Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Bet
MENU
About Us  

"Lo bikin gue kalah taruhan!" ujar Aretha kesal.

Aretha sedang berada di dalam mobil Aram saat Aram menjemput Aretha untuk ke sekolah dua hari setelah aksi pembebasan Aretha. Kemarin, Aretha memutuskan untuk tidak sekolah karena merasa tidak enak badan—kemungkinan besar karena mengonsumsi sepuluh bungkus mi instan ditambah memasaknya dengan air keran dan dehidrasi karena tidak ada air minum.

"Lo juga gak bilang ke gue kalo lo bikin gue jadi bahan taruhan," balas Aram sinis. "Lagian gue tau taruhan itu juga dari dua temen Sky. Lo aja yang ceroboh, langsung terima nasib aja."

"Dasar gak peka," desis Aretha.

"Sekarang lo menang. Puas?" tanya Aram.

Aretha mengernyitkan dahinya bingung. Aram mengaku kalah taruhan? Secepat ini? Permintaan apa yang harus Aretha berikan? Sesuatu berupa materi atau sesuatu yang mempermalukan?

"Sky putus sekolah, dia pindah ke Kanada buat tinggal sama neneknya," lanjut Aram membuat Aretha keluar dari pikirannya dan memutar bola matanya malas.

"Terus urusannya sama gue apa?" tanya Aretha.

"Cewek yang numpahin kuah ke tangan lo, dia disuruh Sky. Sky kalah telak, lo gak merasa bersalah?" Aram balik bertanya.

"Dia juga gak merasa bersalah pas ngasih gue waktu satu minggu buat pindah sekolah," jawab Aretha sinis.

"Tapi dia gak lanjut sekolah gara-gara taruhan kalian. Lo gak berniat batalin taruhannya aja?"

"Gak ada pilihan cancel atau restart. Lagian dia yang ngajak gue taruhan."

"Ayolah. Gue tau lo gak sejahat itu," bujuk Aram.

"Gue sejahat itu."

"Tha."

"Kalo lo gak mau pisah lagi sama mantan lo, lo ikutan pindah aja sana!" bentak Aretha.

Aram terkekeh membuat Aretha memberikan lirikan sinisnya.

"Jangan ngambek," ujar Aram sambil mencubit pipi Aretha gemas, tapi dengan pandangan yang masih fokus dengan jalanan di depannya.

"Lepas!" Aretha menepis tangan Aram dengan kasar.

"Jangan ngambek," ulang Aram masih mencubit pipi Aretha dengan gemas, sementara Aretha sudah pasrah dengan cubitan Aram saat gagal menepis tangan laki-laki itu.

Aretha berdecak kesal.

"Jangan ngambek... ayo keluarin kekeselan lo," ulang Aram lagi.

"Lepas tangan lo!" desis Aretha sinis. "Daripada ribet-ribet nganterin gue ke sekolah, mending lo samperin mantan terindah lo yang katanya mau putus sekolah itu," tambah Aretha. "Sekalian ikut pindah juga boleh. Atau lo nikah aja langsung sama dia." Aretha berkata dengan nada sarkas. "Kalo diliat-liat, masalah gue muncul sejak gue taruhan sama lo. Mulai dari taruhan sama guru biologi, taruhan sama Sky, bohong sama nyokap lo, apalagi ya..."

"Udah? Kalo belom, lanjutin, gue dengerin."

"Ish." Aretha melirik Aram kesal. "Udah, ah. Gue mau keluar."

"Ya emang udah sampe, lo harus keluar kalo nggak lo kehabisan oksigen."

t h e  b e t

"Lo lagi bolos?" tanya Aram yang baru saja keluar dari kelasnya saat melihat Aretha berjalan ke arahnya.

"Kalo yang lo maksud bolos itu ijin ke toilet selama tiga puluh menit, iya gue lagi bolos," jawab Aretha dengan ekspresi datarnya.

"Kenapa?" tanya Aram saat menyadari mood Aretha yang sedang buruk.

"Tadi pagi lo udah bikin gue kesel, terus ada pelajaran olahraga hari ini dan gue lupa bawa seragam olahraga, terus abis istirahat ada pelajaran fisika dan ternyata ada PR dan gue gak tau dan gurunya gak mau tau padahal kemaren gue gak masuk, terus tadi istirahat kedua gue lupa password wifi pribadi gue gara-gara gue bawa macbook baru dari Alvaro, terus sekarang ulangan mat dan gue gak tau apa-apa dan gak bisa nyontek karena duduknya urut absen dan sebelah gue sama begonya sama gue," jelas Aretha panjang lebar.

"Inget soalnya?" tanya Aram.

"Lo lagi ngelucu?" Aretha balik bertanya dengan sinis. "Soalnya aja masih belom gue sentuh, gimana gue bisa tau soalnya?"

"Dan kayaknya lo lagi beruntung juga hari ini." Aram menarik lengan Aretha untuk berjalan bersamanya.

t h e  b e t

 

"Lo gila? Lo mau ngelaporin gue bolos?" tanya Aretha heran.

"Gue mau ngasih lo jawaban soal ulangannya," jawab Aram membuat Aretha mengernyitkan dahinya.

"Terus kenapa ke ruang kepsek?" tanya Aretha kesal.

"Katanya lo belom nyentuh soal ulangannya, which is, lo gak tau soal ulangannya dong. Dan lo lagi beruntung hari ini karena Alan lagi ada di sekolah."

"Kakak lo? Apa hubungannya sama dia?" tanya Aretha.

"Masuk aja dulu," ucap Aram membuat Aretha menyipitkan matanya tetapi tetap menuruti perkataan Aram. "Kakak gue punya soalnya, semoga aja dia mau ngasih."

"Ngapain lo berdua di sini?" tanya Alan sambil berdecak. "Lo berdua gak ada kerjaan lain selain bolos?"

"Gue sih cuman males dengerin guru b indo yang lagi ceramah ke Rion. Sebelah gue yang lagi bolos ulangan mat," jawab Aram sembari melangkah mendekati meja kerja kakaknya dan duduk di kursi yang terletak di hadapannya.

"Lagian kalo di kelas juga gue cuman bengong." Aretha cemberut. "Dan gue bisa mati kedinginan."

Alan menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum bertanya pada Aram, "kenapa Rion?"

"Biasa, iseng. Lo tau guru b indo udah tua kan? Diisengin sama Rion, jadi deh ceramah panjang lebar."

"Terus lo ngapain ke sini?" tanya Alan pada Aretha.

"Gak tau." Aretha mengangkat kedua bahunya sambil duduk di sebelah Aram. "Mungkin dia mau ngelaporin gue bolos ke lo?" ucap Aretha sambil menunjuk Aram yang berada di sebelahnya.

Aram berdecak. "Niat gue buat bantuin lo dapet jawaban ilang dalem sekejap."

"Ih."

"Cari sendiri di situ," sela Alan sambil menunjuk lemari yang berada di pojok ruangannya. "Dan inget, gak ada lain kali."

Aretha tersenyum lebar sambil berjalan ke arah lemari yang ditunjuk Alan.

"Eh tapi, gue juga gak tau ulangannya tentang apa." Aretha menampilkan cengiran lebarnya sementara Aram hanya menghela napas.

t h e  b e t

 

"Anterin gue ke rumah ya," ucap Aretha saat Aram baru saja menjalankan mobilnya.

"Ngapain?" tanya Aram heran.

"Kemaren itu kan gue ikut Tris, jadi mobil gue masih di sana."

"Oh," jawab Aram sekenanya. "Gimana tadi mat? Lo keburu nyalin semuanya?"

Aretha berdecak malas. "Menurut lo aja, gue balik ke kelas aja sepuluh menit sebelom bel."

"Kali aja. Kelas lo kan isinya anak-anak pinter yang peduli nilai, harusnya mereka ngulur waktu dong."

"Justru karena mereka pinter, jadi cepet selesai."

"Iya juga."

"Lo kan pinter, gimana sih," cibir Aretha membuat Aram berdecak.

Setelah itu Aretha melamun. Perempuan itu menatap keluar jendela mobil Aram, sementara tangannya sibuk mengetuk-ngetuk handphone yang berada dalam genggamannya. Berbeda dengan Aram yang fokus dengan jalanan di depannya dan hal itu juga yang membuatnya tidak sadar jika Aretha sedang melamun sebelum akhirnya memanggilnya seperti biasa.

"Aram."

"Hm," respon Aram singkat, bahkan kelewat singkat.

"I'm getting sick of it," ujar Aretha sambil mengalihkan tatapannya pada Aram di sebelahnya. "Semua masalah gue muncul setelah kita taruhan. And I'm sick of you being so nice. Lo bantu gue belajar mat, lo bantu gue belajar kimia, lo bantu gue bawa Aletha ke rumah sakit, dan gue gak enak bohong sama nyokap lo. Masalah Sky juga, gue taruhan sama dia gara-gara lo dan dia jadi putus sekolah gara-gara gue," ucap Aretha berhenti sejenak. "Gue... gue kalah. Gue mulai suka sama lo," ujar Aretha, mengucapkan kalimat terakhirnya dengan sangat cepat.

Aram menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Aretha saat Aretha selesai berbicara. Laki-laki itu terdiam sebentar sebelum akhirnya berbicara tanpa menoleh ke Aretha yang berada di sebelahnya.

"Gue pikir lo udah lupa sama taruhan itu," ucap Aram membuat Aretha mengernyitkan dahinya dengan tatapan lurus ke jalanan di depannya. "Ternyata bener kata Alvaro, gue sama lo emang gak lebih dari sekedar taruhan," gumam Aram tetapi masih dapat didengar oleh Aretha. "Fine, besok gue kasih tau lo apa yang gue mau."

Aretha menghembuskan napasnya kasar. "Mulai besok gak usah jemput gue lagi," ucap Aretha sebelum turun dari mobil Aram dan berjalan masuk ke dalam rumahnya tanpa berbalik sedikit pun.

t h e  b e t

Aretha bersandar di pintu rumahnya setelah berhasil masuk ke dalam tanpa perlu menunggu dibukakan pintu karena pintunya tidak dikunci.

Saat dia mengatakan suka pada Aram tadi, dia tidak sedang berbohong. Lagipula, untuk apa berbohong kalau akan merugikan dirinya sendiri? Aretha benar-benar mulai suka dengan Aram, dan sebenarnya, bisa saja Aretha berbohong dan terus melakukan taruhan itu, tapi di sisi lain, dia merasa tidak enak pada ibunya Aram, dan bukankah akan lebih mudah jika berhenti sampai di sini? Jika dilanjutkan dan Aretha menjadi terlalu nyaman bersama Aram, pada akhirnya akan lebih sulit untuk melupakannya bukan?

Sementara Aretha meyakinkan dirinya bahwa pilihannya sudah tepat, dia tidak sadar jika ibunya sendiri sudah berdiri di hadapannya dengan pandangan heran karena Aretha tidak sadar akan kehadirannya.

Aretha berkedip beberapa kali sebelum berkata, "aku ke sini cuman buat ngambil mobil."

Aretha berbalik dan tangan Aretha baru saja menyentuh gagang pintu yang tadi dia sandari saat dia mendengar suara ibunya. "Mama minta maaf."

Aretha membalikkan badannya lagi dan menatap ibunya dengan pandangan heran membuat ibunya menghela napas.

"Mama minta maaf udah ngunci kamu di kamar dan pergi ke Singapur tanpa ngebuka pintunya."

Aretha mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh.

"Ada acara apa?" tanya Aretha saat melihat sekeliling rumahnya.

"Ah, Aletha tunangan nanti malem. Kamu ke kamarnya bantuin dia siap-siap ya? Buat hari ini aja jangan berantem sama kembaran kamu."

Aretha terkejut setengah mati. Tunangan? Dengan siapa?

"Kalo dia gak nyari masalah duluan," ucap Aretha sambil berjalan ke arah kamar Aletha.

"Alvaro juga sampe di Indo sore ini," ujar ibunya dengan sedikit teriak yang tidak Aretha balas.

Aretha masuk ke dalam kamar kembarannya dan melihat kembarannya yang sedang duduk di meja belajarnya dengan buku-buku tebal yang menemani. Kembarannya menoleh, menatap Aretha dengan satu alis terangkat.

"Lo tunangan malem ini?" tanya Aretha berniat memastikan ucapan ibunya.

