Seulgi mengantar Sinb kedalam kamarnya dan menutup pintu kamar itu. Mendudukkan tubuh Sinb diatas tempat tidurnya, memandang lekat sahabatnya ini.
"Apa yang terjadi?" Tanya Seulgi dan yang hanya Sinb lakukan adalah menangis. Merasakan kepedihan dalam dirinya.
"Waeyo? Kau tidak akan mengatakannya kepadaku?" Tanya Seulgi sambil memeluk erat Sinb.
"Katakanlah, mungkin aku bisa membantumu." Desak Seulgi dengan suara lembutnya.
"Kau hanya perlu menyiapkan sebuah jasad karena besok aku akan memakainya." Seperti sebuah kedipan mata, Sinb berubah menjadi datar lagi. Melepaskan pelukan Seulgi.
"Sinb...Tidakkah kau perlu mengatakannya?" Paksa Seulgi yang seketika membuat Sinb menatapnya tajam.
"Lakukan saja tugasmu!" Ucapnya dengan dingin membuat Seulgi menghela nafas berat.
"Baiklah..." Ucap Seulgi yang kini berdiri meninggalkan Sinb dan keadaan kamar itu menjadi gelap seketika.
Setelah Seulgi pergi, Sinb memegangi dadanya yang sakit kemudian menangis dalam diam.
---***---
Jungkook seperti biasa, melakukan tugasnya sebagai malaikat pencabut nyawa. Ia memandangi seseorang yang sedang memergoki suaminya berselingkuh dengan wanita lain disebuah bar. Sebenarnya fikiran Jungkook sedang kacau saat ini, entah mengapa ia selalu teringat dengan sikap Sinb beberapa jam yang lalu kepadanya.
"WAE? KENAPA KAU LAKUKAN INI KEPADAKU?" Teriak wanita itu sambil menarik kemeja suaminya tapi suaminya segera menyeretnya pergi dari bar itu.
"IKUT DENGAN KU!" Teriaknya tak kalah keras. Pria itu terlihat begitu mabuk.
Pria itu menyeret istrinya masuk kedalam mobil.
"Lapaskan aku! Aku harus memberi pelajaran pada wanita murahan itu dulu!" Pekik istrinya tak terima.
"Andwae! Kau benar-benar membuatku malu!" Bentak pria itu yang kini mengemudikan mobilnya dengan kencang sampai istrinya jatuh dari kursi penumpang karena tak memakai sabuk pengaman. Jungkook pun mengikutinya duduk dibangku pengemudi tepat disamping pria pemabuk itu.
"Yak! Apa kau ingin membunuhku?" Teriak histeris sang istri.
"Iya aku memang ingin membunuhmu! Aku tidak mencintaimu! Aku menikahimu karena dengan itu aku bisa membalaskan perbuatan kakakmu kepada Haein!" Teriak pria itu yang seketika membuat wanita itu menjerit.
"YAK! KAU BAJINGAN! KENAPA KAU LAKUKAN INI! AKU MENCINTAIMU DAN RELA MENINGGALKAN SEMUANYA UNTUKMU! KENAPA KAU LAKUKAN INI KEPADAKU!" Wanita itu pun berusaha mencekik suaminya dari belakang membuat suaminya tak dapat mengemudikan mobilnya dengan benar.
"YAK! LEPASKAN! ATAU KAU INGIN KITA MATI?" Bentak suaminya itu.
"YA, AKU INGIN KITA MATI BERSAMA. AGAR KAU TAK BERSAMA WANITA SIALAN ITU!"
"KAU WANITA GILA!"
Mobil terus bergerak tak lurus dan Jungkook yang sebenarnya duduk dekatnya mereka hanya menyaksikan pertengkaran itu dengan diam. Sampai ketika, wanita itu berhasil membuat suaminya melepaskan stir mobilnya.
"YAAKKK!"
CIIIT
BRAKKAK
Mobil mereka menabrak sebuah truk dan terbalik. Wanita paruh baya itu seketika mati dan rohnya pun keluar dari tubuhnya, ia terlihat linlung dan terkejut melihat suaminya meminta tolong dengan lirih, ia hendak menghampirinya.
"Yeobo..."
