Kehadiran malaikat maut itu sendiri adalah salah satu simbol kekuatan mutlak oleh sang Pencipta dan bentuk penggambaran betapa tidak berdayanya manusia maupun roh menghadapi ke hendak-Nya.
Siapapun tidak dapat mengubah takdir? Itu pemikiran yang salah! Karena aturan mutlak yang harus dipenuhi oleh manusia adalah perintah untuk melakukan perbuatan baik sebanyak yang bisa dilakukan! Dengan itu akan ada banyak keputusan yang akan menjadi pertimbangan atau keringanan hukuman yang ditimbulkan oleh amal kebaikan itu sendiri karena sesungguhnya tanpa kita sadari, malaikat Pencabut Nyawa ini menatap, melihat wajah kita sebanyak 70 kali dalam kurun waktu 24 jam. Hal itu akan nampak jelas jika kalian berada di rumah sakit yang menjadi salah satu tempat berkumpulnya para malaikat ini, jika kalian memiliki kelebihan untuk melihatnya.
Sinb terus mencengkram tangan Jungkook yang berusaha untuk menetralkan ketegangan yang ada dalam dirinya. Jungkook terus melirik kearah Sinb dan sesekali memandangnya seolah bertanya.
"Kenapa? Kau seharusnya sudah terbiasa dengan ini?" Bisik Jungkook yang sekali-kali menyapa para malaikat yang berpapasan dengan tersenyum atau saling melirik.
"Aku takut bertemu dengan seseorang yang paling tidak ingin ku temui." Ungkap Sinb dengan jujur membuat kirut di dahi Jungkook semakin mendalam, nampak berfikir kemudian ia menyeringai.
"Ku pikir kau tidak akan takut pada apapun!" Sindir Jungkook membuat Sinb seketika menatapnya tajam dan Jungkook tertawa dibuatnya.
"Bisakah kau tidak perlu menyapa mereka?" Sinb terus melayangkan protesnya.
"Aku hanya tersenyum kepada mereka tanpa mengatakan apapun! Ku rasa mereka cukup tahu bahwa aku sedang menjalankan misi. Jadi ku pikir kau lah yang harus menunjukkan sifat manusiamu. Ingat, mereka tetap malaikat dan kapan pun, mereka akan bisa menemukanmu!" Selalu, Jungkook berhasil membuat Sinb begitu kesal.
---***---
Masih di dalam ruangan saat Seulgi mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha melawan rasa pening yang terasa berada pada dahi manusianya. Pada akhirnya perjuangan Seulgi membuahkan hasil, ia mampu berlahan membuka matanya dan seketika terkejut mendapati Suga duduk disampingnya memandanginya dengan wajah sayunya.
"KAU?" Seulgi mengacungkan cari telunjuknya yang masih lemah mengarahkannya pada sosok Suga. Mungkin jika saja ia tidak tahu jati diri seorang Suga sama halnya waktu lalu saat ia dengan bodohnya bergabung dengan mereka di meja kantin, Seulgi mungkin akan bertingkah seperti biasanya. Namun, kenyataannya ia tahu bahwa Suga dan kedua temannya adalah malaikat maut yang harus ia waspadai. Seulgi pikir, ini adalah sikap alamiah bagi seorang roh hilang seperti dirinya, mungkin itu akan berbeda jika itu adalah nona Hwang Sinb yang sangat ia hormati.
Selama puluhan tahun Seulgi terjebak didalam sumur gelap itu setelah pergi kesana-kemari hanya untuk membalaskan dendamnya dan ia juga lupa berapa manusia yang sudah ia buat menjadi roh seperti dirinya. Sebuah keberuntungan hingga akhirnya ia berjumpa dengan Sinb yang membuatnya memiliki level yang lebih tinggi dengan tubuh manusianya ini. Ia cemas jika melihat Suga disini? Ia belum melakukan gerakan apapun dalam rencananya, karena itu ia tidak boleh tertangkap sekarang. Mengingat itu semuanya menimbulkan rasa lain dalam hatinya, rasa gelisah karena merasa bersalah.
"Kau baik-baik saja?" Suga dengan antusias mendekati Seulgi, hendak menyentuhnya namun segera Seulgi tepis yang menimbulkan ekspresi kecewa pada raut wajah Suga.
