Setelah selesai dengan jam istirahat, siswa-siswi memasuki kelas masing-masing setelah mendengar bel berbunyi.
Aysha duduk dengan tenang sembari membaca novel yang waktu itu ia beli bersama Pak Alvaro.
"Baca apa, Sha?" tanya Anisa, "Lihat dong judulnya!"
"Oh ini, judulnya Nothing Like Us, aku udah baca sampai tengah-tengah, Nis, dan alur cerita sama gaya penulisan si penulis ini sederhana banget. Aku suka," jawab Aysha, "Aku jadi pengen deh, punya novel tulisan sendiri gitu."
Anisa terkekeh, "Kamu kan bisa, ayo dong dicoba kembangin bakatmu di bidang dunia tulis, percaya sama aku! Kamu bisa, Sha."
"Semoga aja, doain ya, Nis!"
"Pastinya dong!"
Setelah itu, Aysha menyerahkan novel miliknya ke Anisa, "Nih, kalau kamu mau baca. Seru deh, dijamin!"
"Okey, makasih-"
"Ekhem, boleh saya minta perhatiannya sebentar?
Seketika suasana kelas menjadi sunyi.
Iya, itu suara Guru Olahraga, Pak Alvaro.
"Sstt, Sha, di samping Pak Alvaro siapa?" tanya Anisa berbisik-bisik, namun Aysha hanya membalas dengan gelengan kecil.
"Jadi begini, kelas kalian akan ketambahan satu teman baru. Kalian siap semuanya?"
"Siap, Pak!"
Alvaro memperhatikan sekeliling, dan ia melempar senyuman kearah Aysha.
"Baik, Silahkan perkenalkan dirimu,"
Gadis bersurai pendek itu mengangguk, "Halo, teman-teman. Perkenalkan, nama saya Ayung Dahlia. Semoga kita bisa berteman baik disini."
"Oh, namanya Ayung, Sha," bisik Anisa lagi. Dan, Aysha membalas dengan anggukan.
"Ayung, cari tempat duduk sesukamu. Di kelas ini masih banyak sisa bangku," ujar Alvaro sembari tersenyum.
"Pak, kaki saya masih sakit gara-gara tadi jatuh di depan ruang kepala sekolah,"
Semua anak-anak di kelas itu terdiam menyaksikan interaksi antara Pak Alvaro dan anak baru tadi.
"Kamu duduk dulu, nanti saya panggilkan team PMR untuk mengobati kamu," balas Alvaro, "tunggu sebentar-"
Ayung menahan lengan Alvaro, memeluk lengan kokoh itu dengan erat, "Saya nggak mau, Pak Alvaro temani saya disini sampai saya mendapatkan teman ya?"
Tanpa di komando, anak-anak kelas melongo serentak. Begitupula Aysha.
"Kalau saya sama kamu, sama aja nanti kamu nggak bisa berbaur," Alvaro berusaha melepaskan tangannya yang dipeluk oleh Ayung. Sedikit risih kalau boleh jujur.
"Pak Alvaro jahat sekali sih? Saya kan minta di temani sebentar, kaki saya masih sakit, saya juga anak baru, omong-omong."
Ayung menyilangkan kedua tangannya di depan dada, wajahnya datar dan sedikit angkuh, "Kalau Pak Alvaro nggak mau yasudah, saya bisa kok keruangan bapak sekarang,"
Melihat seperti itu, semuanya memasang wajah jijik. Total tidak suka dengan perlakuan Ayung yang seenaknya.
Tolong, dia itu anak baru. Mengapa seenak jidat menyuruh seorang Guru untuk menemaninya?
"Temani saja, Pak. Kasian,"
Teman, itu suara Aysha. Seluruh anak kelas langsung menolehkan kepala kearahnya.
"T-tapi..."
"Atau, bawa saja Ayung ke UKS, biar kalian bisa berduaan tanpa malu disana. Iya nggak, genks?" Suara si biang kerok kelas, Rizky namanya.
"Iya tuh! Hahahaha!"
"Lumayan dapat yang bening-bening, Pak!"
"Ululululu dekatnya sih sama Aysha, tapi ternyata Bapak juga dekat sama mangsa baru ya!"
"HAHAHAHAHA,"
Kelas kembali ricuh, hampir sebagian dari mereka memang tidak menyukai adanya Alvaro di sekolah itu.
Alvaro mengendikkan bahunya seolah acuh, lalu menghampiri tempat duduk Aysha dan menarik pelan tangan gadis itu.
"Ikut saya."
Aysha menurut, "S-saya mau dibawa kemana, Pak?"
"Kelas jangan berisik. Tolong dikondisikan,"
Dan, mereka berdua pun keluar dari kelas menuju entah kemana.
"PAK ALVAROOO!!! KENAPA NINGGALIN AYUNG SIH??? TEGA YA BAPAK SAMA SAYA!!!"
***
"Aysha, apa saya terlihat seburuk itu di mata kamu?"
Aysha memandang langit, "Memangnya Bapak kenapa? Biasa saja kok."
Alvaro mengangguk pelan, ikut memandang langit di siang hari yang tampak cerah.
Sekarang, mereka berdua sedang berada di atap sekolah. Alvaro bilang, ingin menenangkan pikiran sejenak.
"Aysha,"
Aysha menolehkan kepalanya menghadap Gurunya, "Iya, Pak?"
"Kamu tau?"
Aysha menggeleng ragu.
"Tau apa, Pak?"
Alvaro tersenyum, masih sama, pemuda itu tetap tampan. Wajahnya menyejukkan, terlebih terkena terpaan angin saat ini.
"Saya nggak tau kalau kamu indah, seperti langit."
Aysha termangu, memilih diam dan menunggu kalimat apa yang akan keluar dari bibir Gurunya.
"Namun, saya seperti tanah, susah. Susah meraih kamu untuk menemani saya."
Sepertinya Alvaro kerasukan?
Eh, tidak-tidak.
Raut wajahnya serius sekali.
Alvaro menghadapkan tubuhnya ke Aysha, posisi mereka kini berhadap-hadapan dengan tatapan mata yang tidak bisa dijabarkan.
"Aysha,"
Dengan lembut, Alvaro meraih tangan Aysha dan menggenggamnya erat.
"E-eh.. Bapak ini kenapa?" Aysha menunduk, menyembunyikan rona merah di kedua pipi tembamnya.
"Saya tahu, saya tidak sempurna, saya tidak spesial, saya tidak romantis. Tapi, saya suka sama kamu. Saya mungkin pernah mengejek kamu, dulu. Tolong, lupakan itu. Sekarang, saya disini berniat untuk serius. Status guru dan murid bisa dihilangkan? Saya suka kamu, Aysha."
DEG.
DEG.
DEG.
"Tidak usah dijawab sekarang, karena sebentar lagi saya akan pergi."
DEG.
DEG.
DEG.
"Pak, m-mau kemana?"
Alvaro tersenyum lagi, "Saya ada studi di Jepang. Dan, tolong pastikan bahwa kamu menyimpan cinta saya. Saya akan kembali tiga tahun lagi, dan akan segera membawamu ke jenjang pernikahan. Jaga cinta saya, Aysha."
***
Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3
Comment on chapter PROLOG