Tepat jam setengah tujuh pagi, dua lelaki itu menerobos kerumunan media yang sibuk memotret lokasi kejadian. Ada beberapa tim forensik yang mencoba memeriksa jasad. Hyun-Shik menunjukkan kartu identitas palsunya pada penjaga, lalu diantarkan menuju tempat kematian Kyung-Ju. Tubuh Lee Kyung-Ju duduk di sudut ruangan dengan tangan kanan terbuka ke atas, sedangkan tangan kirinya berada di atas lutut. Matanya tertutup dan terdapat sayatan di pergelangan tangan kanan, serta di perutnya. Mendukung pernyataan bahwa Lee Kyung-Ju mengakhiri hidupnya sendiri. Juga bekas usapan darah di bawah matanya.
Hyun-Shik dan Jung-Im meminta izin pada tim forensik untuk mengecek kondisinya lebih detail. Ada beberapa luka lebam di beberapa area tubuhnya. Ketika berusaha mencari petunjuk lain, Hyun-Shik menemukan sebuah kertas yang terjatuh di dekat telapak tangan Lee Kyung-Ju. Ia mengambil kertas itu, tapi tidak ada tulisan apa pun. Aroma kertasnya berbau bahan kimia yang sering digunakan sebagai pesan rahasia yang dipahami oleh agen rahasia.
“Lakukan autopsi padanya,” ujar Hyun-Shik pada salah satu medis di dekatnya.
“Kenapa? Bukankah dia jelas-jelas bunuh diri? Kita tidak perlu melakukan autopsi pada orang yang mati bunuh diri.”
“Dia tidak bunuh diri, tapi dibunuh.”
“Apa maksudnya? Tidak ada yang bisa masuk ke tempat ini tanpa izin dan tidak ada celah untuk menyelinap ke tempat ini. Bagaimana dia bisa dibunuh?”
“Itu memang terdengar mustahil ketika memikirkannya lewat logika orang biasa. Kau benar, tempat ini tertutup dan hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang memiliki izin. Tapi ada beberapa tanda kalau dia memang dibunuh.”
“Tapi ada para sipir yang berjaga semalaman, mana mungkin mereka tidak mendengar suara pukulan atau teriakan?”
“Racun. Luka lebam itu bukan karena serangan pukulan, tapi karena racun di tubuhnya. Aku tidak bisa mendeteksi jenis racunnya, karena itu kita membutuhkan autopsi untuk tahu jenis racun dan bagaimana racun itu bekerja, lalu menangkap pelakunya,” jelas Hyun-Shik.
Para medis saling bertatapan sebelum akhirnya mengangguk. “Baiklah, kami akan lakukan autopsi.”
“Bisa kalian beritahu padaku hasilnya nanti?”
“Sebenarnya ini rahasia, tapi kenapa kau ingin mengetahuinya dan siapa kau? Kenapa bisa mengetahui hal seperti ini?”
Hyun-Shik mengeluarkan kartu identitasnya lagi dan menunjukkannya pada mereka. “Ketua Penyelidikan, Kim Hyun-Shik.”
***
“Whoaa!! Apa-apaan ini? Ketua Penyelidikan? Sepertinya kemampuanmu menyamar sudah menurun, ya? Harusnya kau menyamar sebagai profesi yang lebih kuat dari ini,” ujar Jung-Im sembari memperhatikan kertas nama Hyun-Shik.
“Tidak perlu jabatan tinggi untuk menyamar ke sana,” jawab Hyun-Shik sembari memerhatikan kertas kosong yang ia temukan tadi. Jemarinya menyentuh pinggiran kertas itu, lalu membakarnya dengan korek api. Perlahan kertas akan terbakar dan menyisakan sisa kertas yang utuh. “Malah mereka akan curiga ketika orang dengan jabatan tinggi turun ke lapangan untuk melakukan hal itu.”
“Apa kau menemukan sesuatu?” tanya Jung-Im ketika raut wajah Hyun-Shik berubah. Lelaki itu tampak berpikir keras dengan sisa bakaran kertas itu.
“J. Hanya itu huruf yang tertulis di sini.”
Hyun-Shik kembali mencerna kata-kata serta tindakan Kyung-Ju beberapa hari ini. Entah kenapa, firasatnya mengatakan kalau Kyung-Ju ingin mengatakan sesuatu sejak malam pertarungan terakhir mereka. Ia yakin pesan ini ditulis sebelum malam itu karena tim forensik tidak menemukan bahan kalium nitrat di dalam sel, hanya ada sedikit di bagian saku. Itu artinya Kyung-Ju menulis pesan ini sebelumnya, juga sama artinya bahwa penyekapan Eun-Hye malam itu adalah rencananya, bukan rencana Jae-Ra atau si pengirim catatan. Semua itu menunjukkan bahwa Kyung-Ju tahu ia akan dibunuh.
