Loading...
Logo TinLit
Read Story - For Cello
MENU
About Us  

Bab 4


Ketika aku sadar, bahwa selama ini aku tak pernah berarti.

• • •

"SELAMAT datang di band kita, Irene!"

Irene menggaruk tengkuknya, tersenyum malu di hadapan tiga bocah laki-laki yang akan menjadi patnernya di BlackBlue-band yang cukup populer di SMA Nusantara karena selalu mendapatkan penghargaan ketika mengikuti kompetisi antar sekolah.

"Irenesya Moner, lo sekarang resmi jadi anggota BlackBlue, semoga betah bareng kita-kita ya!" Cello mengulurkan tangannya. Lelaki itu adalah ketua ekstrakurikuler musik, menurut Irene, Cello adalah ketua ekstrakurikuler paling sempurna secara fisik. Cello, murid kelas XI IPA 5 yang lumayan terkenal karena wajahnya yang bisa dibilang tidak pas-pasan sama sekali.

Irene segera membalas jabatan tangan Cello dengan hangat. "Iya Kak, makasih karena mempercayai Irene sebagai vokalis di band-nya Kakak. Bimbing Irene ya Kak, Irene mohon bantuannya." Irene mengulas senyum.

"Kalo itu mah urusan gampang," Angga menghampiri Irene, merangkul gadis itu sok akrab. "Lo nggak perlu sungkan kalo mau minta bantuan kita Ren, inget ya di sini itu kaya saudara. Ya kan Cell?" Angga menunjukkan cengiran bodohnya, mengangkat alisnya sekilas meminta pendapat kepada Cello.

"Iya," Cello manggut-manggut menyetujui. "Oh iya, Ray, nanti sepulang sekolah lo bisa kan booking ruangan di studio musik dekat perumahan lo? Setengah tiga kita latihan di sana."

Rayyan tidak menyahut. Dia masih baper melihat senyuman Irene yang katanya bisa menyihir siapapun yang melihatnya. Jika boleh jujur Rayyan juga akan mengatakan hal yang sama, bahkan senyuman gadis manis di depannya itu lebih indah jika dinikmati dengan jarak sedekat ini.

Siapa sih yang tidak mengenal Irene? Semua mengenalnya, kecuali Cello.

Menurut Rayyan, Cello itu terlalu hanyut dalam dunianya sendiri, tidak tertarik dengan gosip hot new di sekolahnya. Bahkan Rayyan kerkikik geli saat Cello berbisik kepadanya pada saat seleksi berlangsung tadi, dengan lugunya cowok itu bertanya. "Mana sih yang namanya Irene?"

Dan, Rayyan tidak pernah mengira jika gadis pupoler itu akan menjadi teman satu band-nya. Irene adalah gadis termanis di kelas taman kanak-kanak. Dia disebut tercantik di SD-nya. Dan dia kembali mendapatkan titel siswi tercantik di SMP. Pada saat SMA juga dijadikan piala bergilir. Irene memang populer meskipun ia selalu menyangkalnya, mengatakan bahwa teman-temannya lebih hebat darinya. Gadis itu selalu merendah jika dipuji.

"Ray, lo mikirin apaan sih? Diajak ngomong dari tadi kok nggak respon!" Cello mengkritik. Rayyan tergagap, menggeleng cepat, lalu mulai berdeham.

"Iya, nanti gue booking." Rayyan megambil napas sebelum kembali berucap. "Sebelum latihan nanti kita makan-makan dulu yuk, merayakan kedatangan anggota baru BlackBlue biar langgeng. Kali ini gue yang traktir."

"Ini berkat elo Ren, si Rayyan mau traktir kita. Biasanya tuh, dia yang malakin kita." Angga tergelak.

"Apaan sih, buka kartu gue aja. Kan pamor gue di depan Irene jadi jatuh." Rayyan pura-pura menggerutu.

Angga menoyor kepala Rayyan gemas. "Belagu lo,"

Alarm di otak Cello mulai bereaksi. Tatapannya kini berpindah pada arlogi yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul satu, waktu dispensasi dari BK telah berakhir kini saatnya mereka harus kembali ke kelas sebelum kena amuk dari guru yang mengajar jam terakhir. "Guys, waktu dispensasi kita udah habis, ntar keburu dialpa. So, untuk kesempatan hari ini, pertemuan kita cukup sampai di sini. Jangan lupa nanti kumpul di studio musik deket perumahannya Rayyan. Oh iya, rumah lo deket rumahnya Lovely kan?"

