Rion berdecak kagum. “Warna mata lo bagus pake banget,” pujinya.
Rachel, Sharla, Tris, Raka, Rion dan Theo baru saja masuk ke ruangan tempat Aretha dirawat. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Aretha baru saja bangun dari tidurnya. Tadi, setelah percakapan Aram dan Aretha sekitar empat jam yang lalu, Aram memaksa Aretha untuk kembali tidur walaupun Aretha bersikeras bahwa dia sudah tidak mengantuk.
“Udah lama banget gue gak ngeliat mata biru lo,” ujar Sharla.
“Alvaro lagi ngapain sampe dia minta tolong Aram?” tanya Rachel.
“Ngejagain my precious twin. I guess, itu juga yang gue lakuin sampe kayak gini,” jawab Aretha sambil mengangkat tangan kanannya yang dibalut perban.
“Gue balik dulu,” ujar Aram sambil melangkah ke arah pintu.
Tidak ada yang berbicara sampai suara pintu tertutup dan Aram sudah menghilang dari ruangan itu. Rachel, Sharla dan Tris menatap Aretha dengan pandangan bertanya, sementara Raka, Rion dan Theo sudah duduk di sofa tempat Aram tidur semalam.
“Gue call Alvaro dulu,” ucap Rachel sebelum berbalik dan berjalan ke arah pintu untuk keluar.
“Gue gak mau denger kalian berantem lagi, apalagi gara-gara ini,” ucap Aretha yang membuat Rachel menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya.
“Semoga,” ucap Rachel sebelum akhirnya berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu.
“Guys,” panggil Aretha membuat Sharla dan Tris yang berdiri di sisi Aretha dan sedang asik memainkan handphone masing-masing menoleh menatap Aretha.
“Hm? Lo laper? Haus? Pengen ke toilet?” tanya Tris.
Aretha mendengus malas. “Hari ini hari apa?” tanya Aretha.
“Hari ini? Sabtu. Oh no, kepala lo gak kebentur atau apa pun itu yang bisa bikin lo lupa ingatan kan?” ujar Sharla heboh.
“Tanggal?” tanya Aretha lagi tanpa menjawab pertanyaan Sharla.
“Sepuluh Oktober. Lo gak lupa ingatan beneran kan?” tanya Tris heran.
“Kalian berdua gak inget ini hari apa?” tanya Aretha melayangkan tatapan menyelidiknya pada Sharla dan Tris secara bergantian.
“Hari apa?” tanya Sharla dan Tris serempak.
“Lupakan. Kayaknya lo berdua yang lupa ingatan!” seru Aretha kesal sebelum meraih handphone-nya dan memainkannya.
Setelah beberapa menit, Aretha meletakkan handphone-nya dan menatap Sharla dan Tris dengan sorot mata tajamnya.
“Get out!” seru Aretha membuat kelima orang yang berada di ruangan itu menatapnya dengan bingung. “Keluar. Gue butuh sendiri, lo semua bikin gue bad mood padahal ini masih pagi.”
“Lo kenapa sih?” tanya Sharla.
“Keluar,” ujar Aretha lagi.
Hal itu membuat kelima orang yang berada di ruangan itu berjalan ke arah pintu untuk keluar dari ruangan itu dan membuat Rachel yang baru saja membuka pintu bingung karena Sharla mendorongnya mundur.
t h e b e t
“Ngapain lo di sini?” tanya Aretha saat melihat Aram masuk ke dalam ruangannya.
“Alvaro gak bisa jemput lo, jadi dia minta gue buat jemput lo,” jawab Aram.
“I guess dia lebih mentingin Aletha,” gumam Aretha sebelum kembali menatap Aram. “Gue bisa balik sendiri, jadi harusnya lo gak perlu ke sini.”
“Gue udah bilang ke Alvaro bakal nganter lo pulang, jadi lo pulang sama gue,” balas Aram.
“Dia gak akan peduli, mau gue pulang sendiri atau sama lo,” ucap Aretha sambil berjalan keluar dari ruangan itu, melewati Aram yang masih berdiri di ambang pintu.
“Gue tau lo gak ada duit. Jangan keras kepala,” ucap Aram yang sedang berusaha untuk menyamai langkah Aretha.
“Tinggal bayar pas gue udah sampe di rumah,” balas Aretha.
“Okay, look, I’m sorry buat taruhan kita. Gue bolehganti permintaan kan? Kasih gue waktu buat mikir yang baru,” ujar Aram mebuat Aretha menghentikan langkahnya dan menatap Aram dengan ekspresi berpikirnya.
“Fine,” ucap Aretha sebelum kembali berjalan dengan Aram yang mengejarnya dan berakhir dengan berjalan di depannya.
Aretha berjalan mengikuti Aram yang berjalan ke arah mobilnya di tempat parkir. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi sampai keduanya masuk ke dalam mobil. Aretha dengan pikirannya sendiri dan Aram dengan pikirannya sendiri atau mungkin mereka berdua kembali canggung.
“Kenapa lo ngusir yang lain tadi pagi?” tanya Aram memecah keheningan saat dia sudah menjalankan mobilnya.
“Lo juga bakal gue usir kalo misalnya lo masih ada di situ, jadi gue gak bakal jawab pertanyaan lo,” ucap Aretha.
“Kalo lo gak ngasih tau lo kenapa, gimana yang lain bisa tau apa yang lo mau.”
“You’re my ex boyfriend—lupakan taruhannya, dan lo juga gak tau hari ini hari apa?” tanya Aretha heran.
“Hari apa? Hari ini hari sabtu,” jawab Aram.
Aretha berdecak kesal.
“Wait. Ini jalanan ke apartemen gue, gue gak mau ke apartemen, gue mau pulang ke rumah,” ucap Aretha.
“Yang lain lagi di apartemen Tris dan gue pikir, lo harus kasih tau mereka kenapa lo ngusir tadi pagi,” balas Aram.
“Gue ngusir karena mereka bikin gue bad mood padahal masih pagi. Lo gak lagi mikir gue ngusir tanpa alesan kan?” tanya Aretha sambil menatap Aram dengan tatapan menyelidik.
Aram tidak menjawab pertanyaan Aretha. Hal itu membuat keadaan di dalam mobil hening sampai mereka berdua sampai dan Aram memarkirkan mobilnya di tempat parkir apartemen. Tidak sampai di situ, keheningan di antaranya masih terus berlanjut sampai Aram membawa Aretha ke apartemen Aretha, bukan apartemen Tris.
Aretha mengikuti Aram masuk ke dalam apartemennya dengan pikiran penuh dengan tanda tanya. Perempuan itu masih mengikuti Aram sampai Aram berdiri di depan kamarnya dan membuka pintu kamarnya. Aretha baru saja akan bertanya pada Aram dari mana dia mengetahui password apartemennya saat dia melihat kamarnya yang sudah didekorasi dengan balon yang tercecer di lantai dan balon berbentuk angka di tembok.
“Gak ada yang lupa ulang tahun lo. It’s just… it’s part of the plan,” ucap Aram.
***
bagian dari rencana, Aretha! makanya jangan negatif thinking mulu!