"Zahra? Kamu ngapain disini? sendiri lagi. Temen temen Kamu pada kemana? lagi berantem yah?" Ucap lelaki yang berhasil mengalihkan perhatianNya dari taman sekolah.
"Eh, Kak Revan. Loe ngapain disini Kak?" Tanya Zahra.
"Ya ampun Zahra, bukannya jawab Kamu malah nanya balik. Jawab dulu dong pertanyaan Kakak."
"Ahh ya, Gue lagi mau cari udara segar aja. Temen temen Gue sih lagi pada di kantin. Biasa, isi bensin." JawabNya ramah.
"Kalo Loe Kak, ngapain disini? mau cari udara juga?"
"Ya kale udara dicari Ra, bukannya tiap detik Kita hirup itu udara jadi gak perlu dicari. Udah, Aku tau kok Kamu kesini buat cari ketenangan." UcapNya tersenyum dengan wajah sok akrabNya.
Sementara Zahra hanya melongo mendengar ucapan Revan.
"Ni Anak kalo ngomong gak pake otak ye! siapa pun tau kale kalo udara gak perlu dicari. Kan emang udah ada dari sononya. Udah gitu pakek acara sok tau masalah Orang lagi. Lama lama Gue gaplak pale Loe Rev. Bunuh saja Hayati di rawa rawa Bang. Kesel Gue ngeliat ni Anak lama lama."
"Kalo Kakak sih, lagi males ke kantin aja. Makanya Kakak milih buat jalan jalan di sekitar taman sekolah. Eh,tau nya ketemu Kamu. Jodoh kali." Ucapnya seraya tersenyum.
"Sebenarnya sih, Aku kesini bukan cuma kebetulan aja. Tapi sengaja nyari Kamu. Eh, ternyata benar. Kamu lagi di taman sekolah. Mungkin ini yang dinamakan cinta. PengenNya ngeliat Kamu trus Zahra. Love You Zahra Ku." Ucap batinNya bahagia.
Sedangkan Zahra hanya ber'oh ria. Dalam hati ia berkata
"What jodoh.
Ya kale Gue suka ama Loe Van, yah walaupun Loe terkenal di sekolah ini. Tapi bukan berati Gue suka. Karena Loe bukan tipe dari Seorang Zahra Affianisha."
Revan adalah salah satu Kakak kelas yang menyukai Zahra.
Berbeda dengan gadis lain, Zahra adalah cewek yang terkesan acuh kepada Revan. Namun Revan selalu berusaha mendekati Zahra. Itulah sebabnya Revan, begitu tertarik kepada Zahra.
Bukan cuma cantik. Namun sikapNya yang terkadang bisa ngebuat Revan jadi gemes. Memang di akui Revan, Zahra adalah cewek berandal di sekolahNya. Walaupun begitu, Zahra tak pernah melanggar batasanNya jika keluar rumah.
"Eh,Ra. Bisa gak kalo ngomong sama Kakak jangan pake 'Loe_Gue'. KesanNya itu kaya kaku banget Ra. Bisa gak Kita pake 'Aku_Kamu' aja."
"Hhmm...gimana yah. Soalnya, Gue udah biasa Kak pake 'Loe_Gue' ke siapa pun. Apa lagi kalo ngomong sama sahabat Gue. Dan Gue gak biasa pakek 'Aku_Kamu'.Malahan menurut Gue itu terkesan kaku." Ucap Zahra jujur.
"Makanya di biasain dong Ra. Kan enak kalo Kita ngomong gitu." Tawar Revan lagi.
"Hhmm...ok deh Gue..eh maksudNya Aku..Aku akan coba Kak." Jawab Zahra gugup.
Eh,Revan apa apa an sih nyuruh Gue ngomong gitu. Mentang mentang Dia Kakak kelas aja terus pake nyuruh nyuruh. Untung Loe Kakak kelas, kalo gak? udah Gue gaplak muka Loe. Ada ada aja nih Anak.
Sementara itu dibelakang Mereka, ada Seorang gadis yang sedari tadi mengawasi obrolan Mereka. Gadis itu sudah geram dengan pemandangan yang ada didepan Nya. Daun tumbuhan puri yang sedari tadi dijadikan tempat persembunyian Nya pun terkena imbasNya. Gadis itu sudah meremas remas daun tumbuhan itu hingga hancur didalam tanganNya.