"Lovely?"

"Maksud gue, Adiba Lovelyta,"

Irene ber oh ria, jemarinya menyentuh dagu. "Iya Kak, cuma beda empat rumah dari rumahnya Kak Adiba."

"Nanti gue jemput ya."

"Nggak ngrepotin kak?"

"Enggak kok, gue nanti nganterin Lovely pulang. Jadi sekalian jemput elo, dari pada lo nanti nyasar kan lo nggak dapet traktirannya Rayyan."

Kepala Irene miring ke kiri untuk menimang-nimang, lalu ia mengangguk. "Oke deh Kak,"

"Ya udah, gue cabut duluan, masuk kelas lo pada. Jangan bolos, ntar gue yang kena semprot guru BK." Cello memperingatkan, setelah itu ia keluar dari ruang musik, berjalan gontai menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Namun, langkah kakinya terhenti ketika tak sengaja bertemu Shiren dan Wilda di koridor. Cello melemparkan tatapan bertanya. "Keluyuran mulu, emang di kelas nggak ada guru?"

"Gue nggak tau, dari tadi kan kita nemenin Adiba. Ini kita aja baru mau masuk kelas."

"Sekarang mana Lovely?"

"Masih di lapangan depan, hukumannya belum kelar tapi dia udah maksa kita buat balik kelas. Takut kita juga kena hukuman gara-gara bolos."

"Tunggu. Lovely dihukum?" Cello mengkonfirmasi apa yang ia dengar.

"Iya, lo kemana aja sih? Dia ketakutan di bawa Bu Keren ke BK tadi. Kasian tau! Semua ini gara-gara Ilham sama Resa."

"Bangsat," Cello memaki. Cello mengeram marah setiap kali sahabatnya itu diusik orang lain. Cello tidak suka!

Tanpa pikir panjang dia berlalu dari hadapan Shiren dan Wilda, langkahnya terdengar tergesa-gesa melewati koridor. Kepalanya celingukan kala sampai di tempat tujuan, memindai seseorang yang berada di sekitar lapangan depan.

Cello menghampiri Adiba yang berdiri baris di tengah lapangan, hormat ke bendera merah putih yang berkibar ditengah-tengah teriknya matahari. Wajah Adiba merah seperti kepiting rebus, Cello semakin tidak tega. Bocah laki-laki itu menyeka keringat Adiba yang sebesar biji jagung di kening, juga menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Cello," Adiba terkejut menyadari Cello sudah berdiri di dekatnya. Bocah laki-laki itu spontan menutupi wajah Adiba dari sinar matahari yang membakar kulit dengan telapak tangannya.

"Panas Love?" tanya Cello. Melengos memandang dengan tatapan tak suka kepada dua bocah laki-laki yang disinyalir sebagai dalang dari kekacauan ini. Cello ingin berteriak marah, memukul Resa dan Ilham hingga terjerembab ke tanah. Tapi Cello sadar diri, emosinya sama sekali tidak akan membantu, malah bisa jadi memperumit keadaan Adiba. Padahal... padahal... Cello sudah hampir marah tadi!

"Cello, ngapain kamu ke sini?" Adiba mengerjapkan matanya. "Di sini panas, kamu mending minggir aja." kata Adiba.

Cello menggeleng. "Nggak apa-apa, anggap aja gue bule yang lagi berjemur."

"Hahaha, jatuhnya malah kaya kasur dijemur. Udah, kamu berteduh aja." Adiba tersenyum lebar sambil menunjuk pohon di pinggir lapangan menggunakan dagunya.

"Nggak! Emang gue sahabat apaan yang tega lo panas-panasan dan gue malah milih liat lo sambil berteduh." Cello mengajukan tekad dan juga proposal anti bantahan.

Adiba tersenyum. Cello tahu, senyuman adalah atensi yang tidak sesering Adiba tunjukkan pada orang-orang di sekitarnya. Sahabat perempuannya itu adalah sebuah kerumitan di mata Cello, yang sangat tertutup, namun begitu indah ketika dia buka isinya.

"Lo denger sesuatu nggak?"

"Enggak," Adiba menggeleng pura-pura nggak tahu. Padahal riak-riak di hatinya mulai tercipta, hatinya menghangat tiba-tiba. Membuat jantungnya berpacu di luar batas normal. Apa kamu sedang berbicara tentang detak jantungku?

"Bagus, lupain aja."

Atau tentang detak jantungmu?

