Bibi Millie, Rayn, dan aku pergi berbelanja untuk barbeque yang kami rencanakan sementara Paman Rush, Ricci, Dyne, dan Adia menyiapkan keperluan yang lain untuk barbeque. Rayn dan aku, kami tidak berbicara banyak setelah semalam. Aku hanya tidak tau harus memulai pembicaraan darimana, mungkin itu juga yang ia rasakan sekarang. Aku hanya bicara seadanya dengan Bibi Millie sementara Rayn tetap dengan kemudinya.
Kami menghabiskan cukup banyak waktu untuk berbelanja di supermarket. Bibi Millie benar-benar kehilangan kendalinya saat berbelanja, seperti halnya ibu-ibu pada umumnya. Aku dan Rayn hanya mengekor di belakang Bibi Millie bersama troli yang penuh dengan barang belanjaan.
“Maafkan ibuku, dia selalu seperti ini kalau sedang berbelanja.” Bisik Rayn di telingaku agar Bibi Millie tidak mendengar ucapannya.
“Tidak apa-apa. Aku tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Aku tidak pernah mengenal ibuku dan tentunya aku tidak pernah menghabiskan waktu berbelanja dengannya.” Aku mengatakannya pada Rayn setenang mungkin, karena dengan berbicara mengenai orang tua yang tidak pernah aku kenal membuatku sedikit emosional.
“Kalau kau mau, kau bisa melakukannya sesering mungkin dengan ibuku. Tentunya Ricci akan senang kalau kau menggantikannya menemani ibu berbelanja.”
Dia membuatku tersenyum hanya dengan melihat ekspresinya ketika berbicara. “Apa kau suka menemani Bibi Millie berbelanja seperti ini?”
“Aku suka menemani ibu, tapi aku tidak bisa selalu melakukannya. Aku terlalu sibuk dengan urusan kantor.”
“Semuanya sudah.” Tukas Bibi Millie akhirnya. Rayn mendorong troli menuju kasir dan membayarnya sebelum kami membawanya pulang.
Selama diperjalanan pulang, Rayn lagi-lagi hanya diam dan membiarkanku mengobrol dengan Bibi Millie. Di tengah perjalanan, Rayn tiba-tiba menghentikan mobil.Saat melihat keluar, terlihat semua mobil sepertinya menghentikan perjalanannya. Ada keributan di luar sana. Rayn turun dari mobil untuk melihat keadaan dan datang beberapa menit kemudian.
“Ada bus sekolah yang mengalami kecelakaan. Mereka sepertinya kesulitan untuk mengevakuasi anak-anak dari dalam bus, ini akan memakan waktu dan kita harus menunggu. Mereka mengatakan kalau besar kemungkinan akan terjadi ledakan. Dan mereka belum berhasil mengevakuasi semua anak dari dalam bus.” Jelas Rayn.
Ini bukan hal yang asing bagiku, aku ingin melakukan apa yang akan dilakukan para guardian untuk menyelamatkan siapapun yang tengah berada dalam kesulitan. Kami dilatih untuk melakukan ini.
Aku segera turun dari mobil dan tidak mempedulikan ketika Bibi Millie dan Rayn berusaha mencegahku.
Kecelakaan itu terjadi tepat 100 meter dari tempat kami terhenti. Kecelakaan itu melibatkan bus dan 2 buah mobil sedan. Keadaannya benar-benar mengkhawatirkan. Percikan api mulai terlihat di sekitar bus sekolah dan dua mobil yang terguling di sisinya. Mobil penyelamat sudah mulai berdatangan, tapi mereka tidak bisa melakukan banyak. Aku berusaha mendekat tapi beberapa regu penyelamat menghentikanku.
“nona, kau tidak bisa masuk ke area kecelakaan, itu sangat berbahaya. Ledakan bisa terjadi sewaktu-waktu.” Ucap salah satu opsir polisi yang bertubuh agak gemuk.
“Kalian tau bisa terjadi ledakan, tapi kalian tidak melakukan apa-apa?”
