"Jangan tunggu aku lelah mengejarmu. Jika aku sudah mencapai titik jenuh dan lelah, aku akan berhenti mengejarmu dan berhenti mengharapkan cinta yang tidak pasti."
; Nothing Like Us ;
***
Tidak ada yang dapat menebak dengan siapa kita bertemu seseorang.
Seperti sekarang, Aysha mana bisa menghindari pertemuannya dengan Alvaro?
Saat di sekolah pun, gadis itu mencoba menghindar.
Namun, usahanya seratus persen gagal.
Karena ...
"Aysha? Kamu lari pagi disini juga?"
Alvaro, yang belakangan ini turut hadir dalam bunga tidur Aysha, sang Guru Olahraga muda dengan ketampanan tak terelakkan.
Laki-laki yang ingin dilupakannya, kini menampakkan diri; persis dihadapan gadis manis tersebut.
"O-oh, Iya. Kebetulan saya suka olahraga di taman ini, Pak." jawab Aysha sedikit gugup.
Bagaimana ia bisa menyembunyikan rasa gugupnya?
Tatapan Alvaro bagai sihir yang begitu cepat merasuki tubuh Aysha, sangat intens. Apalagi pemuda itu sedikit menyisir rambut bagian depannya ke belakang, memperlihatkan tetes demi tetes keringat pada dahinya. Sekilas membasahi bibir dan tersenyum.
Definisi putra keturunan dewi Aprhodite, benar-benar tampan.
"Hey, ngeliatin saya nya biasa aja. Hahaha," Tawa Alvaro membuat Aysha tersadar dan langsung menundukkan kepalanya malu.
Aysha memainkan ujung jilbabnya asal, melampiaskan perasaan malunya karena- Hey! Coba bayangkan jika kalian ketahuan menatap doi secara terang-terangan, mungkin kalian sudah lari terbirit-birit dengan jantung yang berdebar tak karuan, 'kan?
"S-saya cuma lihat lalat yang tadi nempel di rambut pak Alvaro kok. A-anu ..."
Alvaro mengernyit, "Dimana lalatnya?"
"Sudah terbang jauh, Pak. Takut ketemu sama bapak deh, Hehe." balas Aysha dengan cengiran lucu.
"Selera humormu bikin saya ketawa. Menggemaskan, rasanya mau cubit pipimu. Boleh?" ucap Alvaro sembari terkekeh.
Percaya akan sebuah keajaiban?
juvenal Alvaro Pradipta, seorang laki-laki berumur 20 tahun yang dikenal dengan sosok Guru Olahraga dingin, irit bicara, selalu memberikan hukuman berat kepada siswa-siswinya, dan sombong.
Hari ini, pagi ini, detik ini pula, Aysha melihatnya tertawa serta tersenyum tulus! Dimana sifat angkuhnya?
Awal pertemuannya dulu dengan Alvaro dapat dibilang tidak mengenakkan. Bahkan, laki-laki tersebut pernah mengejek tubuhnya yang gemuk.
Aysha sempat berpikir jika Pak Alvaro itu membenci dirinya.
Tetapi, apakah ada alasan khusus yang membuat Guru Olahraga di sekolahnya itu bisa dikatakan berubah? Atau hanya perasaannya saja?
"Aysha, kamu melamun terus. Lagi mikirin apa?"
Sejak kapan Alvaro peduli dengan orang-orang di sekitarnya?
Jangan-jangan ...
"M-maaf, Pak. Saya tidak memikirkan apapun. Kalau begitu sepertinya saya harus permisi dulu," pamit Aysha agak terburu-buru.
Alvaro mencekal pergelangan tangan Aysha pelan, "Tunggu sebentar. Ada yang ingin saya sampaikan, penting."
Entah mengapa, ucapan yang keluar dari bilah bibir Gurunya terdengar mutlak bagi Aysha.
Mau tidak mau, gadis itu mengangguk sebagai jawaban setuju.
"Kalau boleh tau, apa yang Pak Alvaro ingin sampaikan?" tanya Aysha, total bingung karena baru kali ini seorang Alvaro mengajaknya bicara seperkian lama.
Alvaro menghela nafasnya, "Jadi begini----"
"Honey, aku balik bawain air mineral buat kamu. Aku yakin kamu haus. Nih,"
Belum sempat Alvaro menyelesaikan ucapannya, datang seorang gadis dengan perawakan tinggi semampai serta wajahnya yang cantik dengan balutan sweater berwarna merah muda selaras dengan celana training pas pada kedua kaki jenjangnya. Sederhana namun mempesona.