"Awas Loe Zahra! Gue gak bakal lepas in Loe kali ini!. Dasar cewek genit, bisaNya godain pacar Orang aja." Ucap wanita itu geram.
Kring
Kring
Kring
"Eh, udah masuk Kak. Kalo gitu Gue.." Zahra terlihat berpikir.
"Maksud Aku, Aku masuk ke kelas dulu yah." Ucap Zahra berlalu tanpa menunggu jawaban dari Revan.
Sementara Revan hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan Zahra.
"Ini yang Aku suka dari Kamu Zahra." UcapNya seraya tersenyum.
***
Zahra menghembuskan nafasNya dengan berat. Ia masih mengumpulkan sisa tenaga tubuhNya. Sepulang sekolah tadi, Zahra memilih langsung pulang kerumah Nya. Zahra tak melakukan aktifitas yang biasa Ia lakukan bersama sahabatNya seusai pulang sekolah untuk kali ini. Ya, Zahra sedang tak ingin pergi shopping atau sekedar berjalan jalan di mall. MenurutNya, hari ini sangat sangat membosankan bagiNya. Di tambah lagi, Zahra akhir akhir ini terkadang memikirkan lelaki yang pernah Ia tabrak waktu lalu. Zahra berpikir, jika lelaki itu adalah guru baruNya di sekolah. Mengapa Ia tak pernah melihat kehadiran lelaki itu disana.
"Ah, shit! kenapa Gue jadi mikirin tu cowok." Ucap Zahra kesal.
"Kalo dilihat Dia memang tampan. Bahkan sangat terlihat gagah dimata siapa pun. Termasuk, dimata Gue! memang Gue Akui, Dia adalah laki laki pertama yang berhasil membuat Gue jadi begini. Jadi suka melamun. Tapi, masa iya sih Gue suka ama Dia?". Zahra terlihat berpikir.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
4 menit.
5 menit.
"Ahh...bodo amatlah, kalo Gue suka ya suka. Kalo gak ya gak.
Toh, kalo benar Gue suka ama Dia. Gue gampang ngambil hati Dia! siapa sih yang gak bisa nolak pesona Zahra..." Ucap Zahra bangga.
Zahra segera membuka seragam sekolahNya. Ia pun segera membersihkan tubuhNya di dalam kamar mandi. Melepaskan semua lelah, kegusaran dan semua masalah Nya termasuk keringat yang membasahi tubuhNya selama 6 jam dibawah guyuran air dingin. Menghilangkan semua kepenatan dikepala Nya. Dan kerumitan hidupNya selama ini.
Zahra pun sempat berpikir, andai keluargaNya seramah air ini. Yang sifatNya menenangkan dan menenteramkan jiwa. Mungkin, Ia bisa melewati hari hari keras Nya dengan mudah. Namun sayang, keluargaNya jauh dari kata ramah bagiNya. Bahkan keluarga Nya lebih keras dari kerasNya kehidupan Zahra.
Setelah selesai mandi, Zahra pun menggunakan pakaian tidur dengan gambar teddy bear Nya. Dengan warna merah yang lebih mendominasi dipakaianNya.
Dilirik Nya jam dinding kamarNya. Sudah menunjukkan pukul 19.33.
"Kok Gue gak sadar yah ini udah malem. Keasyikan mandi kale ya.." UcapNya menjawab pertanyaan Nya sendiri.
Tiba tiba ponsel Zahra bergetar, menandakan ada pesan masuk. Zahra pun bergerak mengambil ponsel Nya dan membuka pasan tersebut.
From:fia
Zahra, clubing yok. Sepi nih di rumah gak ada Orang
"Clubing yah" Ucap zahra berpikir.
"Hhmm...
Ok juga. Lagi pula Umi dan Abi pergi ke pengajian Paman. Sedangkan, Kak Razi dan Kak Annisa lagi mengurusi kepanitiaan untuk acara bazar besok." Senyum Zahra mengembang.
"Asyik, Gue bebas malam ini. Ikut aja ah, kan Gue juga manusia kali. Butuh hiburan juga."
Zahra pun mulai mengotak atik ponselNya. Menulis pesan untuk saudara seperjuangan.
To:Fia
Gue ikut. Tapi mobil Gue dibawa ama Orang tua Gue. Sedangkan motor Gue juga lagi di pake ama Kak Razi dan Kak Annisa. So, Loe jemput Gue yah. Gue tunggu.
