Read More >>"> Sekotor itukah Aku (Sebuah titik samar) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekotor itukah Aku
MENU
About Us  


Zahra P. O. V

Ini sudah satu minggu lamanya Aku berada di sini. Di tempat yang Ku benci, pada awalnya. 

Apa kah Aku menyukai tempat ini? 

Tidak, Aku tidak menyukai nya. Hanya saja, Aku belajar menerima kenyataan bahwa tempat Ku memang di sini. Aku tak mempunyai tempat lagi, selain tempat ini. Kemana Aku harus pulang? Ke rumah? Ke sekolah? Ke sahabat Ku? 

Hell, Mereka tidak akan pernah bisa menerima Ku lagi. Selain tempat ini, yah setidaknya Aku bersyukur. Bahwa Aku masih mempunyai tempat untuk kembali, setidaknya itu lebih baik. 

Yah, setidaknya itu lebih baik. 

"Zahra? Muknah Kamu mana? Ini sudah waktunya sholat magrib tau, nanti telat kena sangsi lho.. " Panggil seseorang. 

Yah, itu Dira. 

Gadis aneh yang tiba tiba merasuk menjadi orang yang  dekat dengan Ku. Tidak mengapa, setidaknya Ia peduli tentang Ku. Sejak satu minggu ini, Ia dan Marwah tak pernah lepas dari hari hari Ku. Mereka mengajari Ku cara berwudhu, sholat dan mengaji. Awalnya terasa aneh, karena Aku masih belum terbiasa. Akan tetapi bersama Mereka membuat Ku nyaman dan yah.. Aku tak menolak kehadiran Mereka. 

Bukan. 

Bukan berati Mereka menjadi sahabat atau teman Ku. 

Jangan salah paham, Mereka hanya kenalan Ku saja. 

Ya, sekedar kenalan Ku saja. 

"Ayo.. Mbak. " Ajak Marwah seraya bergelayut manja dilengan kanan Ku. Oh, astaga. Seminggu di sini membuat Ku benar benar bisa memahami sifat dan perilaku aslinya. Ia sangat manja. 

Kenapa? Bukan kah selama ini Dia bersikap sangat polos dan pemalu?

Yah, awalnya juga Aku tak menyangka. Tapi setelah seminggu atau 7 x 24 jam Aku bersama nya, membuat Ku menjadi takjub dan waw.. 

Marwah dan Dira ternyata sama saja, yah tentu Mereka sama perempuan. Aku pun tau. Tapi maksud Ku Mereka berdua mempunyai kebiasaan dan perilaku yang sama. Konyol dan aneh .

Oke, Aku mulai menyadarinya saat hari ketiga Aku berada di tempat ini. Ini terjadi saat malam hari, beberapa waktu setelah semua santri dan santriwati tidur. Saat itu Aku masih belum tidur. Katakanlah Aku tidak bisa tidur, itu mungkin karena Aku yang masih belum terbiasa. Maklumilah. 

Aku berkelana ke alam bawah sadar Ku, berkhayal. Kerjaan sampingan Ku selain mengeluh dan memaki di tempat ini. Hingga lamunan Ku tiba tiba terhenti setelah sebuah tangan yang tiba tiba memeluk Ku erat. 

Grab

Ah, ini tangan Marwah. 

Aku sempat tegang karena terlalu terkejut. 

Hell, Aku tidak norak. Maaf saja. 

Pelukan ini masih belum ada apa apa nya dengan pelukan yang sering Ku lakuka-lupakan. 

Oke, keintinya saja. Aku masih belum siap menerima pelukan dadakan dari Marwah. Bukan hal yang penting. 

Awalnya Aku pikir Dia hanya sedang bermimpi atau sedang mengigo. Tapi ternyata Aku salah. 

Tak lama setelah Ia memeluk Ku, Ia mulai mengatakan hal hal yang membuat Ku serasa ingin muntah. 

"Mbak Zahra cantik. " Aku diam. 

"Mbak Zahra semakin cantik dan manis saat tersenyum. " Aku masih diam. 

Ini membuat Ku merasa geli, karena Marwah mengatakan nya dengan berbisik ria. 

Aku berpikir maklum, mungkin Ia takut membangun kan yang lain. Yah, wajar. 

"Marwah makin suka sama Mbak Zahra. " Ucapnya berbisik tepat ditelinga Ku. 

What the hell? 

Aku gak salah dengar kan? 

Suka? 

Hahaha.. Hei, Zahra. Berpikirlah positif.

Ingat, itu tidak seperti yang Kamu pikirkan. 

Calm down Zahra. 

Calm.

Marwah bergerak semakin mengapit Ku, memeluk Ku erat. 

Aku sampai sampai harus menahan nafas karena saking eratnya pelukan Marwah .

"Aku ingin berkata jujur.. Tapi.. " Ia terdiam cukup lama. 

"Jangan marah yah Mbak, karena jujur perasaan ini tiba tiba muncul gitu aja di hati Marwah Mbak.. " Lanjutnya membuat Ku cengok. 

Hell, perasaan? 

Aku gak salah dengar kan? 
Iya, Aku yakin. 

Jelas jelas tadi Dia bilang mau jujur dengan perasaan yang tiba tiba muncul dihatinya. 

Shit, Aku gak salah ngomong kan? 

Iya deh, iya deh.. Pikiran Aku memang gila. 

Tapi, you know what? 

Siapa pun akan mikir macem macem kayak gini kalo berada diposisi Aku. 

Asli, Aku kok mau muntah yah? 

Yah, bayangin aja. Perasaan? 

Sesama jenis? 

Oh, double shit. 

Aku masih normal yah, walaupun baru baru kemarin Aku ditolak mentah mentah sama Si Dia-ah, lupakan. 
Tapi, bukan berati Aku harus berpasrah diri dengan membuat hubungan dengan mahluk sejenis. 

Anjir, tuh kan ini anak emang polos. Polos polos bangsat. 

Kan kesel jadinya, selama ini Dia mau deket sama Aku karena ada tujuan tersembunyi. Yang bangsat nya lagi ini tujuan tersembunyi sumpah demi apa bikin Aku muak plush pengen muntah. 

"Awalnya Marwah pikir ini hanya sekedar rasa nyaman biasa saja, sama seperti rasa nyaman Marwah ke teman yang lain. Tapi ternyata semua yang Marwah pikirkan salah, perasaan Marwah ke mbak itu.. "

BANGSAT!!! 

Aku udah gak kuat lagi, bodo amat lu mau ngomong apa.. Bodo amat. Yang penting Aku harus kabur dari tempat jahanam berwajah surga ini. Anjir sok puitis banget, bodo amatlah. Aku lagi serius, gak bercanda. 

"Marwah sayang seba-"

"Anjing, Loe belok yah?!" Teriak Ku spontan dan langsung berdiri menjauhi Marwah yang terlihat banget shocknya. 

Walaupun dalam gelap gelapan begini Aku masih bisa melihat ekspresi terkejut nya. 

Hebat kan? 

Iyalah, siapa lagi dong Zah-

Aish, fokus Zahra! Fokus! 

Tiba tiba lampu menyala, dan terlihat semua orang yang tertidur dikamar ini terbangun karena ulah Ku. 

Ah, shit. 

Ini kan salah nya Marwah, bukan Aku yah. 

"Mbak Zahra kena-"

"Sialan! " Umpat Ku kesal. 

Semua yang mendengar terlihat terkejut. 

"Loe selama ini gak normal! Loe ngedeketin Gue karena perasaan iblis Loe!! " Marah Ku. 

K. E. P. A. R. A. T

Emosi banget Aku gegara ini anak ngomong ngasal. 

"Zahra, Kamu ngomong apa sih?" Tanya Dira yang sudah memeluk Marwah. Sementara Marwah yang sudah dipeluk Dira menangis ria didalam pelukan nya. 

"Tanya sama teman Loe! Bukan nya sama Gue, bangsat." Umpat Ku semakin menjadi jadi. 

Dira menaikan alisnya heran, mungkin Ia masih dalam mood keterkejutan nya yang mendapati Ku masih mengumpat kasar. 

"Marwah, Kamu teh ngapain Zahra terus bisa marah seperti ini? " Tanya Kaila yang sudah terduduk di samping Marwah dan Dira. 

Bukan hanya Kaila dan Dira, bahkan hampir seluruh dari Mereka sudah mengitari Marwah. Berlomba lomba memberi pertanyaan.

Hell, ini seakan Mereka bersikap bahwa Aku lah yang salah. Ah, sialan.

"Marwah gak ngapa ngapain Mbak Zahra. Marwa-"

"Anjing, terus ungkapan yang loe utarakan ke gue tadi apa hah? " Sungut Ku memotong ucapan nya. Meminta penjelasan. 

Ku lihat Dira dan Kaila menarik nafas kasar, mendengus. 

"Astagafirullah.. Zahra. Jaga ucapan Kamu, sekalipun Kamu sedang marah akan tetapi tolong kontrol ucapan Kamu, jangan sampai Kamu mengumpat atau mengeluarkan kata kata kasar. Jika sampai petugas kedisiplinan mendengar atau mengetahuinya maka bukan hanya Kamu yang akan terkena imbasnya, melainkan Kita semua Zahra. " Jelas Kaila menerang kan peraturan tempat ini.

Aku membuang nafas kasar, gak pernah nanya juga. 

"Gue gak perduli, apa pun peraturan tempat bangsat ini gue gak perduli. Gue hanya mau pindah kamar atau kalo enggak gue mau keluar dari tempat jahanam menyerupai surga ini. Gue mau keluar. " Ucap Ku menegaskan keinginan Ku. Seketika Mereka semua menatap Ku horor. Termasuk Dira. Ia menatap Ku dengan tatapan yang.. Sulit Ku artikan. Mulai deh ini anak jadi aneh. 

"Ini tidak bisa dibiarkan, Kita harus selesai kan masalah ini secara damai. Jangan sampai melibatkan hal hal yang berbau kekerasan seperti ini. " Putus Dira bersuara yang langsung diangguki dan di setujui oleh Mereka semua. 

"Marwah, ungkapan yang dimaksud Zahra tadi apa? Bisa Kamu jelaskan? " Tanya Dira kepada Marwah hati hati .

Marwah mengernyitkan dahinya, bingung. 

"Aih, drama. " Suara Ku menyulut. 

Marwah menatap Ku tak tenang, terlihat jelas dipelupuk matanya sedang menahan tangisan nya . Itu terlihat jelas dimatanya. 

"Marwah benar benar minta maaf jika ucapan Marwah telah menyakiti Mbak Zahra, tapi jujur Mbak.. Marwah gak tau dengan ungkapan yang Mbak Zahra maksud.. " Ucap Marwah terdengar gemetar. 

Aku menatapnya jengah. 

"Jangan sok polos Loe di depan Gue, Loe gak bisa ngelak lagi. Gue udah tau wajah asli Loe dibalik topeng sok polos Loe. " Jawab Ku sengit. 

"Tapi Mar-"

"Loe bilang Loe suka ke Gue! Dan rasanya yang Loe alami ke Gue berbeda dengan Mereka! Lo-"

"Masyaa Allah.. Jadi Mbak Zahra dengar itu semua? " Potong Marwah terdengar ceria, kembali. Ia menatap Ku berbinar, tersirat bahwa Ia sedang bahagia. 

Apa apaan ini? 

Apa Ia berpikir jika Aku akan membalas perasaan nya? 

Oh, big no! 

Itu tidak akan terjadi , maaf saja.

"Iya,  Gue dengar. Semuanya. " Jawab Ku kesal. 

Mendengar jawaban Ku seketika membuat Marwah jadi tersenyum. Ia terlihat bahagia. 

Hell, ini seakan akan Ia sedang berpikir bahwa Aku akan memb-

"Mbak Zahra gak tidur dong? " Tanyanya sumringah. 

Apa apaan sih. 

"Ya.. I-ya.. Gue gak tidur. Bahkan semenjak Loe meluk Gue. " Jawab Ku gugup. 

"Mbak Zahra.. " Panggil Marwah ceria seraya memeluk tubuh Ku erat. Aneh, Aku bisa merasakan bahwa gadis ini sangat bahagia. Aku merasa lega. 

"Marwah sayang Mbak Zahra. " Ucapnya seraya mengeratkan pelukan nya ditubuh Ku. 

"Ehh.. " Respon Ku spontan. 

Semua yang melihat pun ikutan tersenyum, Mereka aneh. 

"Mbak Zahra adalah orang yang spesial untuk Marwah. Mbak Zahra adalah sosok kakak yang Marwah impikan. " Jelasnya membuat Ku cengok. 

Asli cengok. 

Bungkam. 

"Hah? " Ucap Ku spontan. 

"Iya, Mbak Zahra adalah sosok kakak yang selama ini Marwah tunggu. Boleh kan Marwah menganggap Mbak Zahra sebagai kakak? " Tanya nya meminta persetujuan. 

Shit! 

Double Shit! 

Jadi selama ini Aku salah paham? 

Hah? 

Ouh,keparat!

Dasar keparat! 

Kalo gini caranya kan Aku malu! Udah nuduh Marwah gak jelas ditambah Aku teriak teriak lagi sampai ngebuat semua orang bangun. 

Anjir, muka.. Oh.. Muka.. Kemana Ku sembunyikan diri Mu. 

"Mbak? " panggilnya lembut. 

"Maaf. " Kata ini langsung meluncur keluar dari bibir Ku. Rasa bersalah tiba tiba membuat hati Ku sesak. Merasuk kedalam nya sehingga membuat Ku menjadi kesal terhadap diri Ku sendiri. 

"Mbak Zahra.. Kena-"

"Tentu saja, Kau boleh menganggap Ku sebagai seseorang yang Kau anggap kakak. Aku tak marah. " Ucap Ku cepat memotong Ucapan nya. 

Senyum kebahagiaan langsung terbit diwajah polosnya. Oh, ini memang salah Ku. Mengambil keputusan tanpa mendengar kan dan mencari tahu kebenarannya. Ini adalah hal yang kesekian kali Aku lakukan, bahkan dul-lupakan.Masa lalu tak perlu di ingat bukan?

"Mbak Zahra.. " Ucapnya memanggil nama Ku seraya menangis. 

Tak ingin tinggal diam, Aku pun langsung membalas pelukan Marwah erat. Menyalurkan rasa bersalah Ku yang sempat menuduhnya dengan pikiran Ku yang tidak tidak. 

Ia terkejut, Aku bisa merasakan tubuhnya yang langsung menegang ketika Ku peluk. 

"Maaf, seharusnya Aku tak perlu berucap kasar. Seharusnya Aku tak perlu memaki Mu asal. Seharusnya semua yang terjadi tadi tak seharusnya terjadi. Maaf." Ucap Ku meminta maaf, tulus. Lama Ku menunggu responnya, Ia hanya mengangguk pelan didalam pelukan Ku. 

Dan itu adalah sebagian kecil dari ke anehan Marwah. 

Tapi tak apa, Aku suka caranya. Terlihat jujur dan tulus, setidaknya itulah yang Aku rasakan. 

Kini Aku dan Marwah serta beberapa teman kamar Ku telah sampai di depan masjid As-Sauqi. Masjid yang sudah beberapa hari ini Aku kunjungi dibeberapa waktu tertentu. 

Indah, seperti namanya. 

"Ayo Mbak.. " Ajak Marwah dan yang lain seraya memasuki Masjid. 

Aku dan yang lain langsung naik ke lantai dua. Yang memang diperuntukkan untuk Santriwati atau kaum perempuan. Mengingat lantai bawah telah dipenuhi oleh laki laki. 

Kami pun melaksanakan sholat magrib dengan tenang, yah walaupun Aku tidak bersungguh sungguh melakukan nya. Aku belum terlalu paham dengan bacaan bacaan sholat, yah jadi Aku melaksanakan dengan seadanya. Mengikuti kekurangan  Ku. 

Setelah selesai sholat, Kami pun langsung melaksanakan kegiatan rutin yang wajib dilakukan ditempat ini ketika selesai sholat magrib. Yaitu membaca sebuah kitab suci yang Kita semua sebut sebagai Al-Qur'an. Aku pernah mempelajari nya dirumah. Saat kecil. Namun, setelah beranjak dewasa Aku melupakan nya. Saat di sekolah juga Aku mempelajari nya, hanya saja Aku tidak terlalu perduli dengan semua itu. 

Aku tidak membuka Al-Qur'an seperti yang Marwah katakan. Akan tetapi Aku mendengarkan Marwah membacanya. Jangan tanya mengapa Aku melakukan ini, tentu saja jawabannya karena Aku telah lupa cara membaca Al-Qur'an. Bukan kah itu sudah lama. 

Waktu sholat isya pun akhirnya datang, Kami semua langsung melaksanakan sholat setelah muadzin mengumandangkan iqamah nya. 

Setelah menyelesaikan sholat sebanyak empat rakaat yang jujur terasa sangat berat untuk Ku laksanakan. Namun dengan penuh kesabaran akhirnya Aku bisa menyelesaikan nya. 

Kami semua turun ke lantai bawah menuju stand yang disediakan khusus untuk Kami semua. Yah, Stand makanan. Kami harus mengantri untuk mendapatkan jatah sepiring nasi dengan lauk yang tidak seberapa menurut Ku. Tapi mau dikata apa, Aku harus beradaptasi jika ingin masih hidup. 

Sedari tadi Aku mengantri, Aku merasa tidak nyaman. Aku merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang. Yah, aura nya sangat terasa. 

Aku melirik ke semua arah untuk mencari keberadaan orang tersebut, hingga Aku berhenti pada satu sosok. Ia sedang berdiri dibawah tempat yang tidak terkena cahaya. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya. Akan tetapi postur tubuhnya kembali mengingatkan kepada Alif.Laki laki yang amat sangat Ku rindukan. 

Lama Aku menatap orang tersebut lambat laun wajah orang tersebut semakin jelas dimata Ku.. Hingga pikiran Ku terdampar pada satu kesimpulan.. 

"Alif? " Gumam Ku tak percaya. 

Benar, itu jelas jelas adalah Alif. Aku tak mungkin salah lihat, Aku sangat mengenal postur tubuh dan wajah Alif.Aku sangat mengenalnya. Bahkan sampai saat ini pun Aku tidak bisa melupakan bayangan wajahnya dari pikiran Ku. 

Karena tak ingin kehilangan jejaknya, tanpa Ku sadari kaki Ku sudah melangkah bergerak maju ke tempat sosok tersebut. 

Semakin dekat Aku semakin bisa melihat wajahnya dengan jelas. 

Semakin dekat.. 

Semakin dekat.. 

Semakin dekat.. 

Ia semakin membuat Ku yakin bahwa Ia adal-

"Zahra.. " Panggil seseorang yang sudah menahan bahu Ku dari belakang membuat langkah Ku langsung terhenti. 

"Dira.. " Ucap Ku ketika mengetahui jika seseorang yang memanggil Ku adalah Dira. 

"Kenapa melamun, ayo.. Aku lapar. Ingin cepat cepat makan. " Ucap nya manja seraya menarik tangan Ku menjauh dari tempat itu. 

Aku berjalan mengikuti langkah Dira, sesekali Aku melirik kebelakang. Mencari sosok yang Ku harap adalah Alif. Tapi nyata nya sosok itu telah pergi. Hilang entah kemana. 

Aku menghela nafas, mungkin hanya ilusi Ku saja. Benar ini mungkin ilusi Ku saja. 

                            ***

Aku masih mengingatnya, walaupun tidak jelas. Akan tetapi sorot mata dan postur tubuhnya sangatlah menggambar Alif. Aku yakin namun juga meragu. 

"Kamu belum tidur Zahra? " Tanya Dira yang sudah terbaring di samping kanan Ku. 

Aku mengangguk pelan. 

"Aku masih belum mengantuk. " Jawab Ku jujur. 

Ia mengangguk mengerti dan bergerak turun dari kasurnya, menatap Ku intens setelah itu tersenyum lembut. 

Selalu saja begini. Aneh bukan.

Ia selalu memperlihatkan ekspresi yang sangat sulit Ku tebak, Dia aneh. 

"Aku mau ke kamar mandi, apa Kau mau ikut? " Tanya nya ramah kepada Ku.

Aku menggeleng. 

"Baiklah, Aku keluar dulu.. Assalamualaikum.. " Pamit nya memberikan salam seraya beranjak keluar dari kamar.

"Wa.. Waalaikumussalam.. " Jawab Ku bergumam menjawab salamnya. Canggung. 

"Gus Fansyah..!!! " Teriak gadis yang Ku ketahui bernama Siti sambil berlari heboh ke arah kamar. 

Semua yang mendengar sontak langsung menghentikan kegiatan Mereka dan beralih ke Siti yang sedang menghirup nafas memburu.

"Gus Fansyah? Ada apa dengan gus Fansyah? " Kejar Kaila merespon Siti yang masih mengumpulkan tenaganya. 

Aku memilih diam, tak ingin ikut campur. Lebih baik mendengar kan percakapan Mereka, karena sejujurnya Aku tak tau siapa gus Fansyah. Artis kah? 

"Gus Fansyah.. " Suara Siti pelan. 

Semua terdiam menunggu sambungan dari ucapan Siti yang sengaja digantung. 

"Ayo Siti.. Jangan membuat Kami khawatir ." Protes Vina dengan wajah cemberut nya. 

"Siti jangan terlalu berbelit belit dong. " Protes Tia dan Ifa secara bersamaan. 

Aku menggeleng kepala tak percaya, gadis kota dengan pondok pesantren ternyata sama saja. Apalagi jika bersangkutan dengan mahluk yang berjenis laki laki. 

"Gus Fansyah memutuskan untuk kembali ke pondok pesantren dan berhenti bertugas di kota.. " Ucap Siti heboh yang langsung direspon lebih heboh lagi oleh yang lain. 

Ck, jadi gus Fansyah bukan artis toh. 

"Kamu tau darimana,Siti?" Tanya Kaila tak sabaran sambil mengguncang tubuh Siti antusias. 

"Ketua kedisiplinan, Mbak Nabila yang ngomong langsung ke petugas kedisiplinan yang lain.. Mereka semua bahkan ingin mengadakan acara syukuran kelulusan gus Fansyah di Mesir kemarin.. Akan tetapi gus Fansyah masih belum menyetujui nya, mengingat Ia masih mengurus kepindahannya dari kota ke pondok pesantren. " Jelas Siti dengan mata berbinar binar. 

Oh, jadi gus Fansyah itu lulusan Mesir? Kok Aku jadi teringat Alif yah..Alif kan juga lulusan Mesir. Eh, kan yang sekolah di Mesir bukan hanya Alif. Tapi banyak. 

"Alhamdulillah.. Ada peluang. " Ucap Vina bersyukur yang langsung disambut ejekan dan sorakan oleh yang lain.

Selang beberapa menit, Marwah masuk dengan Dira yang mengekornya dari belakang. 

Setelah sampai didepan Ku, Mereka berdua langsung mendudukan dirinya di samping ranjang Ku. 

"Gus Fansyah itu siapa? " Tanya Ku memulai percakapan. 

Tampak Dira memperlihatkan ekspresi aneh nya lagi, sudah biasa. 

Marwah hanya mengangguk anggukan kepalanya. 

"Gus Fansyah adalah anak pemilik pondok pesantren ini Mbak." Jelas Marwah Membuat Ku semakin penasaran. 

"Tapi kenapa berita kepulangan nya sangat ramai dibicarakan? Bahkan Mereka terang terangan memuja keberadaan laki laki itu?" Tanya Ku terdengar polos. 

Marwah membuka mulutnya, namun belum sempat mengucapkan kata kata nya,  Dira langsung mengeluarkan jawaban nya.  

"Gus Fansyah adalah laki laki yang cerdas dan berwibawa, Ia sangat mewarisi sifat Abinya.Selain itu juga gus Fansyah adalah laki laki yang menjadi incaran para gadis, karena sosoknya yang tampan dan tegas menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum wanita. Jadi tak heran, berita kepulangan nya sangat disambut hangat oleh pihak pondok pesantren.. Tak terkecuali para Santriwati. " Jelas Dira dengan bangga nya. Aku mengangguk paham, mengerti dengan penjelasan Dira. Namun Aku sedikit bingung, ini mungkin hanya perasaan Ku saja atau apa. Tapi yang pasti saat Dira mengakhiri penjelasan nya, Aku seperti melihat Ia tersenyum tipis.Mungkin bisa dibilang lebih kepada seringaian. 

Ah, Dia kan gadis yang aneh. Seharusnya Aku tak perlu heran dengan ekspresi nya. 

"Apa Mbak Zahra juga ingin berkompetisi? " Tanya Marwah menatap Ku polos. 

Berkompetisi? 

Apa apaan ini. 

"Maksudnya? " Tanya Ku tak mengerti. 

"Ikut andil mencari perhatian gus Fansyah. " Jelas Dira menjawab kebingungan Ku. 

Aku mengangguk paham. 

Dan berakhir menggeleng .

Mana mungkin diri Ku yang kotor lagi hina ini bersanding dengan laki laki seperti Ia. Pasti diri Ku sudah dicoret dari daftar wanita tipenya. 

Ia tak akan mungkin melihat wanita seperti Ku. Jangan kan melihat, melirik saja rasanya mustahil. Apa lagi yang mengejar nya bukan hanya beberapa orang saja, melainkan hampir semua santriwati mengincar nya. Bersaing denga Mereka membuat Ku kalah telak, Aku tak seperti Mereka. Bisa sholat dan mengaji. Aku pun bahkan mempunyai masa lalu yang kelam, di buang dengan paksa ke tempat ini oleh Mereka yang Ku sebut sebagai keluarga. 

Miris bukan? 

Jadi, secara garis besar Aku tak akan ikut campur. Apa lagi masalah cinta, cukup sudah Aku terjatuh. Aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Bertepuk sebelah tangan itu, sakit. 

"Zahra? " Panggil Dira membuyarkan lamunan Ku. Menarik Ku dari alam abstrak Ku. 

"Aku baik.. " Ucap Ku lembut. 

Lalu bergerak mengambil selimut yang terlipat manis. Setelah badan Ku hampir tertutupi selimut, Aku membaring kan tubuh Ku pelan. Rasanya lelah memikirkan hal hal yang seharusnya tak perlu Ku pikirkan. 

"Selamat tidur. " Putus Ku seraya memejam kan mata Ku. 

Ku rasakan ranjang Ku kembali seperti semula, mungkin Mereka telah pergi. 

Namun, selang beberapa menit kemudian Ku rasakan sapuan hangat dipuncak kepala Ku lembut. 

"Aku tau Kau tak sedang baik baik saja.. Selamat tidur. " Ucap nya terdengar sendu. Yah, lagi lagi Dira bersikap aneh. 

Dan kali ini Aku benar benar dibuatnya bingung, mengapa Ia bersikap seakan akan tau Aku. Seakan akan Ia mengetahui kehidupan Ku. 

Dira, siapa Kamu sebenarnya? 

Dan Aku pun benar benar terlelap. 

BERSAMBUNG... 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • HernawatiL1l1

    Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah

    Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam
  • Kailalutfia

    Kok gak di sambung ?

    Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam
Similar Tags
Meja Makan dan Piring Kaca
44309      6279     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Renjana: Part of the Love Series
185      151     0     
Romance
Walau kamu tak seindah senja yang selalu kutunggu, dan tidak juga seindah matahari terbit yang selalu ku damba. Namun hangatnya percakapan singkat yang kamu buat begitu menyenangkan bila kuingat. Kini, tak perlu kamu mengetuk pintu untuk masuk dan menjadi bagian dari hidupku. Karena menit demi menit yang aku lewati ada kamu dalam kedua retinaku.
#SedikitCemasBanyakRindunya
2781      1009     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
PUBER
1674      679     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Phased
4999      1569     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
Ti Amo
456      252     2     
Romance
“Je t’aime, Irish...” “Apa ini lelucon?” Irish Adena pertama kali bertemu dengan Mario Kenids di lapangan saat masa orientasi sekolah pada bulan Juli sekitar dua tahun yang lalu. Gadis itu menyukainya. Irish kembali bertemu dengan Mario di bulan Agustus tahun kemudian di sebuah lorong sekolah saat di mana mereka kembali mencari teman baru. Gadis itu masih menyukainya. Kenyataannya...
Ending
4363      1161     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
8832      1859     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
RISA (Adik Abang Tersayang)
891      496     5     
Short Story
Abang hidup dalam bayang Risa.
IMAGINE
321      219     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.