Seperti gadis yang bersama Alvaro di bandara waktu lalu.
"Ah, anak ini siapa? Duh, manisnya kamu~" Mencubit pipi chubby Aysha gemas, "Honey, jelasin sama aku."
.
.
.
.
.
.
.
Suara hembusan angin malam dan gonggongan anjing milik tetangga serta suasana yang terkesan seperti film-film horror membuat takut siapa saja yang berjalan sendirian di luar rumah.
Ada dua orang pria paruh baya sedang berbincang-bincang, wajah mereka tampak kalut dan frustasi.
"Kalau kayak gini terus, bos bisa marah sama kita!"
"Kita mau gimana?! Capek! Cari anak-anak remaja buat diculik itu susah!"
"Jangan bikin bos emosi, bro! Kita sering ngecewain bos, sekali lagi dia kecewa, nyawa kita melayang!"
"Oke, ssstt sini, ada ide cemerlang nih."
***
Saat ini, Alvaro tengah menatap sebuah album foto yang telah usang di tangannya. Ia tersenyum tipis, membuka lembaran pertama yang berisikan fotonya sendiri ketika masih kecil.
"Gue kuat." menenangkan diri sembari meremas kencang rambutnya, kepalanya terasa sangat sakit.
Pada lembaran kedua, terdapat fotonya bersebelahan dengan seorang gadis mungil yang imut, bergandengan tangan mesra.
"Lo pergi cepat banget, lo tega ninggalin gue sendiri di dunia ini. Lo sakit hati sama gue ya?..." Laki-laki tersebut meringis sakit tatkala ulu hatinya nyeri tak tertahankan.
Di lembaran ketiga, nampak foto Alvaro merangkul gadis yang sama pada lembaran sebelumnya. Di dalam foto itu, mereka berdua amat serasi dan tersenyum bahagia.
"Gue masih disini dengan perasaan yang nggak akan pernah berubah. Gue sayang banget sama lo. Ada satu cewek yang setiap hari menarik perhatian, tapi gue masih nggak rela buat gantiin posisi lo di hati gue. Gue juga masih belum ikhlas ditinggal sama lo secepat ini."
Alvaro berteriak sedih, ia melempar album foto itu ke sembarang arah, membanting apapun yang ada dalam jangkauannya, menyulap kamar tidurnya menjadi kapal pecah secepat kilat.
"Gue benci diri gue sendiri!! Pasti lo belum maafin gue yang brengsek ini, 'kan?! Lo masih sakit hati sama kejadian 5 tahun lalu, maafin gue!!"
Terduduk di lantai lemas, menekuk kedua lututnya dan menangis histeris saat otaknya kembali memutar masalalu buruk dengan jutaan perasaan bersalah yang menghinggapi kehidupannya sampai sekarang.
"Maafin gue ... Maafin gue ... Gue nggak pantas dapat maaf dari lo!! Gue benci!!"
Ia mengacak rambutnya yang sudah berantakan, wajah tampannya memerah menahan segala bentuk kekesalan dan tangannya terkepal lalu meninju dinding dengan keras sehingga menimbulkan dentuman yang memekakan telinga.
"Atau sebaiknya gue nyusul lo? Lebih baik gue mati daripada gue kesiksa disini tanpa lo disisi gue!!"
Alvaro mengambil pisau berukuran besar; ujung pisau yang mengkilap tajam mengerikan.
Mengarahkan pisau tajam itu pada pergelangan tangannya, "Selamat tinggal semua. Kekuatan cinta kami mengalahkan kalian yang ada di dunia ini."
CRASH !
"Arrggghhh...." menggeram perih ketika ujung pisau tajam tersebut berhasil melukai pergelangan tangannya.
Laki-laki itu tersenyum puas melihat darah yang sedikit demi sedikit, hampir tercium bau amis darah yang menguar kedalam indera penciuman.
"ALVARO!!! APA KAMU GILA??? JANGAN LUKAI DIRI KAMU SENDIRI!!! JAUHKAN PISAU ITU, VARO!!!"
[ hello readers~ maaf yaaa chapter 9 ini nggak terlalu panjang. chap ini fokus ke Aysha dulu~ di chapter-chapter selanjutnya bakal adaaa konflik-konflik seru nan menegangkan, insyaallah bisa menarik kalian ke dalam cerita. >< happy reading guys and see you in the next chapter~ love you all. ]
Comment on chapter Baper atau Bukan?