Jari lentikNya pun bergerak untuk menekan kalimat. Send.
Sambil menunggu balasan dari Fia, Zahra menyempatkan diri mengganti pakaianNya dengan sweter biru laut dan dengan celana jins sepaha. RambutNya yang hitam lebat pun Ia sengaja biarkan tergerai. Dilirik Nya ponselNya. Belum ada balasan dari Fia.
"Tu Anak niat gak sih, ngajak Gue clubing." Gerutu Zahra.
Tiba tiba terdengar klakson motor dari luar rumahNya.
Zahra bergegas keluar rumahNya untuk melihat siapa sang pemilik motor.
"Zahra, et dah Loe lama banget sih dandan Nya. Udah kaya Mak Mak pergi kondangan aja." Protes Dewi.
"Apa? Loe bilang Gue Mak Mak? muke gila Loe, cewek cantik kaya incest gini Loe kira Emak Emak! bukan cuma otak Loe kali yang geser yah, tapi kaya Nya mata Loe juga geser deh." Kesal Zahra.
"Hahaha...omelan Loe udah kaya Emak Emak Ra, salut Gue." Ejek Fia.
"Jadi pergi gak sih." Emosi Zahra.
"Jadi dong, Emak. Yok.." Ajak Dewi.
"Emak Emak emang Gue Emak Loe apa? Hehhhh...kesel Gue lama lama.."
Zahra terlihat mengambil nafas berat, lalu membuangNya pelan.
Mata Zahra beralih ke motor matic yang dibawa Dewi. Seketika mataNya melongo. Shock dengan apa yang dilihat.
"Kita naik motor ini?" Tanya Zahra polos.
"Iyalah Ra, Kita naik motor. Ya kale Kita naik mobil, Orang jelas jelas didepan Loe ada motor." Jawab Fia santai.
"Iya lah bego ini namaNya motor. Anak TK pun tau ini motor." Ucap Zahra kesal.
"Lha Loe kan nanya Nya kita naik motor ini.gimana sih.." Kesal. Yah, Fia dan Dewi terlihat kesal dengan pertanyaan Zahra.
"Gak, maksud Gue itu Kita bonceng tiga?" Tanya Zahra bego.
"Iya." Jawab Fia enteng.
"Oh." Jawab Zahra datar.
"Ya udah buruan naik, nanti keburu Orang tua Loe pulang."
Zahra dan Fia langsung mengangguk paham. Mereka pun pergi dengan motor matic modal pinjaman dari pacar Dewi.
Setelah sampai didepan club, Zahra, Fia dan Dewi segera memasuki club. Terdengar hingar bingar musik yang sangat menyenangkan bagi kalangan remaja jaman sekarang. Fia dan Dewi sudah memasang tampang sok imut Mereka, yang sudah dihiasi dengan senyuman semanis mungkin.
"Hahaha...cabe." Ucap Seorang lelaki menunjuk Fia. Seketika senyum Fia langsung hilang.
"Emang itu cowok tau ya kalo Kita kesini bonceng tiga?" Tanya Fia bingung.
"Emang kenapa?" Tanya Dewi.
"Soalnya tu cowok nunjuk Kita bilang cabe.." Jawab Fia polos.
"Et dah, bukan Kita kali yang di tunjuk tu cowok! tapi Loe doang Fia!. Loe di rumah abis makan apa sih..?" Tanya Zahra.
"Gue di rumah tadi abis makan ayam balado, enak banget lho Ra. Kenapa? Loe mau juga?." Tanya Fia.
"Ayam balado?. Gak. Gue kagak minat."
"Trus, kenapa Loe nanya.."
Zahra memutar bola mataNya jengkel. Ini Anak kok gak ada peka peka Nya yah. Perasaan, kalo urusan penampilan Dia yang pertama paling peka.
"Itu di gigi Loe ada cabe." Jawab Zahra santai.
"What? cabe? di gigi Gue?" Teriak Fia histeris.
"Kok Loe kagak bilang dari tadi sih? kan image Gue hilang Ra!"
"Loe gak nanya."
"Ya kale pikiran Gue kesana Ra, Loe kan tinggal bilang 'Fia, di gigi Loe ada cabe.' Gitu kek, jadinya kan Gue kagak malu." Ucap Fia jengkel.
"Loe kan udah bia..."
"Udah napa sih. Pada niat santai gak? kalo niat ayo Kita masuk. Kalo gak, ya Kita pulang. Malu tau dilihat ama Orang terus." Lerai Dewi dongkol.
