke apartemenku.

            “Bagaimana dengan para guardian?” tanya Loyard. “Clark dan Cedric membutuhkan mereka.”

            “Kenapa mereka membutuhkan guardian kalau mereka tinggal bersama salah satunya?” sahutku. “Roen juga bisa tinggal bersama kami. Roen menjaga Cedric, dan untuk Clark aku bisa melakukannya sendiri.”

            Kakek Loyard dan Grey melihatku tak percaya. “Bukankah seharusnya kau juga mendapatkan guardian untuk menjagamu, Blaire?” ucap Kakek Grey.

            “Percaya padaku, dia tidak membutuhkannya Grey.” Kakek Bailey mendukungku. “Blaire tidak bisa dibandingkan dengan para guardian lainnya, dia berada dibawah pelatihanku secara khusus bersama Rone.”

            “Kau tidak bisa begitu saja membanggakannya karena dia berada di bawah pelatihanmu Bailey, apalagi setauku kau orang yang sangat sibuk.” Sela Kakek Grey.

            “Dia ranker terbaikku Cromwell.”

            “Aku setuju dengan Bailey. Bahkan Rone harus bekerja ekstra ketika melawan Blaire.” Cedric ikut angkat bicara.

            “Aku menginginkan Blaire yang menjadi guardianku kek. Aku mohon...” Clark merajuk pada kakek Loyard dan Grey.

            “Nona Clark, Blaire tidak akan menjadi guardian anda selayaknya Rone menjadi guardian untuk Cedric. Aku melepaskan Blaire dari sumpahnya. Aku ingin dia bebas dan tidak terikat dengan kaum manapun. Dia memang terlatih untuk menjadi guardian, tapi sejatinya tubuhnya tidak terlahir untuk itu. Mungkin kalau hanya untuk menjagamu, tanpa sumpahpun dia akan melakukannya dengan senang hati.” Kakek Bailey menyela ucapan Clark.

Tak ada tanggapan dari kakek Loyard maupun kakek Grey.Kakek Bailey melihat ke arahku dan mengangguk memberiku isyarat untuk apa yang harus aku lakukan.

            “Kalian berempat akan melawanku. Kebetulan sekali aku masih menggunakan baju latihanku.” Aku menunjuk pada keempat guardian yang berdiri di belakangkakek Loyard dan kakek Grey, Jim, Deren, Liam, dan Tom. Mereka berempat adalah guardian pilihan yang secara khusus di pilih untuk menjadi guardian untuk para pemimpin setiap kaum.

            “Apa yang kau bicarakan, Blaire?” sahut kakek Grey.

            “Aku akan membuktikannya, kalau aku masih mampu melindungi diriku sendiri dan kakakku. Aku bukan vampire atau witch, tapi aku adalah guardian.”

 

***

            Kami semua berkumpul di ruang latihanku. Cedric, Clark, kakek Loyard dan kakek Grey duduk di kursi di luar arena tanding, sementara kakekBailey dengan sukarela menjadi wasit. Aku memberikan empat baju pengaman kepada ke empat guardian yang akan menjadi lawanku. Mereka memakainya atas perintah kakek. Kakek tidak ingin mereka terluka, karena mereka masih harus melakukan tugas mereka sebagai guardian untuk pemimpin witch dan vampire.

            “Peraturan untuk uji tanding kali ini, kalian berempat harus mengerahkan seluruh kemampuan kalian seperti yang sudah-sudah. Kalau sampai aku mengetahui kalian menahan serangan kalian karena lawan kalian adalah cucuku yang terhitung lebih muda dari kalian, aku tidak segan-segan akan mencopot jabatan kalian.” Kakek Bailey menjelaskan peraturan untuk kami. Dia suka sekali mengancam anak buahnya. “Dan Blaire, kau hanya aku ijinkan menggunakan tangan kirimu. Kau akan kalah jika salah satu dari mereka bisa mendaratkan pantatmu di matras.” Aku hanya mengangguk dengan peraturan yang dibuat kakek.

Kakek sangat suka sekali mencari celah agar seseorang bisa mengalahkanku dalam latih tanding. Kakek bahkan mengikat tangan kananku di badanku untuk memastikan aku tidak akan menggunakannya.

            “Bukankah itu tidak adil untuk Blaire?” protes Clark diikuti anggukan Cedric, kakek Loyard, dan kakek Grey.

            “Aku berusaha adil untuk para guardian ini, aku akan berlaku tidak adil jikaaku membiarkan Blaire menggunakan tangan kanannya.” Jelas kakek Bailey. “kita mulai latih tandingnya.” Kakek Bailey memberi isyarat untuk memulai.

            Aku siap. Aku memberikan kesempatan pada mereka untuk menyerangku begitu saja dan aku akan bertahan.

Aku membuat kesalahan dengan melakukannya, aku terlalu meremehkan mereka walau aku tahu mereka adalah guardian terbaik kakek yang ditempatkan untuk pemimpin para pemimpin kaum. Jim berhasil memukul rahangku dengan punggung tangannya dan itu cukup menyakitkan.

Aku berusaha mundur mengambil jarak dari mereka, aku beruntung mereka memberiku kesempatan untuk memulai seranganku. Aku yakin mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan. Seharusnya mereka tidak memberikan kesempatan kepada lawan mereka untuk mundur dan mengatur kembali serangan mereka, itu berarti kekalahan bagi mereka. “terimakasih untuk kesempatannya.” Aku tidak bisa menyembunyikan seringaianku. Aku juga bisa melihat seringaian kecil dari kakek Bailey. Aku menggunakan kecepatanku untuk menyerang mereka dan melumpuhkan mereka dengan kekuatan yang aku pusatkan pada tangan kiriku dan kedua kakiku. Aku berhasil menjatuhkan mereka berempat dalam satu kali serangan.