“Blaire.” Rayn berlari tepat dibelakangku, dan Bibi Millie mengikutinya. “Apa yang kau lakukan?”
“Mengeluarkan mereka dari sana sebelum bus itu meledak.”
“Nona, itu gila. Regu penyelamat sudah melakukan apa yang mereka bisa.” Tambah si opsir gemuk.
“Minggir dari jalanku sekarang juga.” Mereka tidak bergeming dari tempat mereka berdiri. Aku tidak mempunyai pilihan lain selain menjatuhkan mereka. Itu mudah bagiku untuk membuat 5 opsir polisi dan 2 regu penyelamat berbadan besar terbaring di aspal ketika mereka mencoba menghalangiku. Aku hanya menjatuhkan, aku melakukannya tanpa melukai mereka ataupun membuat mereka pingsan. Aku hanya membuat mereka sedikit mengerang ketika pantat mereka menghantam aspal yang keras.
Aku segera berlari ke arah bus yang terguling ketika sudah tidak ada regu penyelamat ataupun opsir polisi yang menghalangiku. Aku berusaha untuk masuk ke dalam bus tanpa membuat gerakan yang akan memicu percikan api yang akan memicu ledakan. Ada 5 orang anak yang terjebak di dalam bus. Cukup mudah melepaskan 4 orang anak dari sabuk pengamannya yang terjepit, mereka berhasil keluar dengan cepat dan aman. Satu anak lagi tidak sadarkan diri dengan kaki terjepit oleh kursi. Aku berusaha menyingkirkan kursi yang menghalangi. Itu memakan waktu cukup lama dan membuatku cemas akan ledakan yang bisa terjadi dalam hitungan detik.
Saat aku berhasil membebaskan kakinya dari jepitan kursi itu, aku segera membopongnya dan membawanya keluar dari bus. Tim penyelamat segera mengambil anak itu dari gendonganku untuk segera mendapatkan perawatan dari tim medis yang sudah menunggu.
“Nona kau baik-baik saja? Kau benar-benar melakukannya. Kerja bagus nona...” Tukas opsir gemuk yang aku jatuhkan sebelumnya.
“Blaire. Senang bisa membantu opsir. Dan maaf untuk perilaku kasarku tadi, aku tidak bermaksud untuk-“
“tidak apa-apa nona, kau melakukan hal yang benar. Kau berhasil menyelamatkan anak-anak itu.” Sela opsir gemuk. Dia memberiku senyuman ramahnya dan menepuk bahuku dengan bangga. “Terimakasih atas bantuanmu.”
Setelah opsir gemuk berlalu pergi, Bibi Millie dan Rayn berhambur menghampiriku. “Blaire, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?” Ucap tante Millie sambil memeriksa setiap sisi tubuhku.
Aku benar-benar baik-baik saja, hanya saja kaos yang aku kenakan sedikit robek dan kotor.
“Aku tidak apa-apa Bibi.”
“Kau luar biasa.” Aku sangat menghargai pujian yang diberikan Rayn padaku. Ia memakaikan jaketnya untukku. “Sudah cukup menjadi superhero untuk hari ini, kita masih memiliki pesta barbeque yang menunggu kita di rumah.” Rayn mengingatkanku.
Saat kami kembali ke mobil, aku melihat sebuah limosin, mirip dengan yang biasa dipakai oleh kakekku dengan jendela terbuka, aku bisa melihat seseorang di dalamnya dari kejauhan. Itu Cedric Cromwell. Aku bisa melihat dia tersenyum padaku. Begitu aku melihatnya, aku menyadari satu hal. Aku mengalihkan pandanganku ke arah bus yang terguling. Tidak ada percikan api lagi dan Cedric Cromwell tidak jauh dari sana. Aku yakin dia yang melakukannya. Hal yang mudah bagi pewaris pemimpin para witch untuk mematikan percikan api sekecil itu. Mereka mampu mengendalikan api dengan mudahnya.
