"Mama capek ya ngomong sama kamu, nggak ada perubahannya sama sekali! Mau punya masa depan suram?!"
Seorang wanita paruh baya mendumel kesal, ia lelah terus-menerus menasihati anak sulungnya yang selalu saja berbuat onar.
Anak lelaki dihadapannya itu mendengus pelan, "Iya, Varo minta maaf. Tapi Ma, si Rey yang ngehina duluan! Aku nggak bisa diam aja kalau yang dihina itu Ayah!"
Sang Mama menghela nafas, mengusap punggung anaknya dengan lembut dan penuh kasih. Benar, tidak ada seorang anak yang pasrah dihina oleh oranglain, apalagi menyangkut orangtua 'kan?
"Mama paham, lainkali kamu harus bisa ngatur emosi kamu sendiri. Jangan bikin anak orang babak belur kayak tadi!"
"Okay, Mom. Varo nggak janji ya? Aku Juvenal Alvaro Pradipta, prinsip Varo adalah lo asik gue asik, lo ganggu hidup gue, gue bakal lebih ganggu hidup lo. Gitu, hehehehe," Lelaki yang dipanggil Alvaro itu menyengir tanpa merasa bersalah. Berani buat masalah dengannya, mungkin kalian akan berakhir babak belur dan masuk rumah sakit.
"Astaga, Varo! Susah banget dibilanginnya!" Mamanya memekik gemas akan kelakuan anak tampannya,
'salah apa diriku ini Tuhan.. Punya anak ganteng tapi ngeselin gini'
-Curhatan batin seorang Ibu.
"Mama jangan marah dong, Varo senang kok lihat Mama bawel gitu. Varo janji bakal jagain Mama, Varo nggak akan kayak Ayah yang pergi ninggalin Mama," Varo memeluk Ibunya yang sudah menahan tangis. Walaupun anaknya di cap sebagai berandal di sekolah, namun semua yang menyangkut keluarganya, Alvaro akan berubah menjadi laki-laki yang tangguh dan penyayang.
"Doa Mama ini selalu menyertaimu,"
Alvaro tersenyum, sungguh! Ia sangat tampan.
Alisnya yang tercetak tebal ditemani dengan tatapan mata yang bisa membuat kaum hawa jatuh hati dengan sekali pandang, hidung mancung seperti perosotan anak TK, bibirnya tebal, rambut yang sedikit berantakan ala badboy yang sering memakai headband, dan omong-omong nih, Alvaro punya lesung pipi samar yang membuat semua orang bisa terkena diabetes karena melihat senyumannya.
"Oh iya nak, Mama harus kembali ke Jepang karena butik Mama disana sedang ramai. Kamu jangan lupa berkunjung kesana! Mama dan adikmu rindu," Kata Mama dengan mimik wajah sedih, Alvaro tertawa geli. Mamanya itu sudah berumur 45 tahun tetapi tingkah dan wajahnya seperti wanita berumur 30an. Alvaro bingung, mengapa Ayahnya pergi hanya karena dulu keluarga mereka hampir jatuh miskin?
"Astaga, Mamaku cantik sekali! Mama benar tidak mau menikah lagi?" Goda Alvaro sambil menaik-turunkan alisnya.
Mama terkekeh dan memukul bahu anaknya pelan, "Entahlah. Mama masih sayang dengan Ayahmu,"
"Mama masih sayang sama dia setelah mendapat perlakuan nggak baik? Move on, Mom. You can deserve better, he is a jerk!" Alvaro mengepalkan tangannya emosi, Ayahnya memang bisa dibilang brengsek, namun dia tidak bisa terlalu membenci orang itu. Bagaimanapun juga, Ayahnya adalah bagian penting dalam keluarga.
"It's okay. Terimakasih sudah mau peduli, Nak. Baiklah, Mama berangkat ke bandara dulu, baik-baik disini ya? Ingat, kalau selama sebulan kamu buat masalah lagi sampai 3 kali, Mama mau kamu nikah sama pilihan Mama! Pengingat juga, Mama nggak terima segala penolakan dari kamu."