"A-aku baik-baik saja!" Jawab Seulgi dengan sedikit kegugupan karena rasa takutnya yang tak bisa ia kendalikan.
"Apa aku membuatmu tak nyaman?" Tanya Suga yang menampakkan ekspresi tak enak hati. Seulgi menatapnya dengan kebimbangan yang sangat terlihat. Antara ingin bersikap baik kepada Suga atau mewaspadainya.
"Kau sudah bangun?" Sinb bergabung yang seketika membuat Seulgi nampak menghembuskan nafas leganya dan Sinb tersenyum kepadanya seolah meyakinkannya bahwa tidak ada hal yang perlu Seulgi khawatirkan.
"Iya, aku lebih baik." Sikap Seulgi berubah lebih bersemangat.
"Suga lah yang menyelamatkanmu, jadi kau harus berterima kasih kepadanya." Pinta Sinb dengan mengedipkan matanya yang segera mendapatkan respon dari Seulgi. Segera Seulgi menatap Suga dengan berusaha sebisa mungkin menunjukkan kekagetannya.
"Ah, khamsamida..." Seulgi mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Suga dan Suga meresponnya dengan membalasnya dengan senyuman yang entah mengapa seolah memberikan sengatan pada jantung Seulgi.
"Ah, mereka sangat kaku!" Cibir Jungkook yang seketika Sinb senggol lengannya.
"Hm...Apa kalian sudah mengurus administrasinya?" Suga mengalihkan topik pembicaraan dengan ekspresi malunya dan itu cukup menggemaskan membuat Sinb ingin tertawa namun Jungkook menekan tangannya agar gadis itu tak terlalu terlihat aneh dengan segala tindakannya.
"Tentu saja hyung, oh ya mana Taehyung hyung?" Jungkook berhasil menyelamatkan wajah malu Suga.
"Ia mengurus sesuatu." Jawab Suga yang kini menatap Seulgi lagi dan berhasil membuat gadis itu menunduk karena malu dan suasana menjadi canggung lagi. Sinb dan Jungkook berusaha sebisa mungkin membuat wajah mereka untuk tak terlihat ingin tertawa.
"Sunbae..." Panggil Sinb yang cukup mengejutkan untuk ketiga orang yang kini memfokuskan pandangannya pada sosok Sinb. Jungkook dan Seulgi mendelik, seolah tak percaya Sinb mau memanggil Suga sunbae dan tatapan Suga seolah terpana karena baru kali ini seseorang manusia seperti Sinb memberikan panggilan manusia yang cukup asing ditelinganya tapi meskipun begitu Suga berusaha untuk menerimanya.
"Wae?" Suga dibuat penasaran oleh Sinb yang seketika terlihat tersenyum dan seolah merasa ragu untuk menyampaikan sesuatu.
"Terima kasih sudah menyelamatkannya." Jungkook terkekeh pelan yang seketika membuat Sinb menoleh dan melototi dirinya. Suga memandang aneh sepasang kekasih ini.
"Dan, aku akan menjaganya mulai dari sekarang. Kau boleh pergi." Suga mengangkat satu alisnya dan wajahnya menunjukkan ketidak setujuannya dengan apa yang Sinb katakan.
"Okay, ayo hyung kita pergi. Kau sudah semalaman berada disini dan saat ini kau istirahat." Ajak Jungkook membuat pandangan Suga menerawang nampak kecewa.
"Hm...Baiklah." Gumannya, kemudian Suga mengalihkan pandangannya pada sosok Seulgi dan memberikan senyuman manisnya yang membuat jantung Seulgi ingin keluar dari raganya. Ia memandangi Suga dengan tanpa sadar membuka mulutnya.
"Jaga dirimu baik-baik. Jika kau membutuhakn sesuatu kau bisa hubungi aku." Ucapnya dengan penuh perhatian membuat rona merah di kedua pipi putih susu milik Seulgi tercetak jelas.
"Ah...Ne...Kamshamida." Lagi-lagi Seulgi membungkukkan badannya dan di luar dugaannya dan kedua orang itu, Suga berhasil mendaratkan tangannya di kepala Seulgi dan mengacaknya pelan. Terlihat sekali Suga menunjukkan kegemasannya ketika melihat respon Seulgi.
