Loading...
Logo TinLit
Read Story - AMORE KARAOKE
MENU
About Us  

Mora segera beranjak dari hadapan Papi setelah mengantar Mami dan Mona menjenguk. Mami menahan tangannya, memintanya untuk duduk, tapi titah itu ditolaknya dengan gelengan halus. “Mora haus, Ma, di depan kebetulan ada tukang es kelapa muda. Nanti Mora bungkus juga buat Mami dan Mona.”

Papi yang berbalut dalam pakaian tahanan memangku Mona yang sibuk dengan boneka favoritya. Tatapan dari mata lelah Papi mengusik hati Mora, seakan ada sengatan listrik yang memancingnya mengeluarkan air mata. Mora memejamkan mata, menahannya mati-matian. Dia tidak ingin menangis. Dia benci itu. Di keluarga ini hanya dirinya yang harus bertahan dengan senyuman lebar dan mata yang tetap tegar menahan tangis. Jangan sampai dia terlarut dalam tangis seperti Mami yang menitikkan air mata setiap malam dan Mona yang menangis meraung-raung karena kangen Papi yang hanya bisa dijumpai setengah hari. Kini, hanya dia penguat dalam keluarga ini. Dia harus berdiri meskipun kakinya penuh dengan luka. Punggungnya harus tegak berdiri meskipun dipenuhi lubang yang mengucurkan darah. Dan yang paling sulit dilakukan, bibirnya harus tetap melemparkan senyum meskipun di baliknya bibirnya merintihkan rasa sakit.

Mora cepat berbalik demi menghindari munculnya sengatan di matanya. Hanya dibalasnya dengan senyuman saat Papi memanggilnya. Berbahaya berlama-lama di depan Papi, yang penting Papi tahu dirinya selalu mendukung Papi.

“Mang, bikin satu ya.” Pesan Mora sambil terduduk di kursi plastik yang telah disediakan. Tidak sampai satu menit si Mang  menyodorkan gelas besar dan tinggi berisi es kelapa muda berbarengan dengan munculnya seseorang yang terduduk di samping Mora. Hal pertama yang Mora lihat dari sosok di sampingnya yaitu wedges merah yang tak asing itu. Demi memenuhi rasa penasarannya, perlahan dari bawah hingga atas ditatapnya sosok perempuan itu.

Si Nenek lampir tersenyum lebar lalu melepaskan kacamatanya, demi mengingatkan Mora akan dirinya. Kali ini dengan midi dress hitam di bawah lutut membalut tubuh langsingnya dan tak luput syal hitam berbulu melingkari lehernya.

Mora mengernyit. Menatap heran Si Nenek lampir yang mendadak duduk di warung pinggir jalan dengan pakaian yang pantasnya dikenakan saat makan di restaurant mewah.

“Mora, kan?”

Mora menciptakan jarak dengan sedikit mengangkat kursi plastik. “Ada apa?”

“Bisa kita bicara di tempat lain?” Tanyanya, tak nyaman ditatap oleh penikmat es kelapa muda yang baru datang.

Mora menahan tawa melihat raut mengkhawatirkan itu. Jemari lentik dan bersih yang dihiasi cincin berlian si Nenek lampir mengipas-ngipas sekitar lehernya, tak kuasa berlama-lama duduk di pinggir jalan yang panas dan penuh asap kendaraan.

“Nggak bisa. Saya lagi pengen banget es kelapa muda. Lagian sayang belum juga saya nikmati masa harus dibalikin lagi.”

“Kita ngobrol di sekitar kantor polisi aja dan sekalian bawa gelasnya.”

Mora mengangkat bahu lalu mulai melahap parutan daging kelapa muda. Berlagak seakan di sampingnya tak ada orang yang berharap untuk mengajaknya mengobrol. Hingga air es kelapa muda telah habis setengahnya, si Nenek lampir masih kuat menahan diri berada di tempat yang tidak semestinya. Dipandanginya terus Mora dari samping berharap dapat memutuskan nafsu Mora yang asyik menikmati es kelapa muda.

Mora menyadari. Bagaimana pun si Nenek lampir itu seseorang yang lebih tua darinya bahkan mungkin seumuran Mami. Demi kesopanan, dia mengangkat tangan, memangil si Mang lalu memesan satu gelas lagi es kelapa muda.

“Buat Tante. Tante pasti tergoda kan lihat segarnya es kelapa muda di siang panas gini.”

Si Nenek lampir mengernyit sebal. “Tante?”

Mora mengangguk sambil mengelap bibirnya yang basah. “Terus manggil apa? Ne—” Nyaris saja sebutan itu terlontar. Tak peduli, diteruskan kembali melahap parutan daging kelapa muda. “Jadi ada apa? Mau tanya tentang Amore Karaoke?”

Si Nenek lampir mengerjap saat tiba-tiba si Mang menyodorkan segelas es kelapa muda. Sesaat dia hanya bergeming menatatp buliran air dingin itu, lalu menatap si Mang dan Mora bergantian. Mora menggerakkan dagu, memintanya untuk cepat menerima pesanan itu. Si Nenek lampir tak berminat menikmati itu, hanya digenggamnya gelas tinggi besar itu dalam tangan kirinya lalu sedikit mencodongkan tubuhnya ke arah Mora sambil menyodorkan tangan kanan. “Saya Lolina Wastari. Panggil saja Loli. Saya tidak suka ada embel-embel tante di depan nama saya.”

So, ada apa pesaing bisnis saya tiba-tiba mendekati?”

Loli tersenyum. Melihat senyuman tipis itu perlahan mengikis rasa kesal Mora saat perempuan modis itu seenaknya masuk ke Amore Karaoke dan menjelek-jelekkan warisan kakeknya.

“Saya ingin menawarankan kamu sesuatu.”

Mendengar itu, es kelapa muda mulai dicampakaan. “Apa?”

“Saya tahu tempat karaoke kalian lagi kena masalah. Saya akan membantu tapi dengan satu syarat.”

“Apa?” Tanya Mora dengan penuh heran.

Loli membalas dendam. Dia tidak serta merta menjawab, tapi malah menyedot air es kelapa muda lalu tanpa malu dengan gaya pakaiannya yang anggun, dilahapnya daging kelapa muda seperti orang tak pernah bertemu makanan bertahun-tahun. “Harusnya hari ini jadwal diet saya. Tapi gara-gara lihat kamu, perut saya nyerah untuk menahan.” Ucapnya dengan mulut yang penuh dengan serutan daging.

Mora tersenyum miris. Sungguh di balik tubuh langsing itu menyimpan cerita menahan lapar seharian. Mora membiarkan Loli menikmati es kelapa muda yang mungkin dinikmatinya setiap setahun sekali, atau mungkin ini pertama kalinya dalam hidupnya menikamati minuman dawegan itu.

“Jadi penawaran apa?” Tanya Mora setelah membiarkan Loli menghabiskan lebih dari setengah isi gelasnya.

“Bergabung dengan perusahaan saya.” Jawabnya enteng, sesantai dia menikmati minumannya.

Beruntung Mora tidak dalam keadaan menikmati minumannya. Hanya nyaris tangannya yang licin meluncurkan gelas besar itu. “Hah? Maksudnya?”

Join dengan grup keluaraga kami. Kami akan berinvestasi di sana. Membiayai semua kebutuhan Amore Karaoke, mempromosikan bisnis kalian, terutama menyelesaikan masalah yang menimpa Amore Karaoke. Dan rencananya bila kalian menerima kita akan membuka cabang di—”

Hentakan kaki yang cukup mengagetkan Loli dan menyela cerocosannya mengundang perhatian pelanggan di warung itu. Mora menyimpan gelas itu di dekat kaki kursi lalu berdiri menghampiri si Mang untuk membayar dua pesanannya.

“Maaf, kekayaan dan kekuasaan anda tidak dapat segampang itu memiliki kami.”Tegasnya lalu hengkang dengan langkah lebar menuju area kantor polisi.

“Loh?” Loli bergegas mengejar setelah menyimpan gelas. Meskipun dengan wedges yang tingginya sekitar tujuh sentimeter, dia  mampu melangkah cepat dan berhasil menyusul Mora. “Kami kan berinvestasi di tempat bisnis kamu.”

“Apa tujuan anda  sebenarnya? Mengapa tempat kecil kami? Banyak tempat karaoke yang lebih terkenal, yang tentu akan lebih memudahkan kalian. Apalagi tempat kami sedang tertimpa masalah.”

“Lebih baik membantu yang kecil karena kami akan lebih mudah mengurusnya.”

Mora mendengus. “Maksudnya mudah membodohi kami? Kami tahu ya aksi plagiat tempat karaoke kalian.”

Kedua tangan Loli terlipat di dada. Bahunya berguncang karena mendadak dia tergelak. “Kalian harus cari tahu dulu kebenarannya. Sebenarnya Kakek Hasan yang membuatkan desain salah satu romm The Song Karaoke, lalu dia tertarik juga ingin menerapka desain itu di Amore Karaoke. Dia sungguh baik, dia meminta izin juga ke saya. Ya tentu saya mengizinka karena itu karyanya. Dan setelah melihat desain room di laptop kalian saat saya ke sana tempo hari itu, saya mulai tertarik. Apalagi menurut orang kepercayaan saya yang saya perintahkan untuk mengamati kalian, kalian bertujuh sangat kompak dan bersemangat membangun tempat itu.”

“Hanya karena alasan itu?” Mora menggeleng tegas. “Nggak bisa. Karena akhirnya kalian perlahan-lahan akan mencoba mengambil alih Amore Karaoke.”

Loli maju selangkah lebih lebar ketika Mora mulai berbalik. “Apa kamu bakal bertahan dengan Amore Karaoke yang statusnya nggak jelas, di saat keadaan ekonomi keluarga kamu memburuk? Saya yakin ada sisi egois juga di hatimu, bagaimana bila kami juga membantu ayah kamu?”

Berhasil, Mora terpancing untuk berhenti dan membalikkan badan, membuat Loli tersenyum lebar dan kian percaya diri bahwa penawarannya tidak akan ditolak. Meskipun seseorang sangat menjunjung tinggi kesetiaan pada kelompoknya, tapi bila ada sesuatu yang nyaris membunuh orang itu, keegoisan pasti akan memenangkannya. Karena manusia tidaklah sempurana.

“Setuju?”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    fresh banget ceritanya hehe. ditunggu kelanjutannya ya :)

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Teman
1427      666     2     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?
Love Escape
10183      1945     3     
Romance
Konflik seorang wanita berstatus janda dengan keluarga dan masa lalunya. Masih adakah harapan untuk ia mengejar mimpi dan masa depannya?
Parloha
10604      2516     3     
Humor
Darmawan Purba harus menghapus jejak mayat yang kepalanya pecah berantakan di kedai, dalam waktu kurang dari tujuh jam.
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
ALUSI
9575      2282     3     
Romance
Banyak orang memberikan identitas "bodoh" pada orang-orang yang rela tidak dicintai balik oleh orang yang mereka cintai. Jika seperti itu adanya lalu, identitas macam apa yang cocok untuk seseorang seperti Nhaya yang tidak hanya rela tidak dicintai, tetapi juga harus berjuang menghidupi orang yang ia cintai? Goblok? Idiot?! Gila?! Pada nyatanya ada banyak alur aneh tentang cinta yang t...
About us
31697      3078     3     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...
Tuhan, Inikah Cita-Citaku ?
4164      1710     9     
Inspirational
Kadang kita bingung menghadapi hidup ini, bukan karena banyak masalah saja, namun lebih dari itu sebenarnya apa tujuan Tuhan membuat semua ini ?
Kama Labda
546      341     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
The War Galaxy
12885      2621     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
You Are The Reason
2250      921     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...