            Aku membantu mereka berdiri di atas kaki mereka sendiri. “yang kalian lakukan di serangan pertama sangat bagus.” aku memberikan pendapatku pada mereka, inilah yang biasa dilakukan ketika para guardian melakukan latih tanding. Kami akan mengoreksi kekurangan dan kelebihan mereka. “pukulanmu juga sangat keras, jujur saja itu sangat sakit.” aku berbicara pada Jim yang berhasil mengenai rahangku. “Kalian melakukan kesalahan dengan membiarkan aku mundur. Kalian tidak seharusnya melakukan itu. Jangan berhenti menyerang musuh kalian sampai kalian berhasil melumpuhkan mereka, atau mereka akan kembali menyerang kalian dan berarti sebuah kekalahan dipihak kalian.” Mereka mengangguk mengiyakan.

Aku membiarkan mereka keluar dari ruangan. Aku berjalan menuju Cedric, Clark, dan ketiga kakekku dengan tangan kanan yang sudah terlepas dan tangan kiriku tidak berhenti mengucap rahangku yang terasa sakit karena pukulan yang aku dapatkan tadi.

            “Apa kau baik-baik saja?” tanya Clark cemas melihatku tidak hentinya mengusap rahangku.

            “Sedikit sakit, tapi tidak apa apa.” Clark menghentikan tanganku mengusap rahangku dan ia melakukannya sebagai gantinya. Begitu Clark mengusap rahangku, aku merasakan rasa sakit itu mulai menghilang. Aku melihat Clark dan dia tersenyum. Dia menyembuhku dengan kemampuannya sebagai vampire.

“Terimakasih.” Aku memeluknya dengan manja, seperti apa yang biasa aku lakukan pada kakek Bailey ataupun Rone.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    wah aku suka penulis menulis sesuatu yang berbeda. mantap

    Comment on chapter Chapter 1 - My Memories 1
Similar Tags
IMAGINE
380      270     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
Novel Andre Jatmiko
9498      2076     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Distance
1794      709     4     
Romance
Kini hanya jarak yang memisahkan kita, tak ada lagi canda tawa setiap kali kita bertemu. Kini aku hanya pergi sendiri, ke tempat dimana kita di pertemukan lalu memulai kisah cinta kita. Aku menelusuri tempat, dimana kamu mulai mengatakan satu kalimat yang membuat aku menangis bahagia. Dan aku pun menelusuri tempat yang dimana kamu mengatakan, bahwa kamu akan pergi ke tempat yang jauh sehingga kit...
Black Lady the Violinist
15775      2806     3     
Fantasy
Violinist, profesi yang semua orang tahu tidak mungkin bisa digulati seorang bocah kampung umur 13 tahun asal Sleman yang bernama Kenan Grace. Jangankan berpikir bisa bermain di atas panggung sebagai profesional, menyenggol violin saja mustarab bisa terjadi. Impian kecil Kenan baru kesampaian ketika suatu sore seorang violinist blasteran Inggris yang memainkan alunan biola dari dalam toko musi...
Trying Other People's World
129      114     0     
Romance
Lara punya dendam kesumat sama kakak kelas yang melarangnya gabung OSIS. Ia iri dan ingin merasakan serunya pakai ID card, dapat dispensasi, dan sibuk di luar kelas. Demi membalas semuanya, ia mencoba berbagai hidup milik orang lain—pura-pura ikut ekskul jurnalistik, latihan teater, bahkan sampai gabung jam tambahan olimpiade MIPA. Kebiasan mencoba hidup-hidup orang lain mempertemukannya Ric...
Love Finds
16061      3283     19     
Romance
Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin...
Neighbours.
3379      1196     3     
Romance
Leslie dan Noah merupakan dua orang yang sangat berbeda. Dua orang yang saling membenci satu sama lain, tetapi mereka harus tinggal berdekatan. Namun nyatanya, takdir memutuskan hal yang lain dan lebih indah.
BIYA
3255      1129     3     
Romance
Gian adalah anak pindahan dari kota. Sesungguhnya ia tak siap meninggalkan kehidupan perkotaannya. Ia tak siap menetap di desa dan menjadi cowok desa. Ia juga tak siap bertemu bidadari yang mampu membuatnya tergagap kehilangan kata, yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Namun kalimat tak ada manusia yang sempurna adalah benar adanya. Bidadari Gian ternyata begitu dingin dan tertutup. Tak mengij...
Abay Dirgantara
6718      1528     1     
Romance
Sebenarnya ini sama sekali bukan kehidupan yang Abay inginkan. Tapi, sepertinya memang semesta sudah menggariskan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Bukankah laki-laki sejati harus mau menjalani kehidupan yang sudah ditentukan? Bukannya malah lari kan? Kalau Abay benar, berarti Abay laki-laki sejati.
Dendam
855      557     2     
Mystery
Rian Putra Dinata, seorang pelajar SMU Tunas Muda, memiliki sahabat bernama Sandara. Mereka berdua duduk di bangku yang sama, kelas XI.A. Sandara seorang gadis ceria dan riang, namun berubah menjadi tertutup sejak perceraian kedua orang tuanya. Meskipun Sandara banyak berubah, Rian tetap setia menemani sahabatnya sejak kecil. Mereka berjanji akan terus menjaga persahabatan hingga maut memisahk...