Roh itu berjalan mendekati suaminya tapi suara Jungkook membuatnya ketakutan.
"Kenapa kau masih mempedulikannya? Pria itu sudah mengkhianatimu dan karena itu kau harus mati hari ini." Ungkap Jungkook yang seketika menyadarkan wanita itu, ia melihat jasadnya bersimbah darah disana, seketika roh wanita itu terjatuh dan menangis.
"Aku mati?" Lirihnya.
"Ya kau mati dan sekarang tibalah waktumu untuk meminum teh penghilang ingatan ini." Jungkook, entah sejak kapan pria malaikat ini sudah berjongkok dihadapan roh wanita itu.
"Apa kau tidak bisa menyelamatkannya?" Roh wanita memohon pada Jungkook dan seketika Jungkook menggeleng.
"Itu bukan tugasku. Lagi pula kenapa kau masih mengasihani pria yang sudah membuatmu mati?" Tanya Jungkook tak mengerti.
"Aku tau, apa yang ia lakukan kepadaku memang tidak pantas tapi aku mencintainya dan selamanya seperti itu. Aku tidak bisa membiarkannya sekarat seperti ini, karena itu akan menyakitiku." Lirih roh wanita itu membuat Jungkook termenung dan air matanya menetes sampai sebuah suara mengagetkannya.
"Apa yang kau tunggu? Bukankah seharusnya kau meminumkan teh itu?"
Jungkook segera menghapus air matanya, kemudian menoleh dan mendapati Taehyung berjalan mendekatinya.
"Apa yang kau lakukan disini hyung?" Tanya Jungkook heran.
"Aku bertugas untuk menggiringnya." Taehyung menunjuk pada sosok pria sekarat disamping Jungkook.
"Jadi, kau tak perlu khawatir lagi. Pria ini akan menyusulmu juga." Kata Taeyung seolah mengerti kegundahan roh wanita itu.
"Jang nari, umur 36 tahun, meninggal karena kecelakaan mobil. Minumlah ini dan lupakan semuanya." Ucap Jungkook sembari menyodorkan teh penghilang ingatan itu dan berlahan wanita itu meraihnya kemudian meminumnya segera. Seketika wajahnya berubah dan pandangannya menjadi kosong, bersamaan dengan itu sebuah pintu menuju dimensi lain terbuka.
"Masuklah!" Pinta Jungkook dan wanita itu segera berjalan memasuki pintu tersebut dan menghilang.
"Tugasku sudah selesai hyung, aku akan pergi." Pamit Jungkook tapi Taehyung yang merasa Jungkook aneh mencegahnya.
"Wae? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Taehyung dan Jungkook menggeleng dengan senyum terpaksanya.
"Tunggulah aku di rumah hanok disana juga ada Suga hyung. Sembari menungguku, kalian bisa minum-minum bersama." Saran Taehyung dan Jungkook seolah berfikir sesaat.
"Baiklah, aku akan menunggumu disana." Ucap Jungkook dan kemudian ia menghilang.
---***---
Jungkook sudah berapa dirumah hanok dan ia melihat Suga minum-minum sendirian.
"Kenapa kau minum sendiri?" Tanya Jungkook yang kini duduk di depan Suga.
"Entahlah, beberapa hari ini aku tidak melihat Seulgi disekolah dan bahkan ia tak membalas pesan ku." Adu Suga membuat Jungkook tersenyum.
"Mungkin, ada sesuatu yang harus ia urus." Jungkook yang memang tau apa yang sedang dilakukan Seulgi berusaha menjelaskannya.
"Benarkah? Semoga saja tapi kau tau? Aku sangat merindukannya dan bagiku itu konyol! Bagaimana bisa aku merindukan manusia sampai seperti ini." Lirih Suga membuat Jungkook kembali tersenyum.
"Bukan karena ia manusia tapi karena cinta itu sendiri." Jawab Jungkook membuat mata Suga melebar.
"Kau sepertinya berpengalaman dengan hal semacam ini?" Tanya Suga.
"Tidak juga. Aku pernah terpuruk karena hal semacam ini bahkan sekarang aku bingung. Seharusnya saat ia datang kembali, aku seharusnya bahagia bukan?" Tanya Jungkook membuat Suga bingung.
"Maksudmu Sinb? Kau tak benar-benar menyukainya? Atau kalian sedang ada masalah?" Mendengar Suga menyebutkan nama Sinb membuat ekspresi Jungkook berubah dan Suga melihatnya.
"Aku tak tau, sepertinya sesuatu terjadi padanya dan membuatnya menjadi sedikit dingin. Yang membuat ku kesal, ia tidak ingin menceritakannya kepadaku." Keluh Jungkook membuat Suga tersenyum.
"Kau mengkhawatirkannya." Tebak Suga dan Jungkook menghela nafas.
"Bagaimana aku tak mengkhawatirkannya? Ia datang dan tiba-tiba menangis dihadapan ku, ketika aku bertanya kenapa? Ia tak menjawabnya, malah berubah dingin." Suga nampak berfikir sebelum akhirnya menyampaikan dugaannya.
"Apa ia pernah melihatmu dengan wanita lain?" Tebak Suga yang seketika membuat mata Jungkook melebar.
"Ah, mungkin ia cemburu." Duga Suga saat melihat reaksi Jungkook.
"Apa? Cemburu? Kau tidak serius kan hyung?" Jungkook masih memandang tak percaya Suga.
"Ku pikir untuk yang satu ini aku cukup mengerti." Jawab Suga dengan yakin.
"Cemburu? Tapi kenapa?" Guman Jungkook heran.
"Tentu saja karena ia mencintaimu. Aneh sekali kau masih bertanya kenapa? Katakan kepadaku, kau juga menyukainya kan?" Tanya Suga yang seketika membuat Jungkook bingung.
"Tentu saja." Jawab Jungkook gugup.
"Haha...Kalau seandainya kau melihat Sinb bersama pria lain, apa kau senang?" Tanya Suga dan Jungkook terdiam.
"Tentu saja kau tidak akan menyukainya karena itu cukup menggangumu. Bahkan saat aku melihat Seulgi di goda oleh beberapa laki-laki manusia, aku juga merasa marah. Seperti itu lah yang dinamakan cemburu." Jungkook termenung, memikirkan semua perkataan Suga, membuatnya menduga-duga bahwa Sinb menyukainya? Bagaimana jika benar? Apa yang harus ia lakukan untuk mengatasi ini? Seketika Jungkook merasa pusing hanya dengan memikirkannya saja.
---***---
Pagi hari dengan cerah mentari dan biru langit. Sinb sudah bangun semenjak tadi dan memandang jendela kamarnya dan mata coklatnya menjelajah tiap sudut ruangan kamar miliknya ini, mungkin untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi.
Sinb menghela nafas lagi. Ia tidak tau, apakah ia akan merindukan tempat ini? Atau tidak? Seharusnya hari ini ia sibuk mempersiapkan ritual untuk Mina tapi Seulgi sudah mengurusnya dan mengabarkan bahwa ia sudah memiliki jasad untuk Mina. Mungkin hari ini akan menjadi akhir baginya berada di tengah-tengah manusia, karena itu ia mendesak Seulgi untuk pergi kesekolah bersamanya dan mungkin ini untuk terakhir kalinya.
"Sinb-ah..." Panggil Seulgi dari balik pintu.
"Ne, aku akan segera keluar." Jawab Sinb yang segera membuka pintu kamarnya, melangkah mendekati Seulgi yang terlihat sibuk di pantry menyiapkan makanan, seperti biasa Mina duduk memandanginya dengan penuh minat.
"Kau ingin memakannya juga?" Tanya Sinb yang berusaha untuk mengakrabkan dirinya dengan Mina. Roh Mina mengangguk antusias.
"Bersabarlah, setelah nanti malam kau akan bisa memakannya seperti kami." Ungkap Sinb membuat Mina tersenyum senang.
"Dan mungkin setelah itu kita akan tinggal bersama." Sambung Seulgi membuat Sinb membisu dan Mina melihat perubahan wajah Sinb.
"Benarkan itu Sinb-ah?" Tanya Seulgi dan Sinb mengangguk.
