Tok...
Tok...
Tok...
"Annisa. .bangun nak..ini sudah waktu nya sholat malam.."panggil seorang wanita paruh baya sambil mengetuk pintu kamar annisa dengan sedikit keras.
Gadis yang di panggil annisa hanya menggeliat mendengar panggilan wanita paruh baya itu.
Karena tidak mendapatkan respon dari gadis yang di panggil annisa tersebut,akhirnya wanita paruh baya itu memanggil nya sekali lagi.
"Annisa..annisa..bangun nak.."panggilnya sedikit lebih keras dari yang pertama.
Karena panggilan wanita paruh baya tersebut lebih keras dari yang pertama gadis yang bernama annisa pun langsung tersadar.
"Astagafirullah..."ucap gadis yang di panggil annisa terkejut.
"Astagafirullah. .umi? Ah..ya Allah..aku lupa ngasih tau umi kalo annisa masih halangan."ucap annisa menyesal sambil memukul jidatnya dengan pelan.
Annisa langsung turun dari ranjangnya dan menyambar hijap panjang yang sengaja di taruh annisa tadi malam dimeja riasnya.
"Umi...maafin annisa umi..annisa lupa ngasih tau umi kalo annisa masih belum selesai halangan..maaf umi..seandainya tadi malam annisa ngasih tau umi pasti umi gak capek capek naik ke kamar annisa dan ngebangunin annisa."jelas annisa menyesal sambil memegang kedua tangan umi nya.
Sementara annisa menyesal, umi hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan annisa yang sangat berbeda jauh dengan zahra.
"Udah selesai ngomongnya?"tanya umi sambil tersenyum.
Annisa hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan umi, ia hanya merasa heran mengapa umi tersenyum dengan kelakuan nya dan bukannya sedih.
"Umi bangga sama kamu nak, kamu sangat sopan dan santun."ucap umi tersenyum bahagia.
annisa sangat bahagia melihat umi nya tersenyum bahagia, bagi annisa umi sudah sangat jarang tersenyum sebebas ini.
Annisa menatap lekat lekat wajah umi nya dengan tersenyum,ia sungguh bahagia melihat umi bisa tersenyum sebebas ini.
namun, wajah cantik umi yang berhiaskan senyum dan kebahagiaan berubah menjadi wajah yang murung dan tatapan sendu.
Mata umi terlihat berkaca kaca dan lelah.
"Seandainya, zahra seperti dirimu nak.seandainya dia tak menjadi zahra yang sekarang...umi dan abi pasti bahagia. "Ucap umi lemah.pandangan umi mulai menerawang ke arah kamar zahra, tepatnya di samping kiri kamar annisa.
"Semoga Allah membuka pintu hati mu nak.."doa umi tulus.
"Amin..amin..ya robbal alamin."ucap annisa tulus mengaminkan.
"Ya, udah umi turun dulu yah mau sholat."pamit umi seraya mengecup kening annisa dengan lembut.
"Annisa antrin yah.."ucap annisa sambil menarik tangan uminya.
namun ,umi menahan tangan annisa dan menggelengkan kepala nya.
"Kamu tidur aja, umi bisa sendiri kok."tahan uminya sambil berlalu dari hadapan annisa.
Annisa tersenyum dan langsung menuruti perintah uminya untuk tidur kembali ke kamar.
namun, saat annisa akan merebahkan tubuh nya annisa teringat kembali tentang percakapannya dengan umi beberapa menit yang lalu.
"Seandainya, zahra seperti dirimu nak.seandainya dia tak menjadi zahra yang sekarang...umi dan abi pasti bahagia. "Ucap umi lemah.pandangan umi mulai menerawang ke arah kamar zahra, tepatnya di samping kiri kamar annisa.
"Semoga Allah membuka pintu hati mu nak.."doa umi tulus.
"Amin..amin..ya robbal alamin."ucap annisa tulus mengaminkan.
"Kasian umi dan abi, harus menghadapi sikap zahra yang sangat tidak mau di atur! Sebenarnya apa yang telah terjadi pada zahra 11 tahun yang lalu?"
Annisa pov
"Kasian umi dan abi, harus menghadapi sikap zahra yang sangat tidak mau di atur! Sebenarnya apa yang telah terjadi pada zahra 11 tahun yang lalu?"ucap ku bingung sekaligus emosi karena sikap zahra yang sangat jauh berbeda dengan zahra 11 tahun yang lalu.
Zahra Affianihsa, yah dia adalah adik ku yang sangat periang dan manis tapi itu dulu tepatnya 11 tahun yang lalu. Saat itu zahra kecil masih berusia 6 tahun, saat masih manis manisnya.
aku, kak razi dan zahra saat itu sangat akrab dan saling menjaga berbeda dengan sekarang yang sangat bertolak belakang dengan dulu.
umi dan abi memberi tahu kami bertiga untuk mondok di pindok pesantren milik sahabat abi, aku dan kak razi setuju walau pun pada awalnya berat akan tetapi kami bisa mengerti.
karena aku dan kak razi setuju bukan berati zahra juga setuju ,zahra lebih memilih untuk bersama umi dan abi dari pada ikut kami ke pondok pesantren.