“Terimakasih, sampaikan salamku untuk kakakku. Aku tidak ingin dia dan kakek menggangguku saat ini” Aku mengatakannya hanya dengan gerakan bibir tanpa mengeluarkan suara. Aku yakin Cedric akan mengerti. Cedric terlihat tersenyum dan mengangguk, dan aku yakin pesanku diterimanya dengan baik.
***
“Apa terjadi sesuatu denganmu?” “Apa kau baik-baik saja?” “Apa kau terluka?” Ricci, Dyne, dan Adia menyerbuku dengan pertanyaan ketika melihatku kembali dengan pakaian yang lusuh dan kotor. Aku tidak keberatan dengan sikap mereka, karena aku tau mereka menghawatirkanku.
“Dia baik-baik saja.” Jelas Rayn untukku. “Dia hanya sedikit bermain di tempat yang kotor tadi.” Aku membiarkan Rayn dengan penjelasannya.
Setelah mengganti pakaianku, aku bergabung dengan yang lainnya untuk memulai pesta barbeque kami. Ini sangat menyenangkan. Kami berkumpul di meja makan besar dengan banyak makanan, mengobrol bersama, bercanda bersama sambil menikmati makanan yang kami siapkan bersama. Serasa seolah sedang bersama keluarga sendiri. Sangat jarang bisa merasakan moment seperti ini.
Aku, kakek, dan Roen sangat jarang bisa duduk dan makan bersama sebagai keluarga kecuali saat ulang tahunku, Rone atau kakek. Kakek selalu menempatkan dirinya sebagai leader guardian yang harus dihormati di mata Roen, dan Roen melakukan seperti yang diharapkan kakek.
Ketika ingatanku bersama kakek dan Rone terbayang, aku teringat kembali dengan pembicaraanku dan Rayn semalam. Jika benar aku bukan cucu kandung kakekku, dan aku adalah putri dari Black Scoonhoven, salah satu vampire original, tidak menutup kemungkinan kalau Cedric Cromwell adalah saudaraku, dan bukan Roen. Jika benar Black Scoonhoven adalah ayah kandungku, berarti Clare Cromwell adalah ibuku. Dan jika dihitung mundur dari usiaku sekarang, aku lahir di saat peristiwa ‘kill the wire’ itu terjadi. Itu berarti, akulah ‘the wire’. Oh tidak. Aku tidak ingin menyimpulkannya. Itu terdengar sangat aneh.
Okey, otakku mulai dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang aku simpulkan sendiri. Ini membuatku penasaran. Aku ingin mengetahui kebenarannya. Seburuk apapun kebenaran yang akan aku dapat, aku tetap ingin mengetahui mengenai kebenaran itu.
Kami sibuk menyantap menu barbeque ketika Bibi Millie tengah sibuk menceritakan aksi yang aku lakukan kepada Ricci, Dyne, dan Adia. Aku hanya menahan tawaku ketika menyadari betapa mereka menyukai cerita yang disampaikan Bibi Millie. Setelah Bibi Millie selesai dengan cerita yang ia sampaikan, Ricci, Dyne, dan Adia tiba-tiba berlari ke arahku, mereka seolah menyerbuku.
“Bagaimana bias kau melakukan hal seperti tu?” tanya mereka serempak.
“Sebenarnya… itu berkat latihan beladiri yang aku dapatkan dari kakekku sejak aku masih kecil.” Aku menjawab seadanya.
“Apa kau keberatan kalau kami ingin bergabung dengan latihanmu? Aku hanya berharap bisa menjaga diriku sendiri dan orang disekitarku, seperti yang kau lakukan.” Jelas Dyne. Ricci dan Adia ikut mengangguk dan setuju dengan ucapan Dyne.
“Oke, Kalan bias bergabung dengan latihanku nanti malam.” Mendengar ucapanku spontan membuat mereka berteriak senang. Memekakan telinga, tapi aku ikut senang jika memang itu yang mereka rasakan.
“Apa aku bisa bergabung dengan kalian?” Tanya Roen yang tiba-tiba muncul di belakangku. Aku terkejut melihat dia muncul di tempat yang tidak seharusnya dia berada sekarang. Dan bodohnya aku karena aku tidak menyadari kedatangannya.