“Apa dia menulisnya di dalam sel?”
Hyun-Shik menggeleng. “Sebelum masuk ke sel, kau akan diperiksa secara detail. Tidak mungkin ia bisa menyelundupkan bahan untuk menulis pesan rahasia. Dia pasti menulisnya sebelum malam itu. Tindakan aneh dan kata-katanya … kini aku mengerti sekarang.”
Hyun-Shik mencoba mengingat kembali percakapannya dengan Kyung-Ju dan Seo-Jung. Sampai ia teringat sesuatu. Tanpa mengatakan apa pun pada Jung-Im, ia melesat keluar dari tempat persembunyiannya dan mengendarai mobil menuju gudang tua yang terletak jauh dari Seoul dan keramaian. Gudang kosong yang dindingnya rusak dan aroma yang tidak sedap menyebar di udara.
Ia melangkah masuk ke dalam gedung, lalu menggeser satu petak lantai yang menyembunyikan ruang rahasia di mana Seo-Jung tinggal. Tempat ia Jung-Im dilatih dan tumbuh bersama. Hyun-Shik mendekati sebuah foto besar mereka bertiga saat mereka lulus SMA. Saat itu Seo-Jung benar-benar bangga pada ia dan Jung-Im yang lulus di usia prematur. Hyun-Shik menggeser foto itu dan menemukan beberapa foto tanpa bingkai yang dikumpulkan Seo-Jung sejak dulu. Foto keluarganya, foto mereka, dan rekan Seo-Jung dulu. Ia membaca tulisan kecil di bawah foto.
“K-1, N-1, L-2, dan J.”
Senyumnya merekah lebar ketika membaca huruf J yang tertera di sana. Ia mengurutkan kode agen rahasia itu pada orang yang ada di foto itu. Dimulai dari Seo-Jung, ayahnya, Kyung-Ju , dan terakhir … perempuan yang tidak ia kenal. Ia mengeluarkan ponsel, lalu memotret foto itu, lalu mengirimnya pada Ketua Kang. Tak lama kemudian lelaki itu membalas pesannya.
Namanya Moon In-Soo. DIa sudah lama keluar dari intelijen dan tinggal bersama keluarganya. Aku hanya tahu dia itu informan Seo-Jung. Mungkin dialah yang menyimpan semua informasi Seo-Jung.
Hyun-Shik tersenyum puas. “Aku akan menemukanmu, Moon In-Soo.”
Ia kembali mencari-cari informasi yang bisa ia dapatkan dari sana dengan melihat foto-foto yang disimpan Seo-Jung, juga membaca satu per satu buku yang ada di ruangan itu. Dengan keyakinan bisa menemukan informasi lainnya di ruangan itu.
Hyun-Shik terhenti ketika menemukan sebuah buku tua yang bertuliskan huruf romawi. Sampulnya usang dengan beberapa lembar halaman yang terlepas. Di akhir buku, ada sebuah surat yang kertasnya mulai menguning. Seperti surat yang sengaja ditinggalkan di sana. Hyun-Shik membuka surat itu, lalu membacanya.
Aku sudah memprediksikan semuanya, termasuk kematianku. Aku minta maaf meninggalkanmu seperti ini. Kau pasti bingung dan marah. Ada yang ingin aku sampaikan melalui surat ini. Pertama, tentang ayahmu. Jangan pernah lupakan dia karena dia sangat menyayangimu. Mungkin kau tidak menghabiskan banyak waktu dengannya, tapi aku yakin Nam-Shik menginginkan anaknya bahagia. Kedua, ini tentang Eun-Hye. Aku tahu kalian saling mencintai. Aku mendengar semuanya dari Soon-Hee. Melalui surat ini aku menyerahkan putriku padamu. Akan aku pastikan kau mati jika mengkhianatinya. Terakhir, aku ingin memberikan seluruh harta karunku padamu. Semua informasi yang akan kau butuhkan. Jika kau menemukan surat ini sebelum Lee Kyung-Ju dibunuh, temui dia, tapi jika kau menemukan surat ini setelah kematian Lee Kyung-Ju, datanglah ke Busan. Ada sebuah toko buku tua di sana. Temuilah agen J di sana dan kau akan mendapatkan informasi yang kau butuhkan.
Jangan salahkan dirimu atas kematianku karena ini adalah pilihanku. JIka aku tidak pergi, kau dan Eun-Hye tidak akan bersama, kasus itu akan kacau. Kau mau tahu alasannya? Karena aku tidak akan bisa menarik pelatukku untuk membunuh pelaku itu. Kau harus menyelesaikan semuanya, jangan biarkan semua perjuangan ini sia-sia.
-K-1-
Hyun-Shik tertegun. Ia tidak menyangka Seo-Jung telah memperhitungkan semuanya sejauh ini termasuk kematian Lee Kyung-Ju dan masalahnya saat ini. Membuatnya tersenyum kagum pada bapak tua yang selama ini selalu ia bantah.
“Kau memang benar-benar keren, Pak Tua.”
***
“Kau akan ke Busan?” Tatapan kesal Jung-Im membuat Hyun-Shik tak enak hati. Ia pulang dini hari dan langsung berangkat tanpa mengatakan apa pun pada Jung-Im, tapi sekali lagi ia tidak ingin melibatkan Jung-Im dalam urusannya kali ini.
Hyun-Shik mengangguk. “Jangan khawatir, aku akan segera kembali.”
“Tapi bagaimana jika mereka menyerangmu atau perempuan itu ketika kau pergi?” Jung-Im kembali berusaha menahan Hyun-Shik pergi seakan ia memiliki firasat buruk pada rencana Hyun-Shik kali ini. Mungkin ia bisa bernapas lega tentang Hyun-Shik yang akan menemui sahabat Seo-Jung, tapi ia mengkhawatirkan keselamatan Eun-Hye. Terlebih pemilihan wali kota sudah dekat. Tidak menutup kemungkinan Im Jae-Ra dan komplotannya untuk bertindak cepat menyingkirkan Eun-Hye–saksi yang mereka khawatirkan selama ini.
“Jangan khawatir tentang Eun-Hye. Woo-Hyun dan pengawal setianya akan melindunginya.”
Jung-Im mendesah kesal. “Kau pikir lawan kita orang biasa? Bagaimana jika ia lebih hebat darimu dan Seo-Jung?”
“Mereka punya otot yang cukup keras, terlebih pengawalnya. Dia pasti dilatih oleh Seo-Jung. Sampai jumpa besok,” ujar Hyun-Shik seraya menyalakan mobilnya.
“Aku ikut!”
Hyun-Shik menggeleng. “Aku akan pulang besok pagi, jangan khawatir. Istirahatlah dan segera dapatkan hasil forensik Lee Kyung-Ju.”
Hyun-Shik melajukan mobilnya tanpa memedulikan Jung-Im yang berteriak memanggilnya. Ia hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya yang tidak pernah mau membiarkannya berjuang sendirian, tapi kali ini ia ingin membiarkan lelaki itu menikmati waktunya.
Hyun-Shik yakin semuanya selesai besok pagi.
***
Kim Hyun-Shik tiba di Busan–kota dengan populasi terbanyak kedua setelah Seoul. Pusat ekonomi, budaya, dan pendidikan di wilayah tenggara Korea. Di hadapan Hyun-Shik berdiri sebuah toko buku tua yang jauh dari keramaian. Toko itu tampak sepi dengan beberapa lansia yang sibuk memilih-milih buku. Wajar tempat itu sepi mengingat buku-buku yang dijual hanya buku-buku sejarah dan cerita kuno yang jarang diminati remaja.
Hyun-Shik berjalan memasuki toko itu dan menghampiri seorang penjaga toko yang usianya sekitar tiga puluhan. “Maaf, apa aku bisa bertemu dengan Moon In-Soo?” bisik Hyun-Shik pada penjaga toko itu.
Penjaga itu nampak terkejut ketika Hyun-Shik menyebutkan nama itu. Penjaga itu menggeleng kuat, lalu meninggalkan Hyun-Shik. “Tidak ada yang bernama Moon In-Soo di sini.”
Hyun-Shik menahan lengan penjaga toko itu. “Maaf, tapi aku ingin bicara sebentar dengannya, aku tahu dia ada di sini.”
“Tidak ada Moon In-Soo di sini!” bentak penjaga itu sambil menghempaskan pegangan Hyun-Shik. “Pergilah! Jangan sebut nama itu di hadapanku.”
Hyun-Shik menghela napas. Ia harus tetap tenang dan membujuknya secara perlahan. Hyun-Shik melepaskan pegangannya pada penjaga itu dan berjalan mundur. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya. “Maaf telah membuat anda kesal, tapi jika anda mengenal Moon In-Soo, tolong katakan padanya kalau Kim Seo-Jung mencarinya.”
Hyun-Shik berjalan menuju pintu keluar, tapi penjaga itu menahannya. “Kim Seo-Jung? Apa kau utusannya?”
Hyun-Shik tersenyum seraya mengangguk. “Ya, namaku Kim Hyun-Shik.”
“Ikut aku.” Penjaga itu menarik lengan Hyun-Shik memasuki ruangan staff, lalu membuka ruangan rahasia yang menampilkan ruangan bernuansa eropa yang luas. Lantai yang dilapisi karpet bulu berwarna merah. Meja kerja bernuansa kerajaan Inggris. Hyun-Shik ternganga dengan semua kemewahan yang disembunyikan toko buku tua.
“Kau bisa masuk ke tempat ini, itu artinya kau seseorang yang diutus Seo-Jung? Benar begitu?” Suara seorang perempuan mengagetkan Hyun-Shik dari pikirannya. Ia menoleh dan mendapati seorang perempuan dengan wajah cantik bak artis dengan tubuh yang semampai muncul dari pintu di sisi kanan ruangan.
“Apa anda agen J?” tanya Hyun-Shik tampak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Bahkan jika ia harus memilih, ia memilih Ketua Kang untuk menjadi informan daripada perempuan ini. Perempuan ini lebih pantas disebut remaja daripada agen rahasia.
Perempuan itu terkekeh mendengar pertanyaan Hyun-Shik yang terkesan meremehkannya. “Ya, aku agen J, Moon In-Soo. Apa kau terkejut melihat wujudku?”
Hyun-Shik terdiam dan memperhatikan setiap senti perempuan itu. Rambut ikal yang panjang, tubuh yang semampai dan wajah yang cantik seperti remaja umur 17 tahun. Bagaimana bisa perempuan ini disebut informan yang hebat? Ah, tunggu. Sepertinya ia harus memperhatikan perempuan ini lebih lama untuk tahu sifatnya.
“Jangan terkejut begitu. Aku seusia dengan ayahmu dan penampilanku ini hanya hasil sifat rajinku saja. Nah, siapa namamu?”
“Kim Hyun-Shik.”
Perempuan itu menggelengkan kepala, lalu menatap Hyun-Shik dengan serius. “Nama aslimu, bukan samaran.”
Sedetik kemudian Hyun-Shik merasa merinding. Bagaimana perempuan ini tahu? Padahal ia sangat yakin tidak ada yang bisa mendeteksi kebohongan darinya, bahkan pendeteksi kebohongan sekalipun. Satu kalimat yang saat ini terlintas dalam benaknya. Perempuan ini jenius.
“Han Ji-Hyun,” jawab Hyun-Shik pada akhirnya.
Perempuan itu tersenyum, lalu membuka laci kecil di mejanya. Ia mengambil sebuah kertas yang dilipat layaknya surat, lalu menunjukkannya pada Hyun-Shik. “Aku punya yang kau butuhkan, tapi aku akan memberikannya dengan syarat.”
Alis Hyun-Shik bertaut, ia menatap perempuan itu dengan heran. “Syarat?”
“Tunjukkan bahwa dirimu memang benar utusan Seo-Jung. Aku akan menanyakan padamu beberapa hal.” Perempuan itu menatap Hyun-Shik dengan tajam. “Jika kau adalah Seo-Jung, apa yang akan kau lakukan ketika mendengar istrimu selingkuh?”
Hyun-Shik ternganga. Apa-apaan itu? Hyun-Shik akan mengira perempuan ini akan menanyakan hal seputar misi atau kasus, tapi ternyata?
“Maaf, aku tidak bisa menjawabnya,” jawab Hyun-Shik dengan tegas.
“Kau tidak ingin informasi ini?” pancing perempuan itu sambil melambai-lambaikan kertas di tangannya.
“Aku tidak bisa menjawabnya sebagai Seo-Jung, tapi aku akan menjawabnya sebagai Han Ji-Hyun. Aku mencintai istriku dan percaya padanya. Jika dia selingkuh, tentu aku akan marah, tapi aku tidak akan memaki atau memukulnya, aku akan bicara perlahan dengannya dan mengungkap kebenarannya. Itu jawabanku.”
In-Soo tertawa sambil memberikan tepuk tangan pada Hyun-Shik. “Aku terkejut mendengarnya. Kau memegang prinsipmu sebagai seorang agen rahasia. Sebagai agen rahasia, berpikir dengan perasaan hanya akan memperburuk keadaan, karena itulah gunakan logikamu ketika berpikir untuk mendapat kebenarannya. Kau membuatku tersanjung padamu.”
Ia berjalan mendekati Hyun-Shik dan memberikan kertas itu padanya. “Ini informasi yang disembunyikan Seo-Jung.”
Hyun-Shik mengangguk, lalu tersenyum. “Terima kasih.”
“Tapi ada satu hal yang ingin aku katakan padamu.”
“Tentang apa?”
Perempuan itu mendekatkan wajahnya pada Hyun-Shik, tatapannya sendu seakan menyembunyikan kesedihan yang mendalam. “Siapa pun pelakunya, entah itu adikmu, kakakmu, keluargamu atau bahkan orang yang kau cintai sekali pun, tolong terapkan hukum padanya. Jangan biarkan orang mengatakan bahwa hukum adalah perisai kejahatan.”
Hyun-Shik mengangguk. “Ya, tentu saja. Aku akan menyelesaikan kasus ini agar nyawa yang dikorbankan tidak sia-sia dan agar orang yang kucintai tidak menderita lagi.”
“Orang yang kau cintai? Kim Eun-Hye?” tebak In-Soo. Hyun-Shik mengangguk dengan wajahnya yang merona tanpa mengatakan apa pun.
“Ahh, apa-apaan ini. Anak dari Nam-Shik dan Seo-Jung saling jatuh cinta? Mereka pasti merencakan ini semua sejak awal.” Perempuan itu kini tersenyum hangat padanya.
“Ngomong-ngomong, seperti apa ayahku dulu? Apa dia tampan?” tanya Hyun-Shik penasaran.
“Ah, kau tidak ingat wajah ayahmu?”Perempuan itu menatapnya heran.
Hyun-Shik menggeleng lemah. “Dia meninggal ketika aku kecil.”
“Ah, benar juga. Wajar kau tidak ingat wajahnya.” In-Soo berjalan menuju laci mejanya dan mengeluar selembar foto, lalu memberikannya pada Hyun-Shik.
“Dia tampan, sama sepertimu. Sangat disayangkan dia meninggal di usia yang cukup muda. Nam-Shik adalah tipikal orang yang suka bermain-main, sedangkan Seo-Jung adalah tipikal orang yang serius ketika waktunya dan dia akan sangat usil ketika kami bersantai, lalu Kyung-Ju adalah kakak untuk kami semua. Dia yang menjaga kami setiap menjalankan misi.”
“Mungkin kau berpikir kalau Kyung-Ju adalah orang kejam yang membunuh kedua rekannya, tapi aku tahu dia melakukannya dengan terpaksa. Malam setelah Seo-Jung terbunuh, ia mendatangiku dan memintaku untuk tetap hidup sampai kau datang ke sini. Dia bilang kalau kematiannya ini adalah hukuman atas dosa yang Kyung-Ju lakukan.” In-Soo mengatakannya dengan senyuman sendu. Wajahnya seakan terluka ketika kabar kematian sahabatnya tersebar ke seluruh dunia sebagai seorang pembunuh. Padahal, ia yakin kalau Kyung-Ju terpaksa melakukan itu semua.
Hyun-Shik menarik senyuman. “Tapi aku berterima kasih padamu karena telah bertahan selama ini. Jika aku tidak bertemu denganmu, aku akan benar-benar frustasi dan semuanya bisa jadi kacau.”
In-Soo menggeleng. “Perempuan bernama Kim Eun-Hye itulah yang membuatmu bisa kembali bangkit seperti sekarang ini. Perasaan kalian yang mengikatmu untuk tetap melangkah.” In-Soo melihatnya sambil tersenyum. Ia mendongakkan kepalanya ke langi-langit ruangan. Kenangan dengan Seo-Jung, Nam-Shik, dan Kyung-Ju ada di tempat ini. Mereka tertawa, bercanda, bertengkar, bekerja sama di gedung yang sudah tua ini. Ia rindu pada kekonyolan yang mereka lakukan dulu. Ketika Kyung-Ju memarahi mereka, ketika Nam-Shik yang ceroboh dan Seo-Jung yang selalu tepat hipotesisnya.
“Terima kasih. Ini membantuku.”Hyun-Shik membungkukkan tubuhnya, berterima kasih pada In-Soo.
In-Soo kembali tersenyum. “Aku akan menolongmu kapan saja.”
Ada satu hal lagi yang harus ia pastikan saat ini, yaitu kematian seseorang. Setelah orang itu mati, maka itu artinya semua penantiannya selama ini akan berakhir dengan sempurna.
***
Kalium Nitrat = Bahan yang digunakan untuk membuat pesan jadi tidak terlihat
Kereen
Comment on chapter Prolog