"Gak ada hubungannya sama lo," jawab Aletha membuat Aretha mendengus kesal.

"Gue yakin pasti lo dipaksa kan? I mean, gak mungkin ini kemauan lo sendiri kan?" tanya Aretha heran.

"Gak usah ikut campur urusan gue."

"Kalo lo gak mau, bilang, jangan bersikap terima nasib kayak gini!" ucap Aretha sewot.

Aretha sampai melupakan masalahnya dengan Aram karena kembaran gilanya itu. Aretha hanya tidak habis pikir dengan kembarannya yang menuruti semua perkataan ibunya.

"Terus lo mau apa? Lagian lo juga gak akan mau kan kalo disuruh ngegantiin gue?!" tanya Aletha ikut sewot. "Jadi gak usah ikut campur urusan gue! Gue gak mau jadi kayak lo yang dibenci satu keluarga cuman karena masalah sepele kayak gini."

Aretha hanya bisa melongo saat mendengar balasan kembarannya itu.

***

Aletha ngambek, Aretha speechless.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Someday Maybe
11247      2121     4     
Romance
Ini kisah dengan lika-liku kehidupan di masa SMA. Kelabilan, galau, dan bimbang secara bergantian menguasai rasa Nessa. Disaat dia mulai mencinta ada belahan jiwa lain yang tak menyetujui. Kini dia harus bertarung dengan perasaannya sendiri, tetap bertahan atau malah memberontak. Mungkin suatu hari nanti dia dapat menentukan pilihannya sendiri.
DEVANO
724      444     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Foxelia
972      513     3     
Action
Red Foxelia, salah satu stuntman wanita yang terkenal. Selain cantik, rambut merahnya yang bergelombang selalu menjadi bahan bicara. Hidupnya sebagai aktor pengganti sangatlah damai sampai akhirnya Red sendiri tidak pernah menyangka bahwa ia harus melakukan aksi berbahayanya secara nyata saat melawan sekelompok perampok.
A & O
1683      800     2     
Romance
Kehilangan seseorang secara tiba-tiba, tak terduga, atau perlahan terkikis hingga tidak ada bagian yang tersisa itu sangat menyakitkan. Namun, hari esok tetap menjadi hari yang baru. Dunia belum berakhir. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya dan matahari akan terus bersinar. Tidak apa-apa untuk merasakan sakit hati sebanyak apa pun, karena rasa sakit itu membuat manusia menjadi lebih ma...
THE LIGHT OF TEARS
19659      4228     61     
Romance
Jika mencintai Sari adalah sebuah Racun, Sari adalah racun termanis yang pernah Adam rasakan. Racun yang tak butuh penawar. Jika merindukan Sari adalah sebuah kesalahan, Sari adalah kesalahan terindah yang pernah Adam lakukan. Kesalahan yang tak perlu pembenaran. Jika menyayangi Sari adalah sebuah kegelapan, Sari adalah kegelapan yang hakiki yang pernah Adam nikmati. Kegelapan yang tak butuh pene...
KAFE IN LOVE
1652      968     1     
Romance
Ini adalah cerita mengenai Aura dan segudang konfliknya bersama sahabatnya Sri. Menceritakan Kisah dan polemik masa-masa remajanya yang dia sendiri sulit mengerti. belum lagi, kronik tentang datangnya cinta yang tidak ia duga-duga. Lalu bagaimanakah Aura menyelesaikan konflik-konflik ini? Dan bagaimanakah akhir kisah dari cinta yang tak diduga?
Reach Our Time
10902      2539     5     
Romance
Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung, dengan siapa kita bertemu dan berinteraksi. Begitupun hubungan Adiyasa dan Raisha yang bertemu secara tak sengaja di kereta. Raisha, gadis...
HIRI
168      138     0     
Action
"Everybody was ready to let that child go, but not her" Sejak kecil, Yohan Vander Irodikromo selalu merasa bahagia jika ia dapat membuat orang lain tersenyum setiap berada bersamanya. Akan tetapi, bagaimana jika semua senyum, tawa, dan pujian itu hanya untuk menutupi kenyataan bahwa ia adalah orang yang membunuh ibu kandungnya sendiri?
A Story
313      249     2     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?
Dua Warna
676      463     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...