"Jadi dong." ucap Zahra dan Fia kompak.
"Ya udah kalo gitu, ayo Kita masuk.." Ucap Dewi berlalu.
Suara riuh para penghuni club sangat terdengar. Apalagi aroma minuman keras sangat tercium di indra penciuman Zahra.
"Minum Neng.." Tawar Seorang lelaki.
"Gak Mas, makasih." Tolak Zahra halus.
Walaupun terkenal sebagai ratu clubing. Namun, Zahra dan sahabatNya masih menghormati larangan Orang tua Mereka untuk tidak mengkonsumsi makanan seperti itu. Itulah yang membuat cowok cowok di sekolah Nya jatuh hati kepada Zahra.
"Eh tau gak, Gue lagi happy banget malam ini.." Ucap Fia girang.
"Happy kenapa? atau karena dibilang cabe yah ama cowok itu." Ucap Dewi menerka.
"Shit, enak aja Loe. Gue masih waras kali. Masa iya sih ada cowok nunjuk cabe di gigi Gue, Gue malah seneng. Yang ada Gue malu kali." Fia terlihat jengkel.
"Trus, apa yang ngebuat Loe jadi happy?" Zahra mulai angkat suara.
"Gue..Gue..Gue...happy..karena.."
"Iya, Loe happy karena apa Fia..?" Kali ini Dewi sudah tak sabaran.
"Gue ditembak ama Kak Alfi..." Histeris Fia.
"Haaaaa...serius Loe? bukanNya Kak Alfi pacaran ama Kak Yola yah, kok bisa.." Dewi terkejut dengan ucapan Fia.
"Ya bisa lah. Apa sih yang gak buat Fia."
"Tapi si Yola dikemanain?." Kali ini Zahra penasaran.
"Diputusin. Demi Gue." Ucap Fia enteng.
"Wah, keren Loe Fi. Pj dong." Dewi mulai girang.
"Ok."
"Yes."
"Tapi Loe yakin si Yola dan geng nya gak bakal nyari gara gara ke Loe Fi?" Raut Zahra khawatir.
"Gue gak tau Ra, tapi ya semoga aja gak." Harap Fia.
"Ya udah deh, mending Kita manfaatin malam yang langka ini buat Kita happy." Ucap Dewi.
Fia dan Zahra mengangguk kompak.
***
"Kamu habis kemana Ra? kok jam segini baru pulang?" Ucap Abi datar.
Zahra terkejut dan segera membalikkan badanNya mencari sumber suara. Zahra semakin terkejut dengan pemandangan didepan Nya. Abi Nya sedang berdiri dengan gelas yang berisi air ditangan Nya.
"Jawab Zahra! Kamu habis kemana!" Bentak Abi geram.
"Zah..ra..abis kerumah teman Bi." Ucap Zahra terbata.
Ekspresi wajah Abi Nya kini menjadi makin merah dan terlihat menahan amarah.
"Bohong! Abi tau Kamu bohong Zahra!."
"Dengan pakaian terbuka seperti ini, Kamu kira Abi gak tau Kamu kemana?!" Ucap Abi kesal.
Kini ekspresi Abi Nya bukan lagi memperlihatkan kemarahan. Namun kini sudah berubah menjadi sendu. Tatapan kasihan. Ya, Zahra benci tatapan itu. Tatapan yang memperlihatkan rasa belas kasihan kepada diriNya. Bukan tatapan ini yang Dia mau. Ia lebih suka Abi Nya memarahiNya dari pada memberikan tatapan itu.
"Maaf,Bi. Zahra tidur dulu." Ucap Zahra berlalu dari hadapan AbiNya. Saat menaiki tangga, dirasakanNya pipiNya memanas. Zahra merasa air mataNya akan tumpah. Namun, Ia tahan sekuat tenaga.
"Jangan lemah Zahra. Kuat Zahra. Kuat." Ucap Zahra menyeman
"Zahra? Kamu ngapain disini? sendiri lagi. Temen temen Kamu pada kemana? lagi berantem yah?" Ucap lelaki yang berhasil mengalihkan perhatianNya dari taman sekolah.
"Eh, Kak Revan. Loe ngapain disini Kak?" Tanya Zahra.
"Ya ampun Zahra, bukannya jawab Kamu malah nanya balik. Jawab dulu dong pertanyaan Kakak."
"Ahh ya, Gue lagi mau cari udara segar aja. Temen temen Gue sih lagi pada di kantin. Biasa, isi bensin." JawabNya ramah.
"Kalo Loe Kak, ngapain disini? mau cari udara juga?"
"Ya kale udara dicari Ra, bukannya tiap detik Kita hirup itu udara jadi gak perlu dicari. Udah, Aku tau kok Kamu kesini buat cari ketenangan." UcapNya tersenyum dengan wajah sok akrabNya.
Sementara Zahra hanya melongo mendengar ucapan Revan.
"Ni Anak kalo ngomong gak pake otak ye! siapa pun tau kale kalo udara gak perlu dicari. Kan emang udah ada dari sononya. Udah gitu pakek acara sok tau masalah Orang lagi. Lama lama Gue gaplak pale Loe Rev. Bunuh saja Hayati di rawa rawa Bang. Kesel Gue ngeliat ni Anak lama lama."
"Kalo Kakak sih, lagi males ke kantin aja. Makanya Kakak milih buat jalan jalan di sekitar taman sekolah. Eh,tau nya ketemu Kamu. Jodoh kali." Ucapnya seraya tersenyum.
"Sebenarnya sih, Aku kesini bukan cuma kebetulan aja. Tapi sengaja nyari Kamu. Eh, ternyata benar. Kamu lagi di taman sekolah. Mungkin ini yang dinamakan cinta. PengenNya ngeliat Kamu trus Zahra. Love You Zahra Ku." Ucap batinNya bahagia.
Sedangkan Zahra hanya ber'oh ria. Dalam hati ia berkata
"What jodoh.
Ya kale Gue suka ama Loe Van, yah walaupun Loe terkenal di sekolah ini. Tapi bukan berati Gue suka. Karena Loe bukan tipe dari Seorang Zahra Affianisha."
Revan adalah salah satu Kakak kelas yang menyukai Zahra.
Berbeda dengan gadis lain, Zahra adalah cewek yang terkesan acuh kepada Revan. Namun Revan selalu berusaha mendekati Zahra. Itulah sebabnya Revan, begitu tertarik kepada Zahra.
Bukan cuma cantik. Namun sikapNya yang terkadang bisa ngebuat Revan jadi gemes. Memang di akui Revan, Zahra adalah cewek berandal di sekolahNya. Walaupun begitu, Zahra tak pernah melanggar batasanNya jika keluar rumah.
"Eh,Ra. Bisa gak kalo ngomong sama Kakak jangan pake 'Loe_Gue'. KesanNya itu kaya kaku banget Ra. Bisa gak Kita pake 'Aku_Kamu' aja."
"Hhmm...gimana yah. Soalnya, Gue udah biasa Kak pake 'Loe_Gue' ke siapa pun. Apa lagi kalo ngomong sama sahabat Gue. Dan Gue gak biasa pakek 'Aku_Kamu'.Malahan menurut Gue itu terkesan kaku." Ucap Zahra jujur.
"Makanya di biasain dong Ra. Kan enak kalo Kita ngomong gitu." Tawar Revan lagi.
"Hhmm...ok deh Gue..eh maksudNya Aku..Aku akan coba Kak." Jawab Zahra gugup.
Eh,Revan apa apa an sih nyuruh Gue ngomong gitu. Mentang mentang Dia Kakak kelas aja terus pake nyuruh nyuruh. Untung Loe Kakak kelas, kalo gak? udah Gue gaplak muka Loe. Ada ada aja nih Anak.
Sementara itu dibelakang Mereka, ada Seorang gadis yang sedari tadi mengawasi obrolan Mereka. Gadis itu sudah geram dengan pemandangan yang ada didepan Nya. Daun tumbuhan puri yang sedari tadi dijadikan tempat persembunyian Nya pun terkena imbasNya. Gadis itu sudah meremas remas daun tumbuhan itu hingga hancur didalam tanganNya.
"Awas Loe Zahra! Gue gak bakal lepas in Loe kali ini!. Dasar cewek genit, bisaNya godain pacar Orang aja." Ucap wanita itu geram.
Kring
Kring
Kring
"Eh, udah masuk Kak. Kalo gitu Gue.." Zahra terlihat berpikir.
"Maksud Aku, Aku masuk ke kelas dulu yah." Ucap Zahra berlalu tanpa menunggu jawaban dari Revan.
Sementara Revan hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan Zahra.
"Ini yang Aku suka dari Kamu Zahra." UcapNya seraya tersenyum.
***
Zahra menghembuskan nafasNya dengan berat. Ia masih mengumpulkan sisa tenaga tubuhNya. Sepulang sekolah tadi, Zahra memilih langsung pulang kerumah Nya. Zahra tak melakukan aktifitas yang biasa Ia lakukan bersama sahabatNya seusai pulang sekolah untuk kali ini. Ya, Zahra sedang tak ingin pergi shopping atau sekedar berjalan jalan di mall. MenurutNya, hari ini sangat sangat membosankan bagiNya. Di tambah lagi, Zahra akhir akhir ini terkadang memikirkan lelaki yang pernah Ia tabrak waktu lalu. Zahra berpikir, jika lelaki itu adalah guru baruNya di sekolah. Mengapa Ia tak pernah melihat kehadiran lelaki itu disana.
"Ah, shit! kenapa Gue jadi mikirin tu cowok." Ucap Zahra kesal.
"Kalo dilihat Dia memang tampan. Bahkan sangat terlihat gagah dimata siapa pun. Termasuk, dimata Gue! memang Gue Akui, Dia adalah laki laki pertama yang berhasil membuat Gue jadi begini. Jadi suka melamun. Tapi, masa iya sih Gue suka ama Dia?". Zahra terlihat berpikir.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
4 menit.
5 menit.
"Ahh...bodo amatlah, kalo Gue suka ya suka. Kalo gak ya gak.
Toh, kalo benar Gue suka ama Dia. Gue gampang ngambil hati Dia! siapa sih yang gak bisa nolak pesona Zahra..." Ucap Zahra bangga.
Zahra segera membuka seragam sekolahNya. Ia pun segera membersihkan tubuhNya di dalam kamar mandi. Melepaskan semua lelah, kegusaran dan semua masalah Nya termasuk keringat yang membasahi tubuhNya selama 6 jam dibawah guyuran air dingin. Menghilangkan semua kepenatan dikepala Nya. Dan kerumitan hidupNya selama ini.
Zahra pun sempat berpikir, andai keluargaNya seramah air ini. Yang sifatNya menenangkan dan menenteramkan jiwa. Mungkin, Ia bisa melewati hari hari keras Nya dengan mudah. Namun sayang, keluargaNya jauh dari kata ramah bagiNya. Bahkan keluarga Nya lebih keras dari kerasNya kehidupan Zahra.
Setelah selesai mandi, Zahra pun menggunakan pakaian tidur dengan gambar teddy bear Nya. Dengan warna merah yang lebih mendominasi dipakaianNya.
Dilirik Nya jam dinding kamarNya. Sudah menunjukkan pukul 19.33.
"Kok Gue gak sadar yah ini udah malem. Keasyikan mandi kale ya.." UcapNya menjawab pertanyaan Nya sendiri.
Tiba tiba ponsel Zahra bergetar, menandakan ada pesan masuk. Zahra pun bergerak mengambil ponsel Nya dan membuka pasan tersebut.
From:fia
Zahra, clubing yok. Sepi nih di rumah gak ada Orang
"Clubing yah" Ucap zahra berpikir.
"Hhmm...
Ok juga. Lagi pula Umi dan Abi pergi ke pengajian Paman. Sedangkan, Kak Razi dan Kak Annisa lagi mengurusi kepanitiaan untuk acara bazar besok." Senyum Zahra mengembang.
"Asyik, Gue bebas malam ini. Ikut aja ah, kan Gue juga manusia kali. Butuh hiburan juga."
Zahra pun mulai mengotak atik ponselNya. Menulis pesan untuk saudara seperjuangan.
To:Fia
Gue ikut. Tapi mobil Gue dibawa ama Orang tua Gue. Sedangkan motor Gue juga lagi di pake ama Kak Razi dan Kak Annisa. So, Loe jemput Gue yah. Gue tunggu.
Jari lentikNya pun bergerak untuk menekan kalimat. Send.
Sambil menunggu balasan dari Fia, Zahra menyempatkan diri mengganti pakaianNya dengan sweter biru laut dan dengan celana jins sepaha. RambutNya yang hitam lebat pun Ia sengaja biarkan tergerai. Dilirik Nya ponselNya. Belum ada balasan dari Fia.