• • •

SEPERTINYA hampir semua dari populasi SMA Nusantara sangat menantikan bel pulang sekolah yang legendaris itu, yang katanya akan tiba saat semua murid yang tengah sibuk dengan kantuk dan lapar itu menantinya. Datangnya itu sehari sekali! Spesial banget, hampir mirip dengan artis yang sekali datang semua langsung heboh.

Dengan berbunyinya bel tersebut, pertanda hukuman Adiba telah berakhir. Gadis itu menghembuskan napas lega, ia membungkuk sekilas memegangi lututnya yang terasa nyeri karena terlalu lama berdiri. Setelah itu ia berjalan tertatih ke pinggir lapangan, duduk selonjoran di bawah pohon tanjung.

Adiba menyeka keringatnya yang bercucuran di dahi menggunakan punggung tangannya. Gadis itu memejamkan matanya, merasakan semilir angin yang seolah membelai pipinya pelan, dadanya sedari tadi naik turun untuk menikmati sejuknya udara di bawah pohon.

"Love, minum dulu gih." Adiba membuka matanya perlahan, iris matanya langsung bertemu dengan sosok Cello yang kini menyodorkan sebotol air mineral ke arahnya.

"Makasih Cell," Adiba tersenyum. Tangannya terulur menerima botol itu, meneguknya, membahasi tenggorokannya yang terasa kering sedari tadi.

"Capek?"

"Iya,"

"Tadinya gue mau ngajak lo ke kafe langganan kita, beli brownies. Tapi karena lo kayaknya kecapekan, kita langsung pulang aja ya."

Adiba mengangguk dengan mata bulatnya, membuatnya terlihat begitu lucu. Tangan Cello menangkup kedua pipi Adiba hingga bibir cewek itu manyun. Itu tidak ada dalam naskah otaknya, namun tanpa sadar dia melakukan itu. "Lo makin hitam ya Love, kelihatan exsotic habis berjemur."

"Ah, iya aku makin hitam." Adiba menunjukkan cengirannya, lalu melepaskan tangan Cello.

"Nggak apa-apa kalo lo belum tahu, kriteria cewek gue kulitnya hitam." Cello tergelak. Adiba mengernyit, pura-pura jijik. Meski tahu ucapan Cello barusan hanya sebatas bercanda, namun sukses membuat dunia Adiba dijungkir balikkan.

Adiba belajar mencintai dari Cello. Dan pada Cello itulah dia jatuh cinta.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sekilas Masa Untuk Rasa
3963      1288     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Klise
3144      1184     1     
Fantasy
Saat kejutan dari Tuhan datang,kita hanya bisa menerima dan menjalani. Karena Tuhan tidak akan salah. Tuhan sayang sama kita.
I\'m Too Shy To Say
468      321     0     
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.
Love is Possible
168      155     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Story Of Me
3863      1463     6     
Humor
Sebut saja saya mawar .... Tidaak! yang terpenting dalam hidup adalah hidup itu sendiri, dan yang terpenting dari "Story Of me" adalah saya tentunya. akankah saya mampu menemukan sebuah hal yang saya sukai? atau mendapat pekerjaan baru? atau malah tidak? saksikan secara langsung di channel saya and jangan lupa subscribe, Loh!!! kenapa jadi berbau Youtube-an. yang terpenting satu "t...
Secret’s
4287      1369     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Iblis Merah
9809      2614     2     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
Are We Friends?
4190      1260     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
The Friends of Romeo and Juliet
20590      3086     3     
Romance
Freya dan Dilar bukan Romeo dan Juliet. Tapi hidup mereka serasa seperti kedua sejoli tragis dari masa lalu itu. Mereka tetanggaan, satu SMP, dan sekarang setelah masuk SMA, mereka akhirnya pacaran. Keluarga mereka akur, akur banget malah. Yang musuhan itu justru....sahabat mereka! Yuki tidak suka sikap semena-mena Hamka si Ketua OSIS. dan Hamka tidak suka Yuki yang dianggapnya sombong dan tid...
Ballistical World
10077      1981     5     
Action
Elias Ardiansyah. Dia adalah seorang murid SMA negeri di Jakarta. Dia sangat suka membaca novel dan komik. Suatu hari di bulan Juni, Elias menemukan dirinya berpindah ke dunia yang berbeda setelah bangun tidur. Dia juga bertemu dengan tiga orang mengalami hal seperti dirinya. Mereka pun menjalani kehidupan yang menuntun perubahan pada diri mereka masing-masing.