- Tolong, hatiku menjerit kegirangan dan tubuhku lemas bagaikan jelly ketika pandangan kita bertemu. Kamu tidak sadar, ya? -
; Nothing Like Us. ;
***
Belum genap seminggu keluar dari rumah sakit, Aysha sudah memutuskan untuk pergi ke sekolah. Ia bilang, rindu teman-temannya. Jangan lupakan senyum lebarnya yang manis membuat siapa saja yang melihatnya akan ikut tersenyum.
"Sha, kamu kenapa?" Menyadari perubahan raut wajah sahabatnya, Fitri menepuk pelan bahu Aysha membuat gadis itu sedikit terhenyak.
"Anu ... Ada nomor yang chat aku nih, tapi aku nggak kenal." balas Aysha sembari memperlihatkan pesan tersebut kepada Fitri, karena mereka hanya berdua di perpustakaan.
fr: 089xxxxxxx
Dear Aysha,
Cepat sembuh ya.
Jangan lupa,
Pulang sekolah cek taman belakang.
Ditunggu.
"Hah? Siapa yang kirim ini? Aduh, kayak secret admirer aja! Mendingan jangan datang deh, Sha. Takutnya ngebahayain kamu." kata Fitri sembari menopang dagu, "Kalau kamu nekat, aku sama yang lain bakalan ikut." lanjutnya tegas.
"Nggak penting kok. Mungkin orang iseng, aku nggak datang." ucap Aysha tenang, menutup buku bacaannya lalu berdiri. "Aku mau ke kelas, kebetulan Umi bawain bekal banyak. Yuk?"
"Berangkat!"
+++
"Aysha~! Ada titipan tuh!"
Sesampainya di kelas, Aysha mengerutkan dahinya saat melihat ada sebuah kotak diatas mejanya dihiasi pita lucu membuat siapa saja gemas ingin langsung membukanya.
"Dari siapa ya?" Aysha duduk dikursinya, memegang kotak itu hati-hati.
Kelima sahabatnya langsung menghampiri Aysha, mereka semua terlihat kebingungan karena ini kali pertama Aysha mendapat perlakuan seperti ini.
"Kalau isinya bom gimana?!" Anisa panik.
"Aku juga nggak tau. Buka aja ya hadiahnya?" gumam Aysha, ia mengangkat kotak tersebut sambil menggoyang-goyangkan kotaknya penasaran.
"Iya, Sha. Wah, Aysha kita ada yang naksir guys!" gemas Desta seraya mencubit pipi chubby Aysha cukup keras.
"Ngaco ah, Des. Siapa yang mau suka sama aku?" Aysha tertawa, ia mulai melepas pita lucu yang membungkus kotak tersebut.
"Waaaaaah!"
"Sha, banyak banget!"
"Bagi-bagi, Sha!"
Setelah membuka kotak tersebut, mereka ternganga melihat isinya.
"Eh bentar-bentar, ada surat nih."
Aysha mengambil sepucuk surat didalamnya, menghela nafas pelan lalu membaca isi surat itu dengan saksama.
Dear Aysha,
Kamu udah baca ini, berarti hadiahnya udah sampai di kamu ya?
Maaf.
Mungkin baru ini yang bisa dikasih ke kamu, nggak apa-apa,'kan?
Tau nggak, orang-orang di dunia ini nggak bisa lihat pelangi di malam hari, tapi saya bisa.
Pelanginya ada di kamu. Indah banget.
Jangan lupa diminum obatnya,
Hidup saya hampa kalau kamu sakit.
Setelah membaca isi dari surat tersebut, Aysha tertegun. Entah mengapa ia merasa ada gejolak-gejolak aneh dalam hatinya, kedua pipinya memanas dan aliran darah pada tubuhnya serasa mengalir lebih cepat. Tersenyum tipis dan sedikit malu.
"Astaga, Sha! Pipimu merona! Surat cinta, ya?"
Aysha menyembunyikan surat itu dari sahabat-sahabatnya, ia menunduk. "E-enggak!"
"Kami lihat dong!"
Ding Dong
Ding Dong
"Udah bel tuh, hehehe." Aysha menyengir seraya membereskan kotak itu lalu dimasukkan kedalam tasnya.
"Yang lagi kasmaran mah beda ya! Nanti bagi-bagi coklatnya, Sha." kata Anisa sembari tersenyum aneh.
"Apasih, Nis. Aku nggak lagi kasmaran kok."
- - -
"Lari yang cepat! Jangan kayak cewek!"
Terlihat segerombolan siswa laki-laki sedang berlari ditengah lapangan dengan nafas tersenggal-senggal. Bayangkan jika kalian berlari memutari lapangan yang luasnya seperti Gelora Bung Karno 15 putaran dan lagi, di bawah teriknya sinar matahari. Ini yang lari laki-laki semua, coba kalau perempuan? Pingsan berjamaah deh.
:(
Bercanda. Hehehe.
"Pak, istirahat sebentar nggak bisa? Saya ini capek pak, beneran lho."
"Kita udah 14 putaran, Pak."
"Pak Alvaro masa tega sama murid bapak yang tampan-tampan ini?"
Ya benar. Alvaro adalah penyebab dari keluhan-keluhan tadi. Namun, ia hanya merotasi bola matanya malas.
"Tinggal satu putaran! Atau saya tambah 5 putaran lagi?" tanya Alvaro dengan tatapan mautnya.
"Yah si bapak jahat banget sama kita."
Alvaro memasang wajah datar. "Yasudah, karena saya sedang berbaik hati, kalian saya lepaskan. Ingat ya, kalau saya lihat kalian semua merokok di gudang sekolah lagi, jangan harap untuk dapat hukuman ringan!" Alvaro menjewer telinga muridnya satu-persatu membuat mereka mengaduh kesakitan.
"Ke kelas sekarang!" perintah seorang Alvaro itu mutlak. Tak bisa diganggu gugat.
"I-iya pak iya." Mereka lari ke kelas masing-masing dengan terbirit-birit. Intinya, jangan pernah bermasalah dengan seorang Pak Alvaro jika masih ingin bernafas lega.
Ada guru kalian yang seperti ini? Anggukan kepala, ngomel-ngomel sendiri diperbolehkan.
***
Lima menit yang lalu berbunyi bel tiga kali yang menandakan bahwa hari ini pulang lebih awal dikarenakan ada rapat penting dengan kepala sekolah.
Seluruh siswa-siswi bersorak senang. Semua pelajar memang sangat suka pulang sekolah dipercepat atau jam kosong karena jarang sekali. Iya atau iya?
Namun, Aysha tidak merasakan senang seperti yang lainnya. Lantas mengapa?
Karena Guru Olahraga killer itu menyuruhnya untuk membersihkan taman belakang sekolah.
Sedihnya nasib Aysha.
"Sha, tuh Guru emang ngeselin banget!" gerutu Desta mengepalkan tangannya kesal.
"Nggak usah diturutin, Sha!" ujar Anisa, "Sekali-sekali kamu ngelawan dia."
Aysha menggelengkan kepalanya, "Udah nggak apa-apa, kalian pulang duluan gih. Di taman belakang palingan juga sampah-sampah plastik aja."
"Aku dijemput sama ibu. Aku duluan ya!" pamit Ninda melambaikan tangannya dan pergi menghampiri Ibunya yang telah menunggu di depan gerbang sekolah.
"Aku sih mau nganterin kamu bersihin taman belakang. Tapi, aku takut, Sha. Serem."
"Iya, katanya sih angker gitu. Aku nungguin di kantin ya, Sha?"
Aysha tersenyum, ia mengangguk membiarkan Fitri dan Novi menunggunya di kantin. Dan, melirik Anisa yang sedang menunjukan cengiran khasnya. Omong-omong, Desta tadi izin untuk menemui sang pacar.
"Kamu tau kan kalau aku ini penakut? Aku tunggu di kantin juga deh, Sha. Sendirian nggak apa-apa?" tanya Anisa memastikan, dibalas anggukan oleh Aysha.
"Yaudah, aku ke taman belakang sekolah dulu ya! Tungguin aku, jangan ninggal." kata Aysha menggembungkan pipinya imut.
"Iya, Aysha-ku sayang~ kita nggak bakal ninggalin kamu kok."
Aysha mengangkat jari jempolnya, "Dadah!"
• • • • •
Aysha sudah siap dengan sapunya, tetapi pergerakannya berhenti ketika ada pesan masuk pada ponselnya.
fr: 089xxxxxxx
Lupa sama pesan tadi?
Ingat, ada sesuatu buat kamu.
Cek kertasnya di sapu itu.
Lagi-lagi dahi Aysha mengkerut, ia melihat sekeliling. Tiba-tiba tengkuknya merasa merinding. Ia seperti sedang diperhatikan oleh seseorang.
"Loh kok ada kertas?" Ia mencabut kertas yang menempel pada gagang sapu di tangannya sekarang.
"Orang ini iseng banget sih!" Aysha menggerutu sebal saat membaca tulisan didalam kertas tersebut.
"Emang orang ini tau dimana rumahku? Katanya mau kerumahku besok, astaga dasar aneh." Aysha membuang kertas itu lalu ia sapu bersama tumpukan daun-daun.
Ting!
fr: 089xxxxxxx
Beneran kerumahmu besok.
Aysha mengabaikan pesan dari nomor asing itu dan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku.
"Udah bersih, pulang sekarang deh. Kasian teman-teman udah nungguin aku." Aysha meletakkan sapu ke tempat semula, tak lama kemudian ia merasa ada air menetes dari atas.
Aysha mendongak, langit nampak mendung dan angin sudah menerpa wajahnya cukup kencang. Gemercik air makin lama turun semakin deras membasahi isi bumi yang kering.
"Hujan ya ..." Aysha masih berdiri pada pijakannya, ia tidak bergerak. Menikmati setiap tetesan air hujan yang dingin mengenai wajah dan tubuhnya.
"Hai hujan, apa kabar? Sudah lama kita tidak berjumpa. Aku sangat merindukanmu, Hujan. Sudah lama pula aku tidak mencurahkan keluh kesahku padamu." Aysha berucap dengan bibir yang bergetar, ia kedinginan.
"Aku rasa, aku hampir jatuh cinta. Tetapi, aku belum mengetahui siapa seseorang yang akan aku cintai. Apakah terdengar aneh?" Ia merentangkan kedua tangannya, menangkup rintikkan air hujan yang nyatanya tidak bisa digenggam.
"Bodoh. Kamu ini masih kecil, jangan memikirkan tentang cinta! Kamu sedang sakit."
Aysha menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati seorang laki-laki yang baru saja memakaikan sebuah jaket hangat pada tubuhnya yang masih setia bergetar.
"Eh ...?"
Aysha merasakan pening pada kepalanya, dan akhirnya pandangannya pun menggelap.
Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3
Comment on chapter PROLOG