"Aku pergi..." Pamit Suga dan Seulgi masih melongo seolah dirinya terjebak di dalam dimensi lain dan tak menghiraukan Suga yang kini berjalan dan menghilang dari balik pintu.
"Aku pergi!" Seru Jungkook membuat Sinb meliriknya sesaat dan mengangguk tapi Jungkook tiba-tiba kembali mendekati Sinb dan membisikkan sesuatu yang sebenarnya dapat Seulgi dengar.
"Jangan coba untuk melirik Malaikat lain atau aku akan menghukummu!" Ucapnya dengan seringaian jahilnya yang seketika membuat Sinb mengomel.
"Apa kau gila!" Bagaimana bisa Jungkook bercanda seperti itu? Ia bahkan tak tertarik padanya yang bisa dikatakan wajahnya diatas rata-rata dan tertarik pada malaikat lain? Itu konyol!
"Haha...Selamat tinggal sayang."
Chu~
Jungkook menghilang dan Sinb mematung ditempatnya saat rohnya merasa kembali pada raganya.
"YAK!" Pekiknya yang terlambat merespon ciuman Jungkook barusan dan Seulgi lagi-lagi menganga dibuatnya pemandangan langka dihadapannya ini. Kisah seorang malaikat dan roh hilang? Ini seperti sebuah kisah clasik yang melegenda mungkin? Seulgi segera menggeleng kemudian tersenyum-senyum sendiri ketika mengingat perlakuan Suga.
"Kau menyukainya?" Seperti tertodong sebuah tombak, seperti itulah ketika Sinb mengajukan pertanyaan ini. Seulgi diam, kirut dikeningnya nampak dan bola matanya bergerak tak menentu.
"Itu tugasmu untuk membuatnya suka padamu!" Perkataan selanjutnya dari Sinb membuat mata indah Seulgi membulat dengan lucu. Ia seperti seorang gadis kecil dengan tingkat kepolosan yang teramat. Siapapun tidak akan percaya bahwa sosok didalam tubuh cantik ini adalah roh penuh kesedihan dan dendam yang membahayakan bagi siapapun.
"Kenapa nona?" Saat tak ada siapapun, hanya mereka berdua Seulgi akan memanggil Sinb dengan sebutan nona.
"Aku butuh kau untuk mengalihkan perhatiannya saat aku dan Jungkook sedang melaksanakan rencana kami." Sinb menjatuhkan dirinya di sofa, energinya terkuras dan ia masih belum melakukan ritual pengorbanan roh suci perawan di goa ribuan jiwa. Sesungguhnya, ini sangat mendesak tapi ia tidak bisa meninggalkan Seulgi dengan Malaikat itu atau pun meminta bantuan Jungkook karena Sinb tidak dapat mempercayainya.
"Anda menyetujuinya?" Seulgi bertanya dengan ragu. Ia tak menyangka Sinb benar-benar serius dengan ucapannya yang menyetujui tawaran Jungkook.
Sinb menanggapi pertanyaan Seulgi dengan tersenyum sesaat kemudian mengatakan sesuatu.
"Hm...Aku penasaran tentang masa lalunya. Ku pikir ia memiliki sesuatu yang besar. Kekuatan yang ia miliki tak pantas untuknya yang merupakan bagian dari Malaikat rengkarnasi yang seharusnya di miliki oleh Malaikat keturunan murni. Karena alasan itulah membuatku bertambah penasaran, mungkin dimasa lalu dia adalah seseorang yang memiliki kekuasaan atau keistimewahan, mungkin lebih diatas ku." Seru Sinb yang seketika membuat Seulgi mengangguk, mulai mengerti dengan jalan fikiran nonanya ini.
"Apa anda mempercayainya?" Seulgi bertanya lagi yang seketika membuat senyum Sinb memudar.
"Ani, jangan mempercayai siapapun! Mereka Malaikat maut yang memiliki satu tujuan dengan keberadaannya yaitu mencabut nyawa seseorang dan mengembalikan rohnya kepada tempat yang semestinya, ingat itu! Kau tak boleh mempercayainya atau siapapun kecuali aku! Apa lagi mulut berbisa manusia! Mereka hanya sampah! Kedudukan kita lebih tinggi dari mereka dan jangan sampai mereka berhasil memperdayamu! Kau harus berhasil membuat mereka tunduk kepadamu!" Ucap Sinb yang sekarang terlihat serius.
"Ya nona..." Seulgi mengangguk mengerti membenarkan perkataan Sinb.
"Bersiaplah, kita akan pergi dari sini sekarang juga sebelum semua sadar dengan keanehan dalam tubuhmu." Pinta Sinb dan Seulgi segera bangkit dari tempat tidur itu. Seulgi sudah selesaikan actingnya sebagai manusia dan kini ia berusaha menjadi sosok lain dalam dirinya.
---***---
Sebuah padang safana yang hanya ditumbuhi ilalang dengan deru badai pasir kecil yang terus bergemburu, tertiup menghempas kepenjuru tak beraturan. Menyisakan jejak kelam tatkala menatap langit dengan warna suram. Hanya ada sebuah lirih, dencitan menyayat dengan kesunyian yang mengerikan.
Disana, sebuah sosok dengan surai hitam panjang, tak menampakkan kakinya ditanah. Berdiri memandang dingin hamparan safana, wajahnya pucat, lebih pucat dari seorang geisha dan penampilannya lebih lusuh dengan hanya memakai kimono putih.
"Orabonie..." Suara itu hampir menyerupai bisikan. Ia menangis dengan air mata yang telah mengering di pelupuk matanya.
"Aku akan menemukanmu, tunggu aku!" Lirihnya lagi, dengan tubuh rengkihnya yang kini terjatuh menyentuh kerasnya tanah membuat debu berhamburan.
"Jungkook!" Seseorang yang tak lain adalah Taehyung menepuk pundaknya membuat Jungkook mengerjab-ngerjabkan matanya yang telah berair beberapa kali kemudian menguceknya. Ia tidak tahu apa yang membuatnya terkadang melamun kemudian menangis tersedu-sedu. Ketika merasa seseorang dengan suara familiar memanggilnya merasuki otaknya, memberikan efek cukup parah, membuatnya tak mampu membendung air matanya dengan aneh.
Jungkook tidak tahu, kenapa ini harus terjadi kepadanya. Saat perasaan itu menyergapnya, hati Jungkook tersayat-sayat tanpa bisa ia hentikan.
"Wae?" Suara Jungkook bergetar yang seketika menimbulkan penasaran dari tatapan Taehyung.
"Kau kenapa?" Pada akhirnya pertanyaan itu muncul dari mulut Taehyung membuat Jungkook segera menggeleng dan tersenyum.
"Oh, ku pikir Sinb tidak memberikanmu ciuman sampai kau terlihat menyedihkan seperti itu." Gurau Taehyung sembari terkekeh. Malaikat tampan satu ini memang tak pernah kekurangan bahan candaan untuk mengolok Jungkook maupun Suga. Membuat Jungkook seketika mendengus sebal.
"Apa itu penting?" Meskipun kesal? Tapi Jungkook tetaplah Jungkook yang mudah saja untuk diperdaya tipuan Taehyung, biasanya memang seperti itu yang Taehyung tau.
"Tentu saja, apa memang yang kau lakukan selama ini bodoh? Bergandengan tangan? Ckck..." Taehyung yang selalu bisa membuat candaan dan berubah menyebalkan dalam hitungan detik.
"Tidak, aku pernah mencium pipinya." Ucap Jungkook dengan polos membuat Taehyung hampir terjungkal kalau saja ia tidak segera menyeimbangkan tubuhnya.
"Kau ini polos atau bodoh?" Pekik Taehyung menatap Jungkook tak percaya. Ia dibuat gemas oleh juniornya yang satu ini.
"Apa maksudmu hyung?" Tanya Jungkook masih memasang wajah datar nan penasarannya.
"Ya ampun! Ku pikir kau seorang pemain handal? Bahkan kau belum melakukan apapun kepadanya, setidaknya kau harus melakukan...." Taehyung berhenti berkata seolah memikirkan lanjutan kalimat yang ingin ia katakan. "Kiss...Ya orang-orang berambut emas itu sering menyebutnya seperti itu dan kita mengartikan itu sebuah ciuman dibibir, tidak! Sepertinya lebih dari itu." Taehyung menghela nafas, merasa kesal. Bukannya disini yang bodoh itu adalah Jungkook? Kenapa sekarang ia yang malah terlihat bodoh?
"Oh begitu, nanti aku akan melakukannya!" Ucap Jungkook bersemangat membuat Taehyung menepuk dahinya keras.
Plak
"Sebenarnya kau yang bodoh atau aku? Ah, entah mengapa membayangkan mu melakukan itu membuatku merinding." Selalu Taehyung menunjukkan ekspresi berlebihannya sementara Jungkook menyeringai sesaat, sepertinya pria ini hanya berpura-pura tidak tahu.
"Suga hyung kemana?" Taehyung bertanya.
"Menemani gadis itu." Jawab Jungkook santai membuat Taehyung membelalak dengan berlebihannya.
"Jadi dia terus menungguinya? Bagaimana dengan tugasnya? Apa dia mengabaikan semuanya? Aish! Aku sudah menyuruhnya untuk tak terlalu menyukainya!" Taehyung yang selalu menjadi heboh sendiri tanpa sebab membuat Jungkook yang memperhatiannya semenjak tadi hanya menghela nafas.
"Wae? Bukannya kau mendukung ku? Tapi kenapa tidak pada Suga hyung?" Jungkook benar-benar tak mengerti cara berfikir seniornya yang satu ini.
"Aku tahu, meskipun dugaan ku ini salah tentang bahwa kau adalah seorang pemain tapi sepolos apapun dirimu kau masih bisa kembali kepada kesadaranmu. Kesadaran bahwa sampai kapan pun manusia dan malaikat tidak akan bisa bersama. Aku tahu kau hanya bermain-main dengannya meskipun caramu tidak seperti caraku. Namun aku sedikit khawatir dengan Suga hyung, ia selama ini lebih disiplin dari pada kita dalam hal apapun." Taehyung berhenti berkata kemudian menghela nafas.
"Dan hari ini? Ia melupakan tugasnya hanya untuk memandangi gadis manusia itu? Bukankah type seperti Suga hyung cukup berbahaya jika jatuh cinta?" Duga Taehyung membuat Jungkook tersenyum.
"Hyung, berhenti mengkhawatirkannya. Ia jauh lebih dewasa dari pada kita. Ku rasa Suga hyung akan mampu menangangi ini, ia hanya membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri saja." Wajah Taehyung berubah menjadi kagum dan tersenyum seketika.
"Kook, apa ini? Kau berkata-kata seperti pria yang berasal dari Joseon." Guraunya sambil terkekeh membuat wajah Jungkook kembali kesal.
"Aish! Lupakan saja ucapan ku!" Cicit Jungkook yang kini menghilang dan menyisahkan Taehyung yang senyumnya kini telah memudar.
"Bagaimana dengan ku? Akan kah aku menjadi lebih gila dari Suga hyung?" Guman Taehyung sambil nyengir kuda dan menggelengkan kepalanya seolah menolak pertanyaan yang baru saja ia buat sendiri.
---***---
2 hari telah berlalu semenjak kepulangan Seulgi dari rumah sakit dan selama 2 hari ini pula Sinb selalu di antar-jemput oleh Jungkook.
"Kau sudah siap?" Jungkook berdiri memperhatikan Sinb yang berjalan dengan seragam lengkapnya.
"Kenapa kau selalu menjemputku?" Sinb selalu terlihat tak nyaman dengan kehadiran sosok Jungkook.
"Wae? Kau kan kekasihku." Jawabnya santai dan Sinb membalasnya dengan memutar bola matanya malas yang seketika membuat Jungkook terkekeh.
"Kau tidak perlu memaksakan dirimu seperti ini dan apa kau lupa? Kau hanya perlu melakukan ini di depan mereka!" Omel Sinb yang terlihat seperti sedang memarahi kekasihnya.
"Baiklah jika itu maumu." Jungkook tersenyum dan mememandang Sinb dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Apa kau masih mengalaminya?" Sinb membuka pertanyaan untuk topik lain. Topik terpenting yang seharusnya lebih cepat ia bahas bersama Jungkook.
"Maksudmu?" Jungkook mengharapkan penjelasan lebih.
"Ketika kau tiba-tiba menangis dalam pikiran kosong dengan sosok asing yang terus memanggil-manggilmu." Mata Jungkook membelalak memandang Sinb tak percaya.
"Ba-bagaimana kau tahu?" Ucap Jungkook terbata-bata.
"Kau lupa bahwa aku memiliki banyak pengikut?" Sinb duduk disamping Jungkook yang tiba-tiba menjadi linglung.
"Kau memata-mataiku?" Tanya Jungkook tak terima.
"Bulan purnama 4 hari lagi, saat itu kau harus bersama ku. Aku akan membuka sedikit masa lalu mu." Bukannya menjawab pertanyaan Jungkook malah Sinb mengatakan hal yang lain. Jungkook masih menatap Sinb seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri dengan ucapan Sinb.
"Apa itu bisa?" Jungkook masih belum bisa mempercayai ucapan Sinb dan gadis itu mengangguk dengan yakin.
"Meskipun membutuhkan energi lebih untuk membuka segel ingatanmu tapi tak masalah. Keadaan mu yang seperti ini benar-benar mengingatkan ku pada masa lalu ku." Sinb menunjukkan ekspresi ibanya dan tanpa di duga Jungkook menarik tangan Sinb membuat jarak mereka begitu dekat. Jungkook mengarahkan bibirnya tepat di telinga Sinb.
"Aku tahu kau begitu licik! Jadi, berhentilah menunjukkan ekspresi sok perhatian seperti itu." Bisik Jungkook dan seketika gelak tawa terdengar dari mulut Sinb.
"Wkwkwk....Apa begitu terlihat?" Sinb terus tertawa dan Jungkook hanya memutar bola matanya jengah.
"Kau tidak sedang merencanakan sesuatu kan?" Tebak Jungkook dan tawa Sinb segera lenyap.
"Hm...Aku benci menemukan sosok sepertimu di sekeliling ku. Curiga yang berlebihan dan sialnya lagi kau dengan cepat dapat mengerti diriku." Seru Sinb sambil menyandarkan bahunya pada sofa empuk yang ia duduki.
"Jadi? Apa yang kau rencanakan?" Jungkook tidak ingin menebak lagi atau bermain teka-teki dengan Sinb. Mereka tidak sedang dalam mode perkenalan yang relevan untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Mereka hanyalah seorang patner sementara untuk tujuan masing-masing. Tidak dengan memiliki kepercayaan sepenuhnya atau sebuah komitmen sampai akhir. Seperti itulah hubungan mereka saat ini.
Sinb terdiam seolah berfikir dan kemudian ia meloloskan senyumnya menatap Jungkook santai seperti biasanya.
"Saat ini mungkin tidak ada, tapi nanti? Aku tidak tahu?" Seru Sinb sambil tersenyum penuh arti.
"Aku tidak akan bertanggung jawab jika kau melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan ku. Selama kau membantu ku, aku akan melindungimu tapi jika kau mengatakannya." Jungkook memperingatkan Sinb.
"Ayolah, kenapa kau berbicara dengan gaya menyebalkan seperti itu? Selama ini aku melakukan apapun tanpa bantuan siapapun, jadi kau tak perlu mengkhawatikan ku." Ketus Sinb yang seketika membuat Jungkook mendengus kesal.
"Baiklah, lakukan semaumu!" Kata Jungkook dengan penuh penekanan.
"Kita sudah terlambat, kajja!" Ajak Sinb yang kini melangkah meninggalkan Jungkook yang masih memandangi punggungnya.
"Aku akan mencari tahu." Guman Jungkook.
---***---
Pagi di sekolah saat kebanyakan siswa baru datang dan beberapa dari mereka pandangannya terfokus pada dua siswa dan siswi yang berjalan beriringan dengan senyum yang terus mengembang. Mereka adalah dua visual yang tak dapat diabaikan begitu saja yang tak lain adalah Seulgi dan Suga.
Setelah beberapa hari hubungan mereka memiliki kemajuan bahkan mereka berani berjalan bersama di depan umum.
"Apa kau lebih baik sekarang?" Tanya Suga.
"Ne, seperti yang kau lihat Sunbae." Kata Seulgi dengan malu-malu.
"Aku akan mengantarmu sampai ke kelas." Seru Suga.
"Ania, aku bisa ke kelas sendiri." Tolak Seulgi.
"Wae? Apa kau malu berjalan dengan ku?" Selalu, Suga mudah sekali menunjukkan rasa kecewanya membuat Seulgi selalu tak bisa menolak apapun yang dilakukan pria ini.
"Ah, baiklah." Putus Seulgi membuat bibir Suga mengembang.
"Kajja!" Tanpa sadar Suga menarik tangan Seulgi membuat sebagian siswa mulai heboh membicarakannya.
"Itu Suga oppa?"
"Ya..."
"Yeoja itu siapa?
"Molla..."
"Aku sangat iri dengannya tapi dia juga terlalu cantik."
"Ya, mereka sangat pantas!"
"Bukankah itu mengesalkan!"
"Ya mengesalkan karena tak terbantahkan keserasiannya!"
Tanpa mereka tahu, Suga mendengarkan semua ucapan para siswa itu sambil tersenyum dan Seulgi masih menunduk merasa malu.
Selain mereka berdua, sosok Jungkook dan Sinb juga memperhatikannya.
"Bukankah itu terlalu cepat?" Tanya Jungkook kepada Sinb yang diam-diam tersenyum kecil.
"Apa maksudmu?" Sinb berusaha pura-pura tidak tahu.
"Suga hyung dan temanmu." Jawab Jungkook membuat Sinb beroria.
"Aku tidak tahu, tanyakan saja langsung pada mereka." Ucap Sinb dan Jungkook memicingkan matanya.
"Apa ini salah satu rencanamu?" Sinb terdiam tapi tak mengubah ekspresinya.
"Rencana apa? Kau lihat sendiri bukan saat di mereka dirumah sakit? Apa kau pikir aku merekayasa semua itu? Wah, kau luar biasa sekali." Sinb menunjukkan ekspresi kesalnya.
"Jadi bukan?" Jungkook masih tak yakin.
"Tentu saja bukan!" Bentak Sinb yang sedikit membuat beberapa siswa memperhatikannya.
"Hey kalian! Kenapa berdebat disini!" Sosok Taehyung tiba-tiba datang diantara mereka berdua membuat keduanya saling melirik.
"Sunbae, dia menuduh ku merencanakan sesuatu tentang hubungan Suga sunbae dengan Seulgi." Keluh Sinb kepada Taehyung membuat pria itu segera mendelik ke arah Jungkook yang kini menatapnya malas.
"Bagaimana kau seperti ini kepadanya? Kau tak boleh menyakiti perasaan kekasihmu Kook!" Taehyung dengan tampang seriusnya barusaha untuk menasehati Jungkook.
"Lebih baik kau cari saja pasangan! Dari pada mengurusi kami!" Pekik Jungkook yang segera menarik tangan Sinb untuk mengikuti langkahnya.
"YAK! Bagaimana bisa kau mengatakan itu kepadaku!" Teriak Taehyung kesal.
"Kenapa kau kasar sekali kepadanya!" Protes Sinb.
"Itu semua salahmu, untuk apa kau mengatakan itu kepadanya?" Tanya Jungkook yang masih berjalan dengan menarik tangan Sinb.
"Tidak ada alasan khusus." Jawab Sinb seadanya.
"Sudah ku katakan jaga sikapmu!" Kali ini Jungkook berhenti dan Sinb terpaksa mendadak berhenti. Kini pandangan mereka saling beradu dengan keheningan yang tercipta.
"Jangan mengaturku!" Tatap Sinb tajam.
"Kau harus menurut, kau lupa bahwa aku bisa melakukan apapun!" Ancam Jungkook.
"Aku juga bisa melakukan apapun!" Balas Sinb datar.
"Lakukan saja dan kau akan menanggung semua hukuman yang perlu kau tanggung!" Kata Jungkook tak mau kalah membuat Sinb menghela nafas untuk menetralkan emosinya. Mendengarkan kata hukuman? Selalu membuat jantung Sinb berdetak lebih cepat karena kata itu menimbulkan sebuah traumatik pada dirinya tentang kejadian beberapa ratus tahun lamanya yang Sinb pendam dalam hati dan fikirannya.
"Tidak sekarang, masih banyak hal yang harus ku lakukan termasuk membantumu!" Akhirnya Sinb mengalah dan memilih meninggalkan Jungkook sendirian di lorong.
"Bagaimana mungkin aku bisa mempercayaimu Hwang Sinb?" Guman Jungkook yang kini menatap kepergian Sinb dengan tatapan sayunya.