"Hahahahaha! Varo tahu Mama suka bercanda, tapi bercandanya jangan nikah-nikah gitu dong, Ma. Nggak lucu," Alvaro memutar kedua bola matanya malas. Terlampau hafal, Mamanya senang sekali mengancam.
"Mama nggak habis fikir sama kamu! Ikut kelas akselerasi dan udah lulus dari dua tahun yang lalu tapi masih mau balik jadi anak SMA lagi?!"
"Alvaro masih 20 tahun, Ma. Lagian, Varo bisa bikin tahun kelahiran palsu biar guru-guru percaya, wajah kayak Varo masih dikira 17 tahun kok," Alvaro tersenyum lebar, yang dikatakan barusan itu memang tidak ada bohongnya, sih.
"Kamu udah dewasa, Varo! Pokoknya sekarang Mama suruh asisten Mama untuk ngurus semua surat kepindahan kamu dan harus selesai besok! Kamu harus berubah," sang Mama melipat tangan didepan dada dengan guratan wajah kesal.
Alvaro menganga tak percaya, "Varo masih mau jadi anak SMA, Varo nggak mau,"
"Harus Mama ingatkan bahwa Mama tidak menerima penolakan?"
Alvaro mengacak rambutnya frustasi, "Oh my god! Terserah Mama ajalah!"
Lelaki itu pergi menuju kamarnya dengan langkah gontai, Terlalu malas untuk berdebat dengan Mama tercinta.
"Mama cuma mau lihat perubahan kamu," Wanita paruh baya tersebut menggelengkan kepalanya makhlum. Ia akan melakukan segala sesuatu demi kebahagiaan Alvaro dan anak bungsunya yang bernama Cindy.
***
Keesokan harinya, Alvaro datang ke sekolah baru dengan tidak semangat. Mamanya sudah berangkat ke Jepang, dan menerima telepon agar segera datang karena telah ditunggu oleh asistennya disana.
Setelah sampai, Alvaro melihat Bi Sinta, asisten Mama yang tengah tersenyum kearahnya. Bi Sinta sudah bekerja dengan keluarga Alvaro sejak lelaki itu berumur 2 tahun. Jadi, semua seluk beluk keluarga tersebut sudah diketahui Bi Sinta dan menjadi kepercayaan Mamanya.
"Bi, maaf Varo baru datang," Ucap Alvaro menghampiri Bi Sinta. "Yang bibi pegang itu berkas apa?"
Bi Sinta menundukan sedikit kepalanya sopan, "Maaf tuan muda, saya memberikan berkas ini sesuai dengan perintah dari Nyonya Nirmala, tuan muda silahkan untuk melihatnya sendiri."
Alvaro mengambil berkas tersebut dan buru-buru membuka isinya, setelah membaca isi berkas tadi ia terdiam sesaat dan-
"APA?!?! MAMA NGGAK SALAH INI? AKU NGELAMAR KERJAAN JADI GURU OLAHRAGA?"
Alvaro meninggikan suaranya, membuat beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh.
"Mungkin Nyonya memberikan yang terbaik untuk tuan muda, Nyonya memberikan pesan kepada saya agar tuan muda menerima dengan lapang dada. Dan jaga kesehatan disini, Bibi permisi,"
Setelah melihat Bi Sinta berlalu, Alvaro mengusap wajahnya kesal. Total heran mengapa mamanya melakukan ini semua.
"Permisi pak? Maaf, bisakah sedikit bergeser? Bapak menghalangi jalan siswa dan siswi yang ingin masuk,"
Astaga!
Siapa gadis itu berani-beraninya menegur seorang Alvaro?!
Melihat ada seorang siswi yang menegurnya, ia ingin marah namun akhirnya tersadar karena sebentar lagi ia akan menjadi guru olahraga di sekolah tersebut.
"Baiklah, perjalanan hidup akan dilanjutkan dan tinggal menunggu apa yang terjadi selanjutnya."
Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3
Comment on chapter PROLOG