"Sementara kami pergi kesekolah, kau harus tetap dirumah. Jangan kemana-mana karena banyak malaikat disekitar sini." Sinb memperingatkan Mina yang membuat gadis roh itu mengangguk paham.
Akhirnya Seulgi dan Sinb makan dengan tenang, tanpa sadar Mina terus memperhatikan Sinb.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah selesai makan sampai tiba-tiba Jungkook sudah hadir disana.
"Ayo berangkat bersama!" Ajak Jungkook.
"Tentu saja!" Jawab Seulgi bersemangat sementara Sinb masih diam, memperhatikan Jungkook bahkan saat Seulgi menyeretnya keluar, membiarkan Jungkook dan Mina berduaan.
"Aku akan pergi ke sekolah dan nanti akan kembali lagi untuk ritualmu." Pamit Jungkook yang kini mengecup kening Mina, membuat gadis itu senang.
Sinb dan Seulgi menunggu Jungkook dibawah.
"Seulgi, bisakah kau tinggalkan kami. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan Sinb. Aku sudah menyuruh Suga hyung untuk menunggumu di halte depan." Kata Jungkook yang menghampiri mereka dan mengatakan hal mengejutkan seperti ini. Seulgi seketika menatap Sinb, seolah meminta persetujuan darinya. Sinb mengangguk, membolehkan gadis itu pergi.
"Baiklah, aku pergi dulu." Kata Seulgi sambil membungkuk.
Kini tinggal Sinb dan Jungkook yang saling menatap.
"Ayo..." Kata Jungkook yang menggandeng tangan Sinb, membuat Sinb cukup terkejut.
"Wae?" Tanya Sinb yang berjalan mengikuti langkah kaki Jungkook.
"Nanti, aku akan mengatakannya." Jawab Jungkook dan setelah itu Sinb tak mengatakan apapun.
Pada akhirnya Jungkook mengajak Sinb ke sebuah taman dengan banyak mainan disana, mereka duduk disebuah ayunan berdampingan.
"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Sinb lagi yang seketika membuat Jungkook menghela nafas.
"Sinb-ah..." Panggil Jungkook dengan ragu.
"Wae? Kenapa kau susah sekali mengatakannya? Jangan terlalu lama, aku tidak ingin dihukum." Omel Sinb yang seketika membuat Jungkook tertawa. Seperti inilah seorang Hwang Sinb, ia tidak akan berhenti untuk mengomel.
"Ah, tidak jadi." Ucap Jungkook yang merasa tidak perlu bertanya karena Sinb sudah kembali lagi seperti semula.
"Wae? Kalau kau tidak mengatakannya sekarang, aku bersumpah tidak akan membuat Mina menjadi manusia." Ancam Sinb.
"Yak! Kau tidak bisa melakukan itu!" Reaksi cepat Jungkook membuat Sinb tertawa.
"Wkwkwk...Karena itu katakan! Apapun itu!" Pintanya.
"Baiklah...Hwang Sinb, kau tidak sedang menyukai ku kan?"
Deg
Sinb terdiam sebelum tawanya seketika pecah.
"WKWKWKWK....APA KAU BERMIMPI? MENYUKAIMU?" Sinb terus tertawa dan Jungkook merasa lega melihatnya.
"Lalu siapa yang kau sukai? Kenapa kau bertingkah aneh akhir-akhir ini?" Jungkook masih saja mengkhawatirkan gadis ini. Sinb berhenti tertawa kemudian menghela nafas.
"Sama seperti dirimu, aku juga memiliki satu hal yang membuat ku memikirkannya sepanjang waktu. Membuat ku tak bisa memikirkan apapun kecuali masalah ini, sebelum semua selesai aku tidak bisa tenang. Maaf, jika semalam aku menjadi seemosional itu. Aku tidak bermaksud membuatmu bingung atau sampai membuatmu berfikir bahwa aku menyukaimu." Ungkap Sinb sambil tertawa.
"Seberat apa masalahmu? Kenapa kau tak ingin menceritakannya kepadaku?" Tanya Jungkook dan Sinb tersenyum.
"Ani, aku akan menyelesaikannya sendiri." Ungkapnya yang kini berdiri, menatap Jungkook lekat.
"Jadi, fokuslah pada ritual nanti dan pada Mina. Kau tidak perlu mencemaskan hal lain." Nasehat Sinb dan Jungkook pun tersenyum lega.
"Baiklah! Tapi jika kau membutuhkan ku, aku akan selalu ada untukmu." Kata Jungkook dan Sinb mengangguk mengerti.
"Gomawo..." Balas Sinb.
"Kajja..." Jungkook meraih tangan Sinb kembali dan mengajaknya pergi bersama.
Di sekolah...
Mereka sudah duduk dibangku masing-masing. Untung saja mereka berdua tak terlambat dan segera masuk, hingga kini mereka duduk berdua sampai bel pertanda istirahat berbunyi.
Jungkook dan Sinb melangkah bersama kekantin dan segera menjadi bahan perbincangan oleh setiap siswa yang melihat mereka.
"Aku tidak pernah melihatmu seserius itu dalam pelajaran? Tapi hari ini, aku melihatmu seperti menikmati sebuah alunan musik." Pendapat Jungkook seketika membuat Sinb tersenyum.
"Apa salah, jika sesekali aku menikmatinya?" Tanya Sinb membuat Jungkook tertawa.
"Tidak, entah kenapa kau hari ini tidak begitu berisik." Jungkook masih tak percaya dengan sisi Sinb yang seperti ini.
"Haha...Sudahlah, kenapa kau banyak bertanya hari ini? Traktir aku jajamhyun sekarang! Aku ingin memakannya!" Pinta Sinb yang seketika membuat Jungkook mendengus.
"Aish, baiklah tuan putri!" Jawab Jungkook yang kini meninggalkannya dan seketika senyum Sinb memudar.
"Hey, adik ipar!" Sapa Taehyung membuat Sinb tersentak.
"Ah, kau ini. Berhenti terus bertingkah seperti ini." Omel Sinb membuat Taehyung terkekeh.
"Yak! Ucapanmu kenapa hampir mirip dengan Jungkook? Apa ia mengajarimu bagaimana cara melawan ku?" Selidik Taehyung yang kini mencondongkan wajahnya mendekat Sinb sampai Jungkook datang dan mendorong dahi Taehyung dengan jari telunjuknya.
"Jangan dekat-dekat dengan kekasih ku hyung!" Protesnya dengan kesal.
"Aish, aku tidak melakukan apapun kepadanya, kenapa kau menyebalkan sekali!" Keluh Taehyung.
"Kenapa kalian sangat berisik!" Suga datang dengan merangkul Seulgi, mereka terlihat begitu mesra.
"Wah, kalian juga datang bersama! Hanya aku yang sendirian? Menjengkelkan!" Keluh Taehyung yang membuat semuanya tertawa.
"Karena itu, kau harus segera mencari seorang kekasih, agar kau tak semerana ini." Cibir Sinb.
"Yak! Kenapa kau lancang sekali? Kook, pasti kau yang mengajarinya kan?" Tuduh Taehyung dan Jungkook hanya menggendikkan bahunya.
"Ah, sial! Awas saja, kalau nanti aku akan menemukannya? Ku pastikan akan ku bawa kemari!" Tekat Taehyung.
"Tentu, kami akan menunggunya." Dukung Suga.
"Kupikir itu akan menjadi teman kami." Ucap Seulgi.
Sinb terus memperhatikan satu persatu teman-temannya ini dengan tersenyum, sepertinya ia juga tidak akan memiliki momen seperti ini lagi setelahnya. Tanpa sadar, Jungkook memperhatikan Sinb yang tersenyum melihati Taehyung, Seulgi dan Suga bergantian.
---***---
Lewat tengah malam, saat mungkin sebagian manusia telah terlelap dan ada sebagian dari mereka masih bekerja, melakukan aktifitas lain sama seperti halnya Sinb dan Seulgi.
Mereka menaiki mobil yang dikemudikan ayah angkat Seulgi dengan membawa serta jasad itu dan roh Mina dalam satu kendaraan melewati jalan pintas menuju goa lilin jiwa.
"Kita telah sampai." Ucap Tn. Kang.
"Gomawo Aboji" Kata Seulgi sambil memeluk Appanya membuat Mina terlihat terharu.
"Paman terima kasih." Untuk pertama kalinya Sinb mengatakan itu, jelas saja membuat baik Seulgi dan Tn. Kang tercengang.
"Wae? Apa aku salah bicara?" Tanya Sinb dan kedua orang itu menggeleng cepat.
"Kalau begitu, bantu aku mengangkat jasad ini paman." Pinta Sinb dan Tn. Kang seketika mematuhinya.
Tepat didepan gua Jungkook sudah menanti mereka.
"Kalian sudah mempersiapkannya?" Sapa Jungkook. Sinb mengangguk sambil melesat masuk bersama Tn. Kang dan Seulgi sementara Mina menghampirinya sambil tersenyum.
"Ayo masuk!" Ajak Jungkook.
Saat didalam semua yang diperlukan untuk ritual sudah lengkap.
"Kerja bagus Seulgi-ah." Puji Sinb sambil tersenyum.
"Tidakkah kau terlalu berlebihan?" Ungkap Seulgi membuat Sinb tertawa.
"Kapan lagi aku akan memujimu eoh?" Guman Sinb.
"Kapan pun kau mau, selama kau punya mulut!" Cibir Seulgi membuat Sinb kali ini terbahak.
"Wkwkwk, kau sangat berani sekarang ya!" Kali ini Sinb mencibir Seulgi yang membuat gadis itu pun tertawa. Sementara ketiga lainnya yang berada di gua itu memandangi mereka berdua dengan menganga. Mereka tak menyangka kedua gadis itu bisa berbicara santai dan saling mencibir tanpa terlihat marah satu sama lain.
"Mina, kemarilah!" Panggil Sinb dan seperti angin Mina melesat, kini berada dihadapan Sinb.
"Duduk diatas jasad itu!" Pinta Sinb lagi dan Mina menurut dan Sinb akhirnya duduk bersila dihadapannya.
"Pejamkan matamu karena aku akan memulainya!" Ungkap Sinb.
Ritual pun dimulai, sama seperti ketika ritual Seulgi waktu itu, hanya saja roh Mina dan jasad itu belum menyatu. Jadi, Sinb harus mengeluarkan tenaga ekstra kali ini.
Mulut Sinb mulai berkomat-kamit mengatakan sesuatu dan cahaya dililin semakin terang benderang menyalurkan energinya pada tubuh Sinb, membuat tubuh gadis itu ikut bersinar terang sampai ia mengulurkan tangannya pada roh Mina dan tubuh roh gadis itu seketika bercahaya.
Cukup lama, mereka berada diposisi seperti ini sampai Sinb membuka matanya.
"Masuklah kejasad itu!" Pinta Sinb dan Mina menurutinya.
Mina berbaring sama seperti jasad tersebut dan cahaya yang dikeluarkan lilin jiwa segera mengalir mengelilingi jasad itu.
"Bagaimana? Kau sudah merasa nyaman?" Tanya Sinb.
"Iya." Baik Sinb, Jungkook maupun Seulgi bernafas lega saat tau Mina sudah menyatu sepenuhnya denga jasad tersebut.
"Bagus, sekarang berdirilah." Pinta Sinb.
Mina pun berdiri dan terlihat mulai merasakan sensasi menjadi manusia.
"Aku tak menyangka, sekarang aku menjadi manusia." Pekik Mina senang membuat semuanya tersenyum.
"Kau boleh pergi sekarang." Ucap Sinb yang membuat Jungkook bingung.
"Apa sudah selesai?" Tanyanya dan Sinb menangguk sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kita bisa pergi bersama." Ajak Jungkook.
"Ani, ada yang harus ku selesaikan bersama Seulgi. Ingat Mina, mulai sekarang kau harus berperilaku seperti manusia! Kalian bisa pergi bersama paman Kang." Terang Sinb.
"Baiklah, kami pergi. Ayo nak!" Ajak Tn. Kang kepada Jungkook yang masih terdiam.
"Jendral Jeon..." Panggil Mina yang membuat Jungkook terkejut.
"Ye?"
"Kajja, paman itu sudah menunggu kita dan aku juga lapar." Rengek Mina membuat Jungkook tersenyum.
"Baiklah, kajja. Kalian berdua gomawo, aku akan melakukan apapun yang kalian minta sebagai balasannya." Ucap Jungkook sambil membungkuk, kemudian pria malaikat itu segera pergi meninggalkannya.
Sinb menatap bayangan punggung Jungkook sampai menghilang.
"Ada apa? Kenapa kita tidak kembali bersama mereka?" Tanya Seulgi, sesungguhnya semenjak tadi ia ingin bertanya tapi melihat keadaan membuat Seulgi menahannya.
Sinb seketika menyodorkan sebuah buku tebal yang tak ada pembungkusnya lagi, sepertinya buku ini dibuat ratusan tahun yang lalu.
"Apa ini?" Tanya Seulgi penuh tanya.
"Itu buku panduan ritual, aku membuatnya dulu. Kau bisa mempelajarinya." Terang Sinb.
"Lalu? Selama ada dirimu kenapa aku harus mempelajarinya?" Protes Seulgi.
"Karena aku akan pergi."
"MWO?" Seulgi terkejut.
"Kau tidak berbohong pada ku kan?" Sinb menggeleng kali ini wajahnya terlihat sedih.
"Katakan kenapa?" Tuntut Seulgi.
"Aku akan menjalani hukuman ku dan kembali ke langit setelahnya." Terang Sinb yanh membuat Seulgi terperangah.
"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Kau tidak ingin lagi mencaritahu masa lalumu?" Tanya Seulgi.
"Aku sudah mengetahuinya." Jawab Sinb datar.
"APA? Lalu? Apa yang kau ketahui?" Seulgi jadi penasaran dengan masa lalu Sinb.
"Tidak begitu spesial, kehidupan ku berjalan normal seperti manusia pada umumnya." Bohong Sinb dan Seulgi masih berusaha menebak dari ekspresi Sinb.
"Kau sedang tidak berbohong kan? Bagaimana bisa kau mengingatnya? Sementara kau sendiri tidak bisa membuka segel ingatanmu?" Sinb tersenyum kecut, sebelum akhirnya mulai berbicara.
"Aku meminta seorang teman untuk membantuku hingga aku dipertemukan dengan orang yang cukup berkuasa di langit. Kami mencapai kesepakatan dengan penebusan dosaku sebagai imbalan dari terbukanya ingatan ku." Kata Sinb membuat Seulgi menghela nafas panjang.
"Mianhae, kita tidak bisa bersama lagi." Ucap Sinb sambil memeluk Seulgi yang kali ini mulai menangis.
"Haruskah kau pergi sekarang?" Tanya Seulgi dan Sinb mengangguk.
"Tenang saja, semuanya tentang ku akan terhapus begitu saja. Maka jalani hidupmu dengan baik mulai dari sekarang, Seulgi-ah." Nasehat Sinb sembari menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.
"Andwae! Jangan biarkan aku melupakan mu!" Cegah Seulgi membuat Sinb melepaskan pelukannya dan tersenyum kearah Seulgi.
"Harus, karena itu peraturannya. Jaga dirimu Seulgi-ah, jadilah pintar dan jangan mudah terpedaya oleh manusia maupun roh jahat mana pun. Kau adalah roh yang mewarisi kekuatan ku jadi bertahanlah!" Ucap Sinb membuat Seulgi terisak.
"Tidak! Kau tidak bisa meninggalkanmu!" Teriak Seulgi saat tubuh Sinb mulai terangkat.
"Mianhae Seulg-ah." Lirih Sinb yang bahkan kali ini menangis.
"Selamat tinggal." Ucap Sinb sebelum akhirnya ia lenyap dan Seulgi pingsan seketika.
Kehidupan memiliki beberapa fase. Sama seperti ketika seseorang yang ingin memulai sesuatu baru dengan meninggalkan hal yang lain. Akan selalu ada resiko untuk sebuah tindakan dan akan selalu ada pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang di inginkan.
Hanya perlu untuk jujur mengakui bahwa disetiap tindakan yang dilakukan adalah tidak selamanya kita melakukannya dengan benar, karena dengan cara itulah kita mampu membebaskan jiwa kita dari rasa gelisah yang memberikan tanda tanya besar.