“Kau siapa?” tanya Dyne dan Adia.
“Roen?” Rayn menghampiri Roen. Dia mengenalinya setelah sekian lama mereka tidak bertemu.
“Roen?” Ricci menimpali.
“Hei Rayn, Hei Icci.” Roen menjabat tangan mereka, begitu juga dengan Dyne dan Adia. “Paman Rush yang mempersilahkanku masuk.”
Ketika Roen bercakap-cakap dengan Rayn dan Icci, aku merasakan kehadiran seorang witch yang mendekat ke arah kami. Entah bagaimana, aku mengenalinya sebagai Cedric Cromwell.
Biasanya para guardian hanya menyadari kehadiran witch, vampire, werewolf tanpa mengetahui secara spesifik identitas personal, bahkan ikatan darah di antara mereka tidak akan cukup membuat mereka menyadari kehadiran kaum mereka sendiri secara spesifik. Aku melihat Cedric muncul dari balik pintu. Dia mendekat ke arahku. Terlintas difikiranku bahwa dia mengenal siapa aku sebenarnya, dan sepertinya ia juga mengetahui apa yang telah aku ketahui. Begitulah para witch, mengetahui apa yang harusnya mereka ketahui. Dia berdiri tepat di hadapanku.
Roen mendekat ke arah kami.
“Blaire Bailey Cromwell Scoonhoven, senang akhirnya bias bertemu denganmu langsung, adikku.”
“Cedric, wait.. apa yang kau katakan? Kau tidak seharusnya-“
“Dia sudah mengetahuinya Roen. Adikku tidak bodoh.” Cedric mengatakannya dengan santai, seolah tidak ada yang perlu ia khawatirkan. “Bukan begitu Blaire?” Aku yakin bahwa sekarang Roen tengah menatapku dengan cemas. Aku hanya mencoba untuk membuat diriku untuk tetap tenang.
Bibi Millie memanggil Ricci, Rayn, Dyne dan Adia. Roen juga pergi bersama Ricci dan yang lainnya atas perintah Cedric. Mereka memberiku waktu bersama Cedric. “Apa yang membuatmu datang kemari?” tanyaku.
“Membawamu pulang bersamaku.” Jawab Cedric dengan singkat.
“Tidak” aku tidak perlu berfikir untuk menjawabnya.
“Sudah aku duga kau akan menolak. Okey, kau akan tetap tinggal.”
Ha? Hanya begitu saja? Dia tidak akan menyeretku pulang dengan paksa? Aku tidak percaya dengan yang baru saja dikatakan Cedric. “Itu saja?” tanyaku tidak percaya. Dia tersenyum dan memelukku.
“Kau itu adikku. Aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan saudaraku sendiri. Selama ini aku hanya bisa mengamatimu dari jauh.” Cedric benar-benar diluar ekspektasi. Aku mengira dia adalah orang yang sangat tegas dan dingin, tapi kenyataannya, dia sangat hangat dan baik. Dia adalah kakakku.
“Senang bsa bertemu denganmu Cedric, atau kakak?.” Akupun membalas pelukannya. Aku bisa menerimanya sebagai kakak dengan mudah. Kami berdua duduk bersama dibangku taman.
“Apa kau menyukai tinggal bersama dengan para mees?”
“Mereka cukup menyenangkan.” Aku menopang daguku, melihat ke arahnya, dan memperhatikannya. Dia tersenyum padaku.
“Kau tidak hanya memiliki kakak seorang witch, tapi juga kau memiliki kakak perempuan seorang vampire.”
“Aku sudah mengetahuinya. Clark Scoonhoven, Saudara terua kita. Apa kalian sering menghabiskan waktu bersama?”
“Iya, setiap akhir pekan kita selalu menghabiskan waktu bersama. Berlatih bersama dan membicarakan beberapa hal, termasuk membicarakanmu. Dia benar-benar ingin bertemu denganmu.”
“Aku berharap bisa bertemu dengannya.”
wah aku suka penulis menulis sesuatu yang berbeda. mantap
Comment on chapter Chapter 1 - My Memories 1