“Tris, lo gak mau nyamperin Theo? La, lo gak ke Raka?” tanya Rachel menatap Sharla dan Tris bergantian.
“Kenapa?” tanya Tris heran.
“Nanya doang. Aretha gak jawab chat gue sama sekali,” jawab Rachel.
“Mungkin dia butuh waktu,” ujar Tris.
“Terus apa hubungannya sama Raka, Theo?” tanya Sharla.
“Aram yang nganter Aretha ke sekolah, tadi pagi harusnya dia ke apartemen Aretha juga dong.” Rachel menatap Sharla malas.
“Jangan berlebihan deh. Mungkin Aretha masih marah sama gue gara-gara ngasih tau Theo.”
“Kalo lo mau nyamperin Aram, ayok, gue temenin,” sela Sharla.
“Tris? Aretha gak bakal ngambek sama lo cuman gara-gara lo gak sengaja ngasih tau Theo. At least, ngambeknya cuman kemaren, nggak sampe hari ini. Lo kan tau Aretha, masa lo mau ikut ngambek juga? Masa kerajaan kita runtuh gara-gara Sky?” Rachel menatap Tris berharap perempuan itu tidak jadi marah.
“Kami diserang. Ulangi, kami diserang.”
Sharla mendengus saat Rachel dan Tris tidak menghiraukan perkataannya.
“Gue gak marah ke kalian, tapi gue lagi males ketemu Theo aja.” Rachel menghela napas panjang.
Sharla mendengus saat Rachel dan Tris tidak menghiraukan perkataannya.
“Jadi lo mau ikut atau nggak?” tanya Rachel.
“Karena gue merasa bersalah sama Aretha dan karena Aretha itu temen gue, ya udah, gue ikut,” putus Tris.
Rachel dan Tris berjalan keluar dari kelas mereka diikuti dengan Sharla yang berjalan di belakang sambil menggerutu kesal karena merasa dilupakan.
Setelah kemarin Aretha masuk ke dalam kelas untuk mengambil tasnya dan memutuskan untuk pulang saat itu juga, Aretha sempat diteriaki oleh satpam sekolah yang pastinya tidak dihiraukan olehnya. Aretha berjalan menuju restoran cepat saji yang terletak tidak jauh dari sekolahnya dan memesan taksi online. Lalu perempuan itu menghilang seperti ditelan bumi, tidak menjawab pesan, tidak dapat dihubungi, dan tidak masuk sekolah.
“Aram,” panggil Rachel dari depan pintu membuat laki-laki itu menoleh dan menatapnya.
Jam istirahat sedang berlangsung membuat tidak ada siapapun kecuali Aram dan teman-temannya—tanpa Scarlet. Rachel berjalan mendekat ke arah Aram dan teman-temannya diikuti oleh Sharla dan Tris.
“Lo gak jemput Aretha hari ini?” tanya Rachel saat Aram dan teman-temannya hanya menatapnya tanpa menjawab.
“Tadi gue ke apartemennya, tapi gak ada yang buka. Gue keliling tempat parkir sampe tiga puluh menit buat nyari mobil Aretha… dan gak ada,” jelas Aram. “Gue telpon juga nomornya gak bisa dihubungin,” lanjutnya.
“Jadi gara-gara itu lo telat?” tanya Rion dengan nada herannya.
“Semua chat gue juga gak dibales,” gumam Rachel.
“Nanti pulang sekolah. Konfrensi meja segitiga buat nyari Aretha ye,” putus Sharla
“Tris, mau ke kantin?” tanya Theo saat melihat Tris hanya diam saja.
“Gak, gue mau balik ke kelas aja,” jawab Tris jutek sebelum akhirnya melangkah ke arah pintu.
“Eh, kalian.” Scarlet berhenti di hadapan Tris membuat Tris juga ikut menghentikan langkahnya. “Mana majikannya? Lagi ngurung diri sampe jadinya kalian yang disuruh ngadu?” tambahnya.
Rachel mendengus, “ternyata drama ala-ala novel bikin cringe banget kalo di dunia nyata.”
“Denger ya. Diantara kita sama Aretha gak ada yang jadi majikan, bukan Aretha, bukan gue, bukan Sharla, bukan Rachel. Jangan samain kita sama temen palsu lo itu,” ujar Tris dengan nada sinisnya.
Tris berjalan diikuti oleh Rachel dan Sharla di belakangnya. Baru beberapa langkah dari kelas Aram dan kawan-kawan, Tris mendadak menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Rachel dan Sharla dengan cengiran.
“Kata-kata gue keren gak? Gak nyangka gue, ternyata gue bisa ngomong sebijak itu juga,” ujar Tris membuat Rachel dan Sharla serempak memutar bola matanya malas.
t h e b e t
“Lo kenapa sih?” tanya Theo heran saat Tris malah memilih duduk di sebelah Rion ketimbang di sebelahnya.
“Jangan jadiin gue kambing hitam ya, tolong,” kata Rion malas.
“Dih. Dasar gak sadar diri,” ucap Tris sinis.
“Emang gue ngapain?” tanya Theo dengan dahi mengernyit.
Aram, Raka, Rion, Theo, Rachel, Sharla dan Tris sedang duduk di salah satu meja kantin. Bel pulang sekolah baru berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Sementara dua dari tujuh remaja yang baru saja menempati salah satu meja kantin itu langsung memulai perdebatan.
“Lo yang bikin Aretha gak tau kemana! Dasar Theo bego,” umpat Tris gemas.
“Gue?” tanya Theo memastikan bahwa dia tidak salah dengar.
“Lo kan yang bilang ke Aram tentang taruhan Aretha?” Giliran Sharla yang bertanya membuat Theo menoleh ke arahnya.
“Padahal gue udah bilang, jangan kasih tