Devon melompat dari ranjang yang ditumpanginya selama sebulan ini di kamar kost Revi saat mendengar penuturan dari pihak kepolisian di seberang telepon. Si empu kasur alias Revi sedang berkutat dengan laptop di bawah ranjang, mengernyit heran.
“Baik, Pak. Terima kasih.” Tutup Devon yang duduk membungkuk di pinggir ranjang dengan kedua tangan yang menopang ke lututnya. “Amore Karaoke bisa kembali beroperasi.”
Revi menganga, seketika melupakan tugas penelitiannya yang membuatnya pusing seminggu ini. “Yang benar? Tadi telpon dari polisi?” Revi mengelus dadanya lega lalu menyandarkn punggung ke ranjang. “Gue udah was-was aja kita bakal ditahan.”
“Kita langsung berangkat, lo telpon Taki, pulsa gue habis.”
Revi mencibir kesal sambil melemparkan bantal ke Devon yang hendak pergi ke kamar mandi. “Boke banget, sih, lo!”
Setengah jam kemudian, Revi dan Devon yang disusul Taki kembali menginjakkan kaki di ruang tunggu Amore Karaoke. Tak lama Ola, Ambar dan Cecil berdatangan dengan raut bahagia dan penuh syukur. Hingga mereka selesai rapat merumuskan rencana mereka selanjutnya untuk memulihkan citra Amore Karaoke, tanda-tanda kemunculan Mora tidak terdeteksi. Ola, Ambar, Cecil mencoba menghubungi bergantian, tapi yang menjawab lagi-lagi hanyalah suara operator.
“Loh?” Cecil yang sibuk mengurusi media sosial Amore Karaoke tertegun heran. Dipastikan lagi berulang kali, sesuatu yang membuatnya heran semakin memancing rasa penasaran.
“Ada apa, Cil?” Tanya Ola.
“Komentar-komentarnya hilang dan postingan negatif tentang Amore Karaoke juga nggak ada.”
Taki yang mendengar itu langsung mengambil ponsel pintarnya di saku jeans dan mulai bertanya pada Google. Dan benar saja, artikel yang menyiarkan tentang Amore Karaoke tak ditemukan satu pun. Mesin pencari itu hanya menampilkan seputar media sosial Amore Karaoke.
“Emang pihak polisi juga sampe ngehapusin berita-berita itu?” Tanya Revi, kepalanya menunduk ikut mengamati halaman google di layar ponsel Taki.
“Nggak tahu. Udahlah..sekarang kita bahas gimana caranya mencari dana tambahan buat renovasi ulang gedung.” Jawab Devon
“Gila! Hasil kerja gue ngecat itu seharian dirusakin gitu aja. Ngeri banget orang-orang zaman sekarang.” Keluh Revi sambil melangkah ke seberang, ke sofa biru. Ambar yang baru datang setelah dari kamar mandi memaku sejenak di tempat. Bingung menempatkan dirinya di mana karena empat kursi besi itu telah ditempati oleh Taki, Devon Ola, dan Cecil. Sisanya di sofa biru hanya ada Revi di sana.
Revi berpura-pura tak menyadari perubahan raut Ambar yang menggemaskan itu. Cewek itu tampak malu-malu menuju ke arahnya lalu terduduk di sampingnya. Iseng, Revi sedikit mendekatkan kepalanya ke arah Ambar lalu berbisik. “Muka lo kebanyakan blush on ya?”
Ambar yang tergagap malah mengusap wajahnya yang membuat Revi semakin gemas karena cewek itu rupanya tidak mengerti sama sekali.
“Gue punya usul.” Suara berat Taki memutuskan niat Revi untuk menggoda Ambar lebih kentara. Ambar menghela napas lega saat Revi kembali ke posisi semula.
Taki menggeer-geser layar ponselnya lalu menunjukkan pada Devon dan Revi bergantian, tak lama Ambar juga yang memang sudah bergabung dengan The Soul membaca fyler yang berisi informasi tentang pencarian band lokal untuk mengisi sebuah acara mewah.
“The Song Karaoke? Itu bukannya..” Ucap Ambar ragu.
“Iya, tempat karaoke di ujung jalan sana. Mereka mau buka cabang yang lebih besar di daerah Braga.”
“Jadi bintang tamu di sana, bukan dari kalangan artis? Tapi dari band lokal hasil audisi?” Tanya Devon memastikan.
Taki mengangguk yakin, tapi tampangnya ragu karena Devon langsung membuka muka. Tak suka bila mereka harus bergantung pada pemilik tempat karaoke itu untuk mendapatkan uang.
“Kita coba, Dev. Ini jalan satu-satunya. Hadiahnya lumayan besar, kita juga dapat honor. Dana kita menipis.”
Devon melerai tangan Taki yang hendak menepuk bahunya. Sudah jelas dia menolak usulan itu. “Kita cari cara lain. Jangan anggap waktu kita sedikit untuk membangun ini. Waktu kita masih banyak ko.”
“Kalau kalian punya bakat kenapa nggak dimanfaatkan.” Ujar Ola. “Mau bilang bisa mencari uang di tempat lain? Nggak bisa begitu, Von. Ada kesempatan besar di depan mata, yang bisa jadi itu milik kalian.”
“Permisi..” Sapaan rendah bernada anggun itu menyelinap ke ajang yang berlangsung ke tahap perdebatan. Semua mata tertuju pada sosok berbalut dress hitam panjang berleher rendah, dengan syal berbulu coklat bertengger di sekitaran leher. Di samping wanita itu berdiri dua laki-laki berbadan tegap, berjas hitam yang langsung dikenali Taki.
“Ada apa?” Tanya Devon ketus, satu-satunya orang yang langsung mengenali siapa wanita itu. Cecil yang sempat melihat di media sosial pun harus berpikir sejenak sebelum akhirnya menyadari, itu adalah si Nenek lampir.
“Saya ingin membantu kalian. Ada sebuah penawaran. Sebaiknya kalian harus menerima karena kami telah membantu membebaskan pencekalan terhadap Amore Karaoke.”
***
fresh banget ceritanya hehe. ditunggu kelanjutannya ya :)
Comment on chapter Chapter 1