"Hai? Ada yang sakit?"
Aysha menatap laki-laki didepannya, "Nggak ada yang sakit kok. Makasih banyak ya sudah mau bantu aku dari preman-preman itu,"
"Santai aja sama gue. Gue tadi nggak sengaja lewat dan dengar lo teriak minta tolong, makanya gue kesini. Gue masih baru pindahan rumah, nama lo siapa?"
"Oh begitu, nama aku Aysha. Kamu?"
Laki-laki tadi tersenyum sembari mengulurkan tangan kanannya, "Kenalin, gue Rey."
"Salam kenal," Aysha tidak membalas uluran tangan dari laki-laki bernama Rey tersebut, ia hanya menundukkan kepalanya sopan sebagai balasan.
Rey mengangguk paham, bukan mukhrim, pikirnya.
"Rumah lo dimana? Mau gue anterin nggak?" Tanya Rey, "gue bukan orang jahat. Gue cuma mau jaga-jaga biar preman tadi nggak gangguin lo lagi," lanjutnya.
Aysha menggeleng pelan, "Nggak apa-apa, rumahku udah dekat dari sini. Sekali lagi makasih banyak, Rey, aku duluan ya!" Pamitnya lalu melambaikan tangan kearah Rey sambil tersenyum dan berlalu dari pandangan lelaki itu.
"Aduh, gue lupa minta nomor teleponnya! Kenapa ya kok gue rasanya penasaran sama cewek tadi?"
***
Disebuah café nampak laki-laki dan perempuan sedang berbincang ditemani dengan beberapa makanan diatas meja mereka.
"Var, kamu yakin?"
"Hm,"
"Ayolah, aku nggak mau kita putus," ucap sang perempuan dengan airmata yang sudah mengalir di pipinya cukup deras, "Alvaro, maafin aku ya?"
Alvaro memandang kearah luar jendela, "Ada alasan khusus buat aku maafin kamu, Ell?"
"Aku tahu aku salah. Aku salah udah bohongin kamu, selama ini aku nutup-nutupin tentang pernikahan aku. Tapi aku serius, Var. Rasa sayangku ke kamu nggak main-main,"
Alvaro mendecih malas, ia sangat tidak suka dibohongi dan dipermainkan seperti ini. Kalian bisa saja merasakan apa yang ia rasakan, bagaimana rasanya jika seseorang yang kalian anggap sebagai orang terkasih tapi nyatanya seseorang itu sudah menikah?
"Udahlah. Kita putus dan jangan hubungi atau nunjukin wajah kamu dihadapan aku, Elly." Alvaro beranjak dari tempat duduknya, menaruh beberapa lembar uang untuk membayar makanan.
"Aku pergi dulu,"
Perempuan bernama Elly tersebut memandang kepergian Alvaro dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Dasar laki-laki bodoh. Lihat saja, aku akan kembali di kehidupanmu dan meraup semua harta yang kamu miliki, jangan pernah meremehkan seorang Elly Rebecca."
Perempuan yang sedari tadi menangis itu menghapus sisa airmatanya dengan paksa.
Air mata buaya rupanya.
-
"Abi, Umi, tolong jangan usir Aysha dari rumah ini," Aysha bersujud pada kaki kedua orangtuanya. Hari ini adalah hari paling menyakitkan bagi gadis itu.
"Maaf, Abi dan Umi terlanjut membenci apa yang sudah kamu perbuat. Silahkan kamu pergi dari rumah dan jangan pernah kembali lagi!"
Aysha menangis tersedu-sedu, tidak mengerti dengan masalah yang sedang ia alami, sebegitu benci Abi dan Umi padanya?
"Abi, Umi, Aysha janji akan nurutin semua perkataan yang kalian ucapkan, tapi tolong jangan usir Aysha dari rumah ini..."
Abinya mendorong tubuh Aysha cukup kasar sehingga gadis tersebut jatuh dan tersungkur, "Sekali tidak ya tidak! Dasar anak durhaka, tidak tahu diri, kurang ajar!!! Dari kecil, kamu sudah kami didik dengan baik, lalu apakah ini balasan kamu?! Pergi dari sini sekarang juga!!!"
"Hiks...Hiks...."
Sang Umi hanya berdiam diri, sebenarnya ia tak kuasa melihat anak perempuannya, namun ia pun sudah merasa kecewa dengan apa yang Aysha lakukan.
"Kamu sudah melanggar peraturan yang sudah keluarga kita tetapkan, maaf, Nak. Kamu harus pergi sebelum Abi mu lebih murka dari ini," Umi berbicara sedikit bergetar, menahan tangis.
"Umi, tak bisakah kalian memaafkan kesalahan Aysha? Semua manusia di dunia ini tidak luput dari kesalahan, Aysha janji tidak akan mengulanginya lagi..." Aysha ingin memeluk mereka namun sang Abi lebih dulu menghalangi.
"Apa kamu tidak dengar? Kami bilang pergi ya pergi! Tidak ada guna kamu berada disini. Anak tidak tahu berterima kasih!!" Abi melempar koper milik Aysha dengan keras, menimbulkan suara debuman yang terdengar menyayat hati.
Bukan suara debuman koper itu, namun ucapan Ayahanda tercintanya benar-benar perih seperti digores dengan pisau yang terlalu tajam.
"Abi... Umi..."
BRAKKK!
"ABIIIIIII! UMIIIII!"
"Astaghfirullah, Aysha! Kamu kenapa sayang?"
Aysha membuka kedua matanya, mendapati Uminya yang tengah khawatir, "Hiks... Umi...."
Aysha langsung berhambur kepelukan Ibunda tersayang, "Maafin Aysha, tolong jangan usir aku dari rumah, Aysha minta maaf"
"Sayang, kamu ini kenapa? Minta maaf kenapa? Buktinya kamu masih didalam kamar, Nak. Abi sama Umi nggak pernah usir kamu," Ia menenangkan sang putri, mengusap airmata yang entah kapan sudah mengalir turun dari pelupuk mata Aysha. "Kamu mimpi buruk, sayang?" Tanyanya.
Aysha melihat sekeliling, "Aku dirumah?"
Sang Umi tersenyum lembut sembari mengangguk, "Kamu pasti kelelahan, sebelum tidur pasti nggak baca doa dulu ya?"
"Huaaaaaa! Umiii! Mimpi Aysha buruk banget, hiks.." Aysha mempererat pelukannya pada Umi nya, "Maafin Aysha ya Umi, Aysha janji nggak ak----"
TING TONG
TING TONG
"Sebentar, sayang. Ada yang bertamu, Umi keluar dulu ya,"
Umi keluar dari kamar putri tercintanya, Aysha yang penasaran pun mengikuti sang Umi kearah ruang tamu.
klek
"Tanteeeee~"
Sapaan dari seorang perempuan cantik saat Umi membuka pintu rumah. Siapa yang bisa berkata bahwa perempuan itu tidak cantik?, rambut panjang dengan warna blonde sepadan dengan warna kulitnya yang putih, tingginya yangsemampai bak seorang model papan atas, memakai dress diatas lutut berwarna biru laut dan jangan lupakan lipstick merah menawan yang melekat pada bibir tebalnya.
"Yaampun keponakan tante! Sini masuk dulu," Umi mempersilahkan perempuan yang ternyata keponakannya itu untuk masuk dan mengobrol ria di dalam rumahnya.
Setelah duduk di sofa, mereka berdua berbicara layaknya seorang sahabat dan percakapan mereka berhenti ketika melihat Aysha membawa satu Es Jeruk ke ruang tamu.
"Ayshaaaa! Aduh! Sepupu kakak udah besar banget sekarang~ kakak kangen sama dek Aysha!"
Aysha memeluk tubuh ramping sepupunya itu, ia menggembungkan kedua pipinya imut,
"Kak Elly kemana aja? Aysha kangen juga sama kakak~!"
Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3
Comment on chapter PROLOG