Umi dan abi waktu itu sangat bingung bagaimana menghadapi zahra yang keras kepala.
Berbagai carapun dilakukan, namun zahra tetap bersikukuh dengan pilihan nya.
umi dan abi pun pasrah dan menuruti kemauan zahra, hingga setelah 10 tahun kami menuntut ilmu di pondok pesantren aku dan kak razi pulang satu tahun yang lalu.
pulang pulang dari pondok pesantren aku dan kak razi sangat terkejut dengan zahra yang kami lihat sekarang.
Dia sangat kasar dan berontak, dia bukan lah zahra kecil kami lagi.
"Zahra?
Apakah kau tak merasa sedih telah menyakiti umi dan abi?
Apakah kau tak merasa menyesal? Sungguh, aku tak tau harus berbuat apalagi dengan mu!?"ucap ku bingung.
Author pov
"Zahra?
Apakah kau tak merasa sedih telah menyakiti umi dan abi?
Apakah kau tak merasa menyesal? Sungguh, aku tak tau harus berbuat apalagi dengan mu!?"ucap Annisa bingung.
Saat annisa sedang sibuk sibuk nya dengan pikirannya, annisa pun mendengar alunan ayat ayat suci yang di baca oleh razi.
Annisa merasa aneh kenapa suara razi seperti berada di samping ksmarnya, atau lebih tepatnya di kamar zahra.
"Kenapa aku merasa jika kak razi sedang mengaji di depan kamar zahra?
Mungkinkah?"tanya annisa sambil berjalan ke pintu untuk memastikan apa benar razi mengaji di depan kamar zahra.
Setelah sampai pintu annisa pun langsung meraih knock pintu dan akan membuka nya.
1
2
3
"Kok gak ada?
Apakah hanya perasaan ku saja? Astagafirullah. ."ucap annisa beristigfar.
"Aneh!
Padahal sudah jelas jelas itu suara kak razi!
Tapi kenapa saat aku membuka pintu kakak tidak ada di sana?
Jangankan kakak, suaranya saja sudah hilang!
Mungkin benar, itu hanya perasaan ku saja."putus annisa merasa aneh.
Karena tak ingin ambil pusing annisa pun memilih untuk tidur kembali, akan tetapi saat annisa akan terlelap suara azan subuh pun berkumandang dan membuat niatnya untuk tidur kembali di urungkan.
"Azan subuh? Alhamdulillah..daripada tidur, mending bantuin umi masak di dapur aja."ucap annisa sambil berjalan kearah kamar mandi.
Setelah 30 menit akhirnya annisa keluar dari dalam kamar mandinya dengan tubuh yang terasa segar dan dengan wajah yang sudah bersih dan cantik.annisa mengambil hijap panjang sepinggangnya dan langsung memakainya.
Setelah sampai di dapur, annisa mendapati ibunya yang sedang mengulek ulek sambal dengan lihai.
"Assalamualaikum..umi."salam annisa yang langsung di jawab umi.
"Waalaikum salam anak umi.."jawab umi senang.
"Umi, pagi ini mau buat sarapan apa?"
"Nasi goreng aja nak..biar cepat.soalnya umi mau pergi sama abi ke pondok pesantren sahabat abi."
"Pondok pesantren? Mau ngapain umi?"
"Umi juga gak tau abi kamu, mungkin mau silahturahmi. ."
"Oh, ya."
"Umi annisa bantu apa?"
"Bantu hancurin nasi aja"intruksi umi sambil memberikan annisa tempat nasi.Setelah mengambilnya dari umi, annusa pun langsung melaksanakan tugasnya.
Saat sedang fokus fokusnya menghancurkan nasi, tiba tiba razi datang dengan terburu buru.
"Assalamualaikum, umi."salamnya terengah engah.
"Waalaikum salam...kamu ngapain sih razi...kok buru buru gitu."tanya umi bingung.
"Gak ngapa ngapain kok umi, razi cuma mau bilang aja nanti kalo zahra nanya soal titipan bilang aja umi yang beli tapi di titipin ke razi.."
"Maksud kamu apa to razi, umi gak ngerti."
"Maksud razi itu nanti kalo zahra nanya soal titipan apa pun itu bilang aja dari umi, ok? Ok."
"Ya udah razi mau mandi dulu yah umi, annisa Assalamualaikum. ."
pamit razi sambil berlari ke atas.
"Waalaikum salam..."ucap umi dan annisa yang masih terlihat bingung dengan kelakuan razi.
"Hari ini kakak aneh banget, mulai dari aku mendengar suara kakak seperti di depan kamar zahra namun setelah ku lihat ternyata tidak ada.dan sekarang kakak berbicara tentang titipan untuk zahra?! Heh..aneh! Sekaligus membingungkan!".ucap annisa membatin.
Bersambung
Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah
Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam