Read More >>"> JEOSEUNGSAJA 'Malaikat Maut' (Chapter 16) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - JEOSEUNGSAJA 'Malaikat Maut'
MENU
About Us  


!!!Warning!!!


Sinb terduduk dengan wajah berantakan. Ia sudah berhasil melumpuhkan iblis yang merasuki pria di club tadi dengan seluruh kekuatannya. Bukan karena iblis itu memiliki kekuatan besar tapi karena hati Sinb sangat kacau dan akan selalu kacau ketika bertemu dengan Jungkook, ia menyeka air matanya yang terus turun membiarkan bola kristal itu tetap melayang disana sampai sosok Rapmon datang menghampirinya, meraih tubuh Sinb dan memeluknya erat.

"Kenapa kau seperti ini?" Tanya Rapmon yang sebenarnya pria ini cukup tau apa yang membuat wanita ini bersedih.

"Lihatlah aku!" Pinta Rapmon dan Sinb yang semenjak tadi menyembunyikan wajahnya kini mengakatnya, membuat kedua bola mata tergenang air mata itu bertemu dengan tatapan sedih Rapmon. Pria itu sedih dan terluka melihat wanita yang di cintainya menjadi seperti ini.

"Lepaskan beban itu Hwa-eun." Kata Rapmon membuat tangis Sinb semakin menjadi.

"Aku tidak akan menghalangimu jika kau ingin bersamanya." Tanpa di duga Rapmon rela melepaskan Sinb membuat Sinb menatapnya tak percaya dan ia pun menangis sambil menggelengkan kepalanya.

"Ani, aku tidak akan meninggalkanmu." Jawab Sinb dan Rapmon tersenyum sembari berkata.

"Perlu kau tau, aku hanya akan menyukaimu tapi aku akan membenci diriku sendiri jika aku terus menahanmu dan mengabaikan semua penderitaanmu. Dulu dan sekarang berbeda Hwa-Eun, aku tidak ingin lagi menjadi Putra Mahkota yang egois yang hanya memikirkan diriku. Sudah saatnya kau memulai kehidupan barumu, seperti ini lah caraku mencintaimu." Rapmon mendekat dan Sinb diam, tak menghindar saat bibir Rapmon menyatu dengan bibirnya. Pria itu tak melumatnya, hanya menempelkannya saja kemudian melepaskannya dan beralih pada dahi gadis itu, cukup lama Rapmon mengecupnya sembari mengelus lembut surai hitam Sinb.

"Aku mencintaimu sampai kapanpun. Jangan bersedih lagi, itu akan menghancurkan ku. Kau berhak untuk meraih apa yang kau inginkan dan jangan lupa untuk tetap menjalankan hukuman ini, agar kau bisa mendapatkan lagi keistimewaan sebagai seorang malaikat." Kata Rapmon dan Sinb mengangguk mengerti.

"Aku pergi, jaga dirimu. Jika kau membutuhkan ku, kau bisa memanggilku atau J-Hope. Sampai jumpa Hwa-Eun." Rapmon tersenyum sangat manis membuat Sinb lagi-lagi menangis karena merasa bersalah tak bisa memenuhi janjinya untuk memulai bersama dengan Rapmon, namun Sinb malah terjebak dengan sesuatu yang tak pasti.

Sinb masih memikirkan Jungkook, masih merindukannya--sangat merindukannya, perasaan cinta itu semakin membesar pada pria yang pernah membunuhnya itu. Bahkan ketika bertemu dengannya tadi, Sinb merasa tak sanggup menopang tubuhnya dan Sinb lebih tidak sanggup dengan hatinya yang terus meneriaki nama Jeon Jungkook yang tak mampu ia kendalikan lagi.

Sinb merasa sangat bodoh, menginginkan sesuatu yang tak akan pernah bisa ia gapai. Pada akhirnya, ia akan seperti ini--terluka sendiri, menangis sendiri, mengasihani dirinya sendiri.

---***---

Jungkook sudah ada dikamar Mina, berbaring menghadap tubuh yang tengah terlelap itu. Meskipun ia berada disini, fikirannya melayang ke kejadian beberapa menit lalu saat di club malam, ketika melihat sosok Sinb yang muncul bersama Rapmon.

Jungkook tak menyukainya--tak menyukai fakta bahwa mereka datang bersama dan saat fikirannya mulai menduga-duga, apa yang mereka lakukan selama ini? Apakah mereka selalu bersama? Ingin sekali Jungkook menyeret Sinb saat itu tapi Jungkook menahannya, ia tak berhak karena semua kesalahannya dimasa lalu dan Sinb pasti membencinya.

"Jendral Jeon." Guman Mina yang kini membuka matanya. Jungkook nampak terkejut dan kebingungan, ia tidak sedang ingin mengatakan dan menjelaskan apapun kepada Mina.

"Aku membangunkanmu?" Tanya Jungkook dengan kikuk dan Mina menggeleng. Gadis ini cukup merasakan semua perubahan Jungkook yang kini terlihat berusaha menjaga jarak dengannya.

"Apa yang mengganggumu, Jendral Jeon?" Tanya Mina, Jungkook terdiam terlihat kebingungan.

"Aku? Apa aku membuat kesalahan kepadamu?" Mina bertanya lagi dan Jungkook segera menggeleng dengan senyum getirnya.

"Aku, akulah yang bersalah." Jawab Jungkook membuat mata Mina melebar.

"Wae?" Desak Mina.

Jungkook menghela nafas sembari memejamkan matanya, kemudian menghempaskannya keluar. Mencoba memberanikan dirinya untuk mengatakan kebenaran ini, kebenaran tentang hati dan fikirannya yang dipenuhi dengan sosok Sinb, membuatnya tak sanggup untuk memikirkan hal lain.

"Mianhae..." Lirih Jungkook yang tak sanggup untuk melanjutkannya. Melihat wajah Mina membuat ia semakin merasa bersalah, ya semua ini adalah salahnya.

Mina masih menunggu dengan segala dugaan dalam fikirannya.

"A-aku tak bisa menjagamu lagi." Kata Jungkook yang jelas sekali pria itu memaksakan dirinya untuk mengatakannya. Mata Mina mulai berkaca-kaca tapi ia berusaha untuk mengangkat sedikit sudut bibirnya.

"Mianhae Mina-ya...Aku tak layak untukmu. Aku pria yang jahat, sangat jahat. Aku tidak bisa lagi bertindak semau ku seperti ini. Kau boleh marah padaku atau jika mau kau boleh menghajarku sekarang, aku akan menerimanya." Bahkan air mata Jungkook sudah turun dengan bebasnya dan pria itu tak mempedulikannya, Mina yang terpenting sekarang--hatinya pasti hancur, mendengar perkataan jahat dirinya. Ya, Mina menangis sambil memejamkan matanya dan Jungkook langsung memeluknya.

"Aku memang pria brengsek! Aku, aku biadab!" Jungkook terus memaki dirinya sendiri yang membuat Mina semakin terisak. Mina terluka dan sedih karena ia begitu mencintai pria ini, ia menunggunya selama ribuan tahun lamanya dan sekarang? Setelah Mina menemukannya dan merasakan kebahagiaan, Jungkook memilih meninggalkannya. Mengapa?

"Ke-na-pa kau laku-kan ini ke-pa-da ku?" Mina bertanya dengan terbata-bata yang masih berusaha menghentikan isakan tangisnya dalam dekapan Jungkook.

"Aku tidak ingin membuatmu terluka semakin parah. Maafkan aku, aku tidak bisa mengulang kisah kita lagi." Jungkook melepaskan dekapannya dan memandang wajah cantik nan kacau milik Mina. Jungkook menghirup udara dalam-dalam dan menguatkan hatinya.

"Jaga dirimu baik-baik. Kau bisa memanggilku jika kau membutuhkanku, aku akan berbicara dengan Seulgi. Mianhae Mina-ya, hiduplah dengan baik dan berbahagialah." Ucap Jungkook sambil mengelus pucuk kepala Mina dan menghilang begitu saja.

"Jendral Jeon!" Panggil Mina dengan lirih dan tangisnya pun semakin pecah.

Klek

"Wae?" Seulgi yang mendengar suara tangis Mina segera datang dan memeluknya.

"Je-nd-ral Je-on, ia me-ning-gal-kan-ku." Katanya dengan isak tangis. Seulgi nampak terkenjut dan bingung mau bereaksi apa? Pada akhirnya, ia hanya mampu memeluk Mina dengan diam sampai gadis itu kelelahan, kemudian tertidur lagi.

Seulgi menyelimuti tubuh Mina dengan selimut setelah itu ia segera menghilang, hendak mencari sosok Jungkook.

Seperti dugaannya, Jungkook berada di gua lilin seribu jiwa. Seulgi melihat Jungkook dengan posisi terduduk dan menunduk, sepertinya ia juga tak terlihat baik-baik saja.

"Wae? Apa yang terjadi?" Tanya Seulgi dengan hati-hati. Bagaimana pun, Jungkook adalah teman malaikatnya yang tau segalanya tentang Seulgi dan juga salah satu pelindung terkuatnya yang selalu berusaha melindunginya dari ancaman banyak malaikat. Ia peduli pada Jungkook sebelum mengenal Mina dan keadaan sekarang membuatnya merasakan dilema. Sulit baginya untuk memihak antara Jungkook atau Mina? Jujur, Seulgi juga menyukai Mina--gadis pendiam, anggun dan baik itu sangat menyenangkan.

Helaan nafas Jungkook terdengar jelas dikeheningan malam di tengah pekatnya hutan dengan siulan beberapa binatang malam dan kemercik air terjun.

"Aku memang berengsek, Seul. Aku tak pantas untuk siapapun!" Kata Jungkook seolah menyentak dirinya sendiri. Seulgi tak pernah menyangka bahwa Jungkook akan sejatuh ini. Apa yang sebenarnya dialami pria ini? Kenapa, ia nampak begitu kacau? Seulgi merasa kasihan kepadanya.

"Ada apa?" Seulgi mengulangi pertanyaannya lagi. Ingin rasanya ia memaksa Jungkook untuk mengungkapkannya segera, tapi ia tak sanggup mengatakannya saat melihat keadaan Jungkook yang kacau.

Jungkook mulai memberanikan diri untuk memandang sosok Seulgi dihadapannya sekarang. Mata sembab dengan sisa air mata pada wajahnya, rambut hitam legam yang acak-acakan.

"Ottokae? Aku tak bisa melepaskan bayangan wanita itu, padahal akulah yang membunuhnya dan anak ku yang ada dalam kandungannya." Seulgi menganga dan tangannya menutupi mulutnya segera. Ia tak menyangka, masa lalu Jungkook akan sekelam itu.

"Si-siapa? Kau membicarakan siapa?" Tanya Seulgi.

"Sinb, gadis yang pernah ku ceritakan kepadamu dan ia adalah malaikat murni. Kau tak mengingatnya karena ingatanmu atau siapapun kecuali diriku, telah dihapus. Mereka menghukumku dengan mengingat kenangan menyedihkan ini, aku tak sanggup untuk menahan rasa sakit ini." Seulgi terliat diam nampak berfikir tapi ia tidak juga mengerti.

"Bukankah Mina masa lalumu?" Tanya Seulgi dan Jungkook mengangguk.

"Mina dan Hwang Sinb." Kata Jungkook. "Aku bertemu dengannya setelah Mina meninggal, aku mendekatinya hanya untuk membalaskan dendamku pada Putra Mahkota dan saat yang tepat aku membunuhnya." Lirih Jungkook yang menunjukkan penyesalan yang teramat.

"Astaga! Jadi kau menyukainya?" Duga Seulgi dan Jungkook hanya diam tak membalasnya. Seulgi seketika juga diam, menduga-duga semuanya dalam fikirannya.

"Kook, apakah ini alasanmu meninggalkan Mina?" Dugaan tepat yang mampu Seulgi pikirkan, kali ini Jungkook mengangguk.

"Aku ingin mengabaikannya tapi aku tak bisa. Dimana pun aku berada, aku akan mengingatnya dan itu membuatku gila. Ini terjadi karena ingatanku telah kembali dan aku tak mau menipu Mina terus-menerus, maafkan aku Seulgi-ya." Seulgi hanya mampu mendesah mencoba untuk mengerti keadaan Jungkook yang dirinya sendiri tak mampu untuk memecahkannya.

"Aku harap kau bisa melindungi Mina karena aku tidak ingin terus membuatnya tergantung padaku." Lanjut Jungkook membuat Seulgi mengangguk.

"Ya, aku mengerti. Aku harap kau tetap melindungi kami dari jauh. Aku hampir saja ketahuan oleh Suga." Kali ini Seulgi yang mengungkapkan kegundahannya, ia berusaha duduk dengan nyaman disamping Jungkook.

"Wae? Bagaimana bisa kau ketahuan? Kalau Sinb tau, kau pasti dihajar olehnya." Seulgi menoleh, menatap lekat Jungkook.

"Para Malaikat sepertinya sudah mulai mencurigai keberadaan ku. Orang seperti apa Hwang Sinb itu? Apa kami begitu akrab dulu?" Seulgi mulai berusaha mempercayai ingatan Jungkook.

"Aku akan memberesakan masalah itu, tenang saja. Sinb? Tempramen dan semaunya. Apakah kalian akrab? Ya, kalian sangat akrab dan ia menyayangimu. Apartemen yang kau tempati itu adalah miliknya, bahkan ilmu yang kau peroleh untuk upacara itu pasti darinya dan hal terakhir yang ia lakukan sebelum pergi adalah menyatukan roh Mina dengan jasad manusia itu." Seulgi membisu dengan fikiran berkecambuk.

"Aku tau, kau tidak akan mungkin mempercayai ini." Kata Jungkook yang mampu membaca ekspresi Seulgi.

"Kau bisa memberitahuku, namanya saat dulu" Kata Seulgi.

"Namanya Hwang Eunbi atau Hwa-Eun." Mulut Seulgi tambah menganga dan kini menatap Jungkook hendak mengatakan sesuatu.

"Kook..." Panggilnya.

"Wae?" Jungkook sama sekali tak mengerti dengan reaksi yang diberikan oleh Seulgi.

"Kurasa nama itu ada dalam kitab yang ku pelajari, Hwa-eun." Kata Seulgi masih dengan ekspresi tercengannya.

"Sudah ku duga, dia tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Apa sekarang kau akan mempercayaiku?" Tanya Jungkook.

"Sepertinya." Jawab Seulgi dan entah mengapa? Mata Jungkook berbinar, mungkinkah ia berfikir bahwa ada harapan?

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Melihat Jungkook yang terlihat linglung, Seulgi yakin bahwa pria itu tak memiliki pandangan apapun untuk melakukan tindakan melihat ia masih disini dalam kondisi yang berantakan pula.

"Tidak, kau tidak boleh seperti ini." Seulgi merasa harus membantu Jungkook mencari jalan.

"Wae?" Jungkook bingung dengan sikap Seulgi.

"Kau harus pergi kepadanya, meminta maaf dan perjuangkanlah cintamu. Mungkin kau telah melakukan kesalahan besar tapi masa lalu. Entah mengapa aku merasa, ia pasti sama menderitanya seperti dirimu. Astaga Kook, kau benar-benar berhasil mengacaukan hati kedua wanita itu. Aku tau kau tidak dapat memilih keduanya tapi setidaknya satu yang dapat kau raih." Nasehat Seulgi membuat Jungkook termenung, mencoba memikirkan ucapan Seulgi. Manik matanya mulai bergerak dengan ragu dan memandang Seulgi dengan nafas tercekat.

"A-aku menemuinya?" Seperti seseorang yang terserang kegugupan, seperti itulah Jungkook sekarang dan Seulgi dibuat terkejut untuk kesekian kalinya. Jungkook yang dihadapannya ini sangat berbeda dengan yang ia kenal selama ini. Rapuh, berantakan dan menyedihkan, Seulgi tidak mengira dibalik kediamannya selama ini memiliki sejuta rasa sakit.

Seulgi menghela nafas. "Ya, akuilah seperti apa perasaanmu meskipun pada akhirnya ia tidak dapat menerimamu. Bagiku itu cara terbaik yang bisa kau lakukan untuk sekarang." Jungkook mengangguk pelan.

"Jadi lakukan itu sekarang, aku akan mengurus Mina. Kurasa Taehyung menyukainya, aku hanya perlu memfasilitasi mereka tapi jika itu tidak berhasil? Ku rasa sudah takdir mereka." Seulgi juga memikirkan Mina dan sedikit lega jika Taehyung bisa menjadi penghibur untuk Mina nantinya tapi itu jika Mina mau menerima pria itu, yang perlu Seulgi lakukan hanya membantu mereka dari belakang tanpa mereka tahu.

"Aku akan pergi menemuinya." Lirih Jungkook dan Seulgi memandangnya, mengangguk dengan sorot mata keseriusan itu, seolah memberikan Jungkook kekuatan.

"Gomawo Seulgi-ya." Jungkook sedikit menyunggingkan sudut bibirnya meskipun kenyataannya sangat tak mudah dan ia mengilang dalam pekatnya malam.

---***---

Sinb kembali berada di goa yang selalu ia tempati ketika ia sendiri, menangis dalam diam. Hal ini sama seperti ketika Jungkook membunuhnya--rasa sakit itu membuatnya tak bisa melakukan apapun kecuali menangis.

Kenapa takdir begitu kejam kepadanya? Pada akhirnya Sinb hanya berani menyalahkan takdir karena kenyataannya ia tidak mampu membenci Jungkook. Senyumannya selalu membayangi fikiran Sinb, membawanya pada perasaan rindu yang tak terbantahkan. Suaranya selalu membuat Sinb ingin terus mendengarkannya dan pelukan hangat itu, Sinb ingin menjumpainya lagi meskipun sekali.

Pada akhirnya Sinb bertingkah seperti pengemis bodoh yang meratapi keadaan yang membuatnya terlihat menyedihkan. Sinb berani bertaruh bahwa Jungkook jelas tidak akan pernah mengalami hal semacam dirinya ini.

"Apa kau seperti ini setiap waktu?" Suara itu? Bagaimana suara itu mirip dengannya? Tapi Sinb tak mau begitu saja mempercayainya. Ia masih menunduk dengan posisi duduk dan memeluk seluruh kakinya. Ia semakin bingung ketika mendengar serap langkah kaki semakin mendekat.

Pelukan, Sinb merasakan tangan kekar memeluknya. Hangat, Sinb merasakan perasaan hangat itu menjalar keseluruh tubuhnya.

"Mianhae, Hwang." Panggilan itu seketika membuat Sinb memberanikan diri untuk mendongak. Ia terkejut bukan main saat tau bahwa seseorang dihadapannya ini memang benar Jungkook. Pria yang sangat ia rindukan setengah mati, tapi kenapa ia berada disini? Sinb tak mengerti.

Tatapan kelam itu menunjukkan seberapa dalam luka yang telah ia miliki. Air mata Sinb mengalir hanya dengan memandang mata kelam Jungkook.

"Aku tidak bisa meninggalkan mu lagi. Aku mencintaimu Hwang. Maafkan aku karena baru mengatakannya sekarang. Aku mmpphh." Belum selesai Jungkook mengatakannya, Sinb membungkamnya dengan bibirnya. Menyalurkan semua rasa kerinduan dan sakit yang selama ini ia tahan.

Jungkook terpaku untuk sesaat, sampai kesadarannya mulai kembali dan membalas tiap lumatan lembut Sinb. Awal yang baik dengan lumatan-lumatan lembut sampai Jungkook memberanikan diri untuk menarik tengkuk Sinb, memperdalam ciumannya. Mencoba mengakses lidah Sinb dan bermain bersama didalamnya, mereka melakukan cukup lama sampai nafas mereka memburu. Jungkook menghentikannya, memberikan jeda kepada mereka berdua dengan hanya menempelkan dahi mereka dengan pandangan yang saling beradu.

Sinb tersenyum, ia tak mampu mengungkapkan seberapa bahagianya dirinya saat ini. Beberapa menit lalu, Sinb berfikir bahwa dirinya seperti pengemis yang sangat ingin Jungkook mengasihaninya karena terlalu jauh jika berharap bahwa Jungkook akan membalas cintanya tapi ia tidak menyangka bahwa Jungkook juga mencintainya. Ini benar-benar terlihat seperti delusi.

"Apa yang kau fikirkan?" Tanya Jungkook, nafas hangat Jungkook menerpa kulit muka Sinb membuat wanita itu memejamkan matanya, menikmati momen langkah setelah ribuan tahun.

"Aku berfikir ini hanya mimpi." Akui Sinb membuat Jungkook tersenyum. Berlahan ia berdiri dan menarik tangan Sinb untuk ikut berdiri dari posisinya yang tadi.

Tubuh mereka menempel dengan tangan kanan Jungkook yang mengalung pada pinggang ramping Sinb dan tangan kirinya berada tepat ditengkuk Sinb, masih memandang Sinb intens sementara Sinb sudah mengalungkan kedua tangannya pada leher Jungkook.

"Aku mencintaimu, jangan menyakitiku lagi." Ucap Sinb membuat Jungkook berkaca-kaca. Ia tidak pernah berfikir bahwa luka yang dirinya berikan separah ini. Jungkook benar-benar merasa bersalah untuk semuanya.

Jungkook mengecup singkat dahi Sinb sebelum akhirnya mulai melumat bibir mungil itu dengan menuntut, menyalurkan semua jenis ke frustasian akan semua kesalahan yang ia berbuat. Bahkan tangan Jungkook mulai bergerlia, meraih jas hitam yang Sinb pakai dan menghempaskannya tanpa melepaskan tautan bibirnya. Kemudian dengan lihainya Jungkook membuka kancing kemeja Sinb satu persatu tanpa membuat kancing itu copot, kemeja putih itu pun terjatuh dan hanya menunjukkan kulit putih mulus milik Sinb yang terus Jungkook belai sebelum akhirnya ia menarik kaitan bra Sinb, membiarkannya jatuh begitu saja.

Sinb tak menghiraukan dirinya yang sudah setengah tak berbusana, ia terus memburu bibir Jungkook yang seperti permen loli baginya, sangat membuat dirinya candu. Sementara Jungkook, sudah berhasil meraih dada kenyal itu meremas-remasnya bersamaan membuat Sinb tak berdaya untuk mengeluh dan menghentikan aktifitas cumbuannya.

Melihat itu, Jungkook segera memindahkan bibirnya pada leher mulus Sinb, menjilatinya dan mengigitnya membuat Sinb memejamkan matanya dan melengkuh lagi.

"Emmm..." Lirih Sinb yang membuat Jungkook semakin bersemangat untuk bermain-main dengan dada Sinb dengan lidahnya yang masih bergilya dibawah leher Sinb yang kini sampai pada dada kenyal yang telah merah oleh remasannya. Bibir Jungkook meraih salah satunya dan lidahnya mulai bermain disana, mengulumnya sementara tangan satunya sudah memutar pucuk dada kenyal tersebut dan memilinnya membuat lagi-lagi Sinb melengkuh.

"Emmm Kook." Dengan menjambak rambut Jungkook membuat pria ini senang bukan main. Jungkook menghentikan aktfitasnya sesaat, membuka sweeter hitam yang ia pakai yang kini memperlihatkan tubuh setengah tak berbusana, kemudian ia melepaskan celananya dan rok hitam Sinb.

Jungkook menggendong tubuh Sinb dan menghilang bersama, mereka muncul diatas tempat tidur besar dengan posisi saling mencumbu. Sinb menghentikan aksi ciumannya saat menyadari mereka tidak sedang berada di Goa.

"Kook, kita dimana?" Tanyanya pada Jungkook yang sudah berada diatasnya, memandang Sinb dengan penuh cinta.

"Rumah baru kita." Jawabnya yang kini sudah berhasil melepaskan celana dalam Sinb dan membuat mereka benar-benar telanjang.

"Aku tidak pernah berfikir bahwa malaikat seperti kita memiliki rumah?" Tanya Sinb dengan heran, Jungkook tak menghiraukannya, pria itu fokus pada bagian bawah tubuh Sinb, ia sedang bermain disana membuat Sinb lagi-lagi melengkuh.

"Emmaahh Kook, aku sudah tidak tahan lagi." Mohon Sinb dan Jungkook segera memindahkan kepalanya dan menerjang bibir Sinb lagi.

"Aku akan memasukkannya." Kata Jungkook disela-sela ciumannya dan Sinb mengangguk.

Mereka telah menyatuhkan tubuh mereka bersamaan dengan rasa cinta dan rindu yang terpendam, melebur mengikuti irama gerakan tubuh mereka yang memiliki ritme yang sama dan sampai ketika mencapai puncaknya.

"Aaahhhh." Lengkuh mereka bersamaan saat merasakan titik kenikmataan yang tiada tara itu.

Jungkook menjatuhkan dirinya disebelah Sinb dan memeluk wanitanya dengan hangat.

"Aku mencintaimu Hwang Eunbi, sampai kapan pun." Bisik Jungkook pada telinga Sinb sebelum mencium dahinya dan Sinb hanya tersenyum, menyandarkan kepalanya pada dada Jungkook.

"Aku juga..." Jawab Sinb.

Entah mereka tak ingin atau memang tak mempunyai banyak kata untuk saling mengungkapkan perasaan mereka ini. Mungkin bagi Jungkook semua sudah sangat menjelaskan bagaimana dirinya menjadi gila karena Hwang Eunbi, membuang semua rasa malunya dan sekali lagi menunjukkan keberaniaannya untuk kembali mengejar Sinb. Ia rela melakukan apapun untuk menebus semua kesalahannya. Nyatanya keinginan Sinb cukup sederhana, hanya dengan melihat Jungkook datang dan mengaku kepadanya tentang perasaannya, itu sudah lebih dari cukup baginya.

---***---

J-hope duduk dihadapan Rapmon yang sedang membaca laporan beberapa malaikat. Ia mendengus karena lagi-lagi Rapmon mengabaikannya.

"Kau bodoh!" Cibir J-hope.

"Aku tau." Jawab Rapmon yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

"Tapi Hwa-Eun bahagia." Kata J-Hope dengan lirih.

"Ne, karena itu aku melepaskannya." Balas Rapmon yang membuat J-Hope mendesah.

"Ini juga akan menguntungkan Hwa-Eun. Aku tidak perlu mengawasinya lagi untuk memburu iblis." J-hope senang dengan pemikirannya ini membuat Rapmon kali ini menatapnya datar.

"Itu tanggung jawabmu, Jungkook berada dalam pengawasan ku dan tugasnya hanya untuk mencabut roh saja." Kukuh Rapmon membuat J-Hope terbahak.

"Kau selalu tanggap jika berurusan dengan pekerjaan. Lagi pula, mereka sekarang sepasang kekasih pasti mereka tidak akan mau berpisah, kemana pun bersama. Akan sangat jahat jika kau memisahkan mereka dengan tugas seperti itu, setidaknya beri kebijakan lain. Berikan Jungkook kewenangan untuk menangkap iblis, dengan itu mereka akan menangkap iblis bersama-sama dan Hwa-Eun tak akan kelelahan." Usul J-Hope yang pantang menyerah itu membuat Rapmon menghela nafas.

"Bilang saja kalau kau ingin bermalas-malasan di gua. Hope, kau tau sesuatu besar akan terjadi dan kita harus menghadapinya. Aku butuh dirimu, Hwa-Eun dan semua malaikat untuk menghadapinya. Tugas Hwa-Eun untuk menangkapi iblis saat ini untuk meringankan saja, sebelum serbuan terjadi." Kali ini Rapmon menunjukkan wajah kegelisahannya. J-Hope diam, kemudian mendengus.

"Aku benci jika kau membicarakan masalah itu lagi tapi aku tau kita tidak punya pilihan." J-Hope mendesah.

"Kurasa, aku harus menemui Hwa-Eun agar ia lebih cepat menyelesaikan misinya." Lanjut J-Hope dan Rapmon mengangguk, menyetujui.

"Aku pergi." Pamit J-hope yang kini menghilang meninggalkan Rapmon yang kini menampakkan wajah sedihnya.

"Hwa-Eun...Aku berharap kau akan bahagia." Gumannya pada udara kosong diruangan ini yang sepi.

Pada akhirnya, hati akan selalu menunjukkan jalan yang tak pernah terduga. Membawa kekuatan besar untuk menentukan sikap, memilih menjadi kuat untuk melepaskan atau kembali memperjuangkannya meskipun tak jarang rintangan yang menghampiri mampu memberikan luka. Namun selama rasa itu masih ada, tak ada satu pun halangan yang mampu menghalanginya untuk melesat dan menggapainya.

-Tbc-

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bulan Dan Bintang
4607      1177     3     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
Memorieji
6441      1313     3     
Romance
Bagi siapapun yang membaca ini. Ketahuilah bahwa ada rasa yang selama ini tak terungkap, banyak rindu yang tak berhasil pulang, beribu kalimat kebohongan terlontar hanya untuk menutupi kebenaran, hanya karena dia yang jadi tujuan utama sudah menutup mata, berlari kencang tanpa pernah menoleh ke belakang. Terkadang cinta memang tak berpihak dan untuk mengakhirinya, tulisan ini yang akan menjadi pe...
Intuisi
3291      883     10     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
Cintaku cinta orang lain
325      267     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
Werewolf, Human, Vampire
3490      1078     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY!(username: msjung0414) 700 tahun lalu, terdapat seorang laki-laki tampan bernama Cho Kyuhyun. Ia awalnya merupakan seorang manusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis vampire cantik bernama Shaneen Lee. Tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu dikarenakan perbedaan klan mereka yang tidak bisa diterima oleh kerajaan vampire. Lalu dikehidupan berikutnya, Kyuhyun berub...
Mars
901      498     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
TRIANGLE
285      178     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
Aku Mau
9770      1854     3     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.
Run Away
6492      1480     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
6884      1786     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...