"Tu Anak niat gak sih, ngajak Gue clubing." Gerutu Zahra.
Tiba tiba terdengar klakson motor dari luar rumahNya.
Zahra bergegas keluar rumahNya untuk melihat siapa sang pemilik motor.
"Zahra, et dah Loe lama banget sih dandan Nya. Udah kaya Mak Mak pergi kondangan aja." Protes Dewi.
"Apa? Loe bilang Gue Mak Mak? muke gila Loe, cewek cantik kaya incest gini Loe kira Emak Emak! bukan cuma otak Loe kali yang geser yah, tapi kaya Nya mata Loe juga geser deh." Kesal Zahra.
"Hahaha...omelan Loe udah kaya Emak Emak Ra, salut Gue." Ejek Fia.
"Jadi pergi gak sih." Emosi Zahra.
"Jadi dong, Emak. Yok.." Ajak Dewi.
"Emak Emak emang Gue Emak Loe apa? Hehhhh...kesel Gue lama lama.."
Zahra terlihat mengambil nafas berat, lalu membuangNya pelan.
Mata Zahra beralih ke motor matic yang dibawa Dewi. Seketika mataNya melongo. Shock dengan apa yang dilihat.
"Kita naik motor ini?" Tanya Zahra polos.
"Iyalah Ra, Kita naik motor. Ya kale Kita naik mobil, Orang jelas jelas didepan Loe ada motor." Jawab Fia santai.
"Iya lah bego ini namaNya motor. Anak TK pun tau ini motor." Ucap Zahra kesal.
"Lha Loe kan nanya Nya kita naik motor ini.gimana sih.." Kesal. Yah, Fia dan Dewi terlihat kesal dengan pertanyaan Zahra.
"Gak, maksud Gue itu Kita bonceng tiga?" Tanya Zahra bego.
"Iya." Jawab Fia enteng.
"Oh." Jawab Zahra datar.
"Ya udah buruan naik, nanti keburu Orang tua Loe pulang."
Zahra dan Fia langsung mengangguk paham. Mereka pun pergi dengan motor matic modal pinjaman dari pacar Dewi.
Setelah sampai didepan club, Zahra, Fia dan Dewi segera memasuki club. Terdengar hingar bingar musik yang sangat menyenangkan bagi kalangan remaja jaman sekarang. Fia dan Dewi sudah memasang tampang sok imut Mereka, yang sudah dihiasi dengan senyuman semanis mungkin.
"Hahaha...cabe." Ucap Seorang lelaki menunjuk Fia. Seketika senyum Fia langsung hilang.
"Emang itu cowok tau ya kalo Kita kesini bonceng tiga?" Tanya Fia bingung.
"Emang kenapa?" Tanya Dewi.
"Soalnya tu cowok nunjuk Kita bilang cabe.." Jawab Fia polos.
"Et dah, bukan Kita kali yang di tunjuk tu cowok! tapi Loe doang Fia!. Loe di rumah abis makan apa sih..?" Tanya Zahra.
"Gue di rumah tadi abis makan ayam balado, enak banget lho Ra. Kenapa? Loe mau juga?." Tanya Fia.
"Ayam balado?. Gak. Gue kagak minat."
"Trus, kenapa Loe nanya.."
Zahra memutar bola mataNya jengkel. Ini Anak kok gak ada peka peka Nya yah. Perasaan, kalo urusan penampilan Dia yang pertama paling peka.
"Itu di gigi Loe ada cabe." Jawab Zahra santai.
"What? cabe? di gigi Gue?" Teriak Fia histeris.
"Kok Loe kagak bilang dari tadi sih? kan image Gue hilang Ra!"
"Loe gak nanya."
"Ya kale pikiran Gue kesana Ra, Loe kan tinggal bilang 'Fia, di gigi Loe ada cabe.' Gitu kek, jadinya kan Gue kagak malu." Ucap Fia jengkel.
"Loe kan udah bia..."
"Udah napa sih. Pada niat santai gak? kalo niat ayo Kita masuk. Kalo gak, ya Kita pulang. Malu tau dilihat ama Orang terus." Lerai Dewi dongkol.
"Jadi dong." ucap Zahra dan Fia kompak.
"Ya udah kalo gitu, ayo Kita masuk.." Ucap Dewi berlalu.
Suara riuh para penghuni club sangat terdengar. Apalagi aroma minuman keras sangat tercium di indra penciuman Zahra.
"Minum Neng.." Tawar Seorang lelaki.
"Gak Mas, makasih." Tolak Zahra halus.
Walaupun terkenal sebagai ratu clubing. Namun, Zahra dan sahabatNya masih menghormati larangan Orang tua Mereka untuk tidak mengkonsumsi makanan seperti itu. Itulah yang membuat cowok cowok di sekolah Nya jatuh hati kepada Zahra.
"Eh tau gak, Gue lagi happy banget malam ini.." Ucap Fia girang.
"Happy kenapa? atau karena dibilang cabe yah ama cowok itu." Ucap Dewi menerka.
"Shit, enak aja Loe. Gue masih waras kali. Masa iya sih ada cowok nunjuk cabe di gigi Gue, Gue malah seneng. Yang ada Gue malu kali." Fia terlihat jengkel.
"Trus, apa yang ngebuat Loe jadi happy?" Zahra mulai angkat suara.
"Gue..Gue..Gue...happy..karena.."
"Iya, Loe happy karena apa Fia..?" Kali ini Dewi sudah tak sabaran.
"Gue ditembak ama Kak Alfi..." Histeris Fia.
"Haaaaa...serius Loe? bukanNya Kak Alfi pacaran ama Kak Yola yah, kok bisa.." Dewi terkejut dengan ucapan Fia.
"Ya bisa lah. Apa sih yang gak buat Fia."
"Tapi si Yola dikemanain?." Kali ini Zahra penasaran.
"Diputusin. Demi Gue." Ucap Fia enteng.
"Wah, keren Loe Fi. Pj dong." Dewi mulai girang.
"Ok."
"Yes."
"Tapi Loe yakin si Yola dan geng nya gak bakal nyari gara gara ke Loe Fi?" Raut Zahra khawatir.
"Gue gak tau Ra, tapi ya semoga aja gak." Harap Fia.
"Ya udah deh, mending Kita manfaatin malam yang langka ini buat Kita happy." Ucap Dewi.
Fia dan Zahra mengangguk kompak.
***
"Kamu habis kemana Ra? kok jam segini baru pulang?" Ucap Abi datar.
Zahra terkejut dan segera membalikkan badanNya mencari sumber suara. Zahra semakin terkejut dengan pemandangan didepan Nya. Abi Nya sedang berdiri dengan gelas yang berisi air ditangan Nya.
"Jawab Zahra! Kamu habis kemana!" Bentak Abi geram.
"Zah..ra..abis kerumah teman Bi." Ucap Zahra terbata.
Ekspresi wajah Abi Nya kini menjadi makin merah dan terlihat menahan amarah.
"Bohong! Abi tau Kamu bohong Zahra!."
"Dengan pakaian terbuka seperti ini, Kamu kira Abi gak tau Kamu kemana?!" Ucap Abi kesal.
Kini ekspresi Abi Nya bukan lagi memperlihatkan kemarahan. Namun kini sudah berubah menjadi sendu. Tatapan kasihan. Ya, Zahra benci tatapan itu. Tatapan yang memperlihatkan rasa belas kasihan kepada diriNya. Bukan tatapan ini yang Dia mau. Ia lebih suka Abi Nya memarahiNya dari pada memberikan tatapan itu.
"Maaf,Bi. Zahra tidur dulu." Ucap Zahra berlalu dari hadapan AbiNya. Saat menaiki tangga, dirasakanNya pipiNya memanas. Zahra merasa air mataNya akan tumpah. Namun, Ia tahan sekuat tenaga.
"Jangan lemah Zahra. Kuat Zahra. Kuat." Ucap Zahra menyemangati diriNya sendiri.
Sesampainya dikamar. Ia lepas kan tangisanNya. Segala sesak yang Ia rasakan, Zahra keluarkan pada malam itu. Sakit. Sakit yang Zahra rasakan malam ini semakin membuat dada Nya sesak.
Zahra pun tertidur dalam keadaan seperti itu. Berharap, hari esok adalah hari terbaik bagiNya.
***
gati diriNya sendiri.
Sesampainya dikamar. Ia lepas kan tangisanNya. Segala sesak yang Ia rasakan, Zahra keluarkan pada malam itu. Sakit. Sakit yang Zahra rasakan malam ini semakin membuat dada Nya sesak.
Zahra pun tertidur dalam keadaan seperti itu. Berharap, hari esok adalah hari terbaik bagiNya.
***
Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah
Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam