"Aysha! Kamu mau bangun atau mau Umi siram pakai kuah sop?"
Pukul 07.00, Wanita berkisar umur 39 tahun tersebut memasuki kamar anak perempuannya yang masih setia bergelung diatas kasur dengan nyaman.
"Hm~ masih jam 6 umi.. Aysha masih ngantuk banget,"
Umi menyibakkan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuh anaknya dengan paksa lalu berbisik ke telinga Aysha, "Jam 7 loh, sayang. Umi rasa kamu telat,"
"APA?!?! JAM 7?!" Aysha langsung membulatkan matanya lucu dan bergegas cepat pergi ke kamar mandi.
Sekolahnya masuk jam setengah delapan, tetapi jarak dari rumah sampai dengan sekolah memakan waktu 30 menit, apalagi kalau jalanan sedang macet parah, bisa hampir sejam berada di perjalanan saja.
-
5 menit berlalu, Aysha sudah menggunakan pakaian seragam olahraga karena jam pertama mata pelajarannya adalah Olahraga.
What-
OLAHRAGA ?!
"Abi, Umi, aku berangkat duluan ya udah mau telat nih!"
"Sarapan dulu, sayang," Kata Uminya saat melihat sang anak yang terburu-buru memakai sepatu.
"Nanti ya Umi, aku benar-benar bisa dihukum berat kalau pelajaran guru baru itu aku datang telat," Aysha hanya meneguk susu kesukaannya lalu menatap sang Abi, "Abi, antar Aysha ke sekolah ya? Yang ngebut biar Aysha nggak dihukum sama pak guru,"
"Iya iya, makanya kalau dibangunin sama uminya tuh langsung bangun biar nggak telat."
Ingatkan Aysha agar tidak melupakan slogan "The Power of Emak-Emak."
*****
"Gimana nih! Udah jam setengah delapan lebih lima menit, pasti guru baru itu ada di kelas!" Aysha lari cukup kencang melewati koridor sekolah yang telah sepi dan menuju kelas tersayangnya. Dalam hati ia merapalkan doa semoga guru baru yang terkenal killer itu belum ada di-
"Aysha Ayunindya?"
krieeeet
"Hosh.. Hosh.. S-saya disini pak!" ucap Aysha dengan deru nafas yang tidak teratur. Ternyata doanya belum ter-ijabah, Pak guru killer itu sudah lebih dulu sampai dikelas.
Aysha berjalan memasuki kelasnya sembari menunduk menghampiri meja guru, "Maaf pak saya terlambat, saya kesiangan"
"Katanya kamu murid teladan tapi kok bisa-bisanya terlambat cuma hal kesiangan? Masa iya kamu nggak punya ponsel atau jam beker untuk kamu jadikan alarm? Atau kamu sengaja terlambat pada pelajaran saya?"
Aysha menggeleng takut, "Sungguh! Saya benar-benar tidak sengaja, pak..."
"Hm," sang Guru hanya berdeham, "kamu tau siapa saya?"
Aysha lagi-lagi menggeleng samar. Ia kan belum tahu nama dari guru olahraga tersebut, daripada kena omel lebih baik ia menggeleng.
"Astaga. Saya sudah dikenal oleh semua warga sekolah, siapa yang nggak kenal sama saya? Oh, kamu doang ya?"
Aysha mengigit pipi dalamnya panik, kedua bola matanya bergerak dan menemukan sebuah nametag yang terpasang di pakaian gurunya.
"Pak Alvaro, maafkan saya. saya janji tidak akan pernah terlambat lagi,"
"No problem. Dimaafkan kalau kamu sudah kembali ke kelas setelah lari 10 putaran dalam waktu 5 menit, sekarang! Kalau dalam 5 menit kamu belum sampai disini, nilai olahraga kamu di raport akan nol, selamanya."
"A-apa?" Aysha tercengang, begitu juga dengan teman-teman sekelasnya yang memandangnya dengan tatapan iba.
"Mau ngelak?"
"Eng-enggak.. Akan saya lakukan, permisi pak,"
Aysha keluar ruang kelas dan langsung mulai berlari cepat.
"Oke anak-anak, karena baru pertama saya masuk kelas ini, mari perkenalan terlebih dahulu."
"Baik, Pak,"
-----
"Parah! Ayshaaaa~ kamu nggak apa-apa 'kan?"
"Aku kan kuat, Nis. Hehehe,"
Bel istirahat berbunyi sejak lima menit yang lalu, dan dua sahabat ini sedang berbincang sembari memakan jajanan kantin yang cukup mengganjal perut yang lapar.
Tadi, Aysha kembali ke kelas dengan tepat waktu. Gadis itu benar-benar takut dengan ancaman gurunya.
"Kalau pelajaran dia usahakan kamu jangan telat ya Sha, wajah doang ganteng, tapi kejam banget!" Anisa mengunyah rotinya dengan sebal, wajahnya ditekuk dan bibirnya mengerucut lucu.
"Aku kan nggak apa-apa, kok kamu yang kesal? Kalau nggak dihukum kayak gini mungkin aku bakal ngulangin lagi kayaknya, hahahaha!" Aysha tertawa membuat sahabatnya itu juga ikut tertawa.
"Oh iya! Ay, maaf nanti kita nggak bisa pulang bareng, Papaku jemput soalnya ada acara keluarga dadakan. Nggak apa?" Tanya Anisa menundukkan wajahnya, membuat Aysha tersenyum manis sembari mengangguk.
"Santai aja, Nis. Aku berani naik angkutan sendiri tau! Aku bukan anak kecil,"
Anisa mendongak, "Beneran? Aih aku senang banget punya sahabat kayak kamu, Ay. Sabar, pengertian, baik hati, cantik, aduh yang jadi suami kamu kelak pasti bahagia banget deh!"
"Amin~ aku nggak mikir sampai kesana loh Nis, kamu berlebihan ah," Balas Aysha dengan wajah yang sudah memerah menahan malu.
Mungkin kalau di serial anime, kedua pipi chubbynya sudah terdapat guratan-guratan merona.
"Kalau aku jadi cowok, aku kayaknya bakal daftar jadi suamimu, Ay!" Anisa terkekeh geli, Aysha menekuk bibirnya kebawah, merajuk.
"Ngaco deh kamu, Nis! Sekolah dulu yang benar, jangan mikirin pacaran apalagi sampai ke suami, dekat sama cowok aja enggak,"
Anisa mengangkat jarinya membentuk huruf 'V', "Okay, peace! Aku bercanda kok~"
****
"Pak Alvaro dapat banyak hadiah tuh dari siswa-siswi yang kagum sama bapak,"
"Eh?" Alvaro mengernyitkan dahinya bingung, pasalnya banyak beberapa kotak diatas mejanya. "Loh, ini semua yang kasih siapa, Bu Rin?"
Bu Rin, guru Biologi itu menggeleng tanda tak tahu, "Saya rasa itu dari murid-murid yang ngefans sama Pak Alvaro,"
Pak Alvaro memasang wajah datar, "Astaga, nggak berguna," Ia mengangkat beberapa kotak tadi, "Mau saya buang, saya nggak butuh."
"Eeeey, jangan dibuang pak, sayang banget. Buat saya aja deh," kata Bu Rin, "Bisa saya bagi ke guru lain juga," lanjutnya sumringah.
"Oh, ini ya Bu," Alvaro meletakkan kotak-kotak tersebut diatas meja Bu Rin, "Paling juga isinya coklat yang bikin gemuk,"
Bu Rin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap acuh milik guru baru itu.
"Kalau gemuk kenapa, Pak? Saya juga gemuk kok," ucap Bu Rin tersenyum. "Suami saya menerima saya apa adanya,"
Alvaro mengendikkan bahu, "Setiap orang berbeda, Bu. Orang gemuk itu buruk dimata saya, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan Bu Rin ya,"
"Tidak apa-apa, Pak. Makanya Pak Alvaro cocok jadi guru olahraga, dengan berolahraga lemak bisa berkurang 'kan, Pak?"
Alvaro tersenyum, jangan lupakan kalau senyum lelaki itu sangat manis, membuat kaum hawa jatuh hati saat melihatnya.
'Kalau saya masih muda udah saya gebet Pak Alvaro. Yatuhan, ganteng bingitz!'
- Bu Rin, 48 tahun, 2k18.
????
????
Biasanya Aysha pulang sekolah bersama Anisa, sahabatnya. Tetapi hari ini ia pulang sendirian dan jalan kaki karena angkutan umum sedang melakukan demo.
"Huft.. Aku harus ngelewatin gang kecil nih, sepi nggak ada si Anisa," gumam Aysha sambil menendang-nendang kerikil kecil yang ada dijalanan.
"Hai cewe cantik!"
Aysha memberhentikkan langkahnya ketika melihat segerombolan preman dihadapannya saat ini.
"P-permisi mas, izinkan saya lewat," Ucap Aysha berusaha setenang mungkin.
Salah satu preman bertubuh besar tertawa, "Silahkan, cantik. Serahin dulu tas kamu, pasti bawa banyak uang 'kan?"
"Saya nggak bawa uang, ini tas isinya cuma buku sekolah," Jawab Aysha, ia mulai merasa ketakutan.
"Halah! Masih kecil mau bohong sama kami?! Atau kamu mau serahin diri kamu, hm?!" Preman-preman tadi mulai mendekat kearah Aysha yang sudah merasakan bulu kuduknya berdiri. Ingatkan Aysha bahwa gadis itu tidak memiliki keahlian bela diri apapun.
"TOLONGGGGGG!! TOLONGGG!! ADA PENJAHAT DISINI!!!" Aysha berteriak sekuat tenaga, dan bodohnya ia baru menyadari kalau kawasan tersebut jarang dilewati oleh warga.
"Teriak sampai suara abis juga nggak bakal ada yang dengar! Mau kami paksa atau kamu pasrah?"
Aysha menitikkan cairan bening dari pelupuk matanya, ia bergetar menahan takut, "T-tolong jangan ganggu saya..."
"Udahlah bos! Anak kayak dia lebih baik di seret paksa aja ke markas! Lumayan kan dapat gadis?"
"Lepasin cewek itu atau kalian semua bakal mati di tangan gue!"
Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3
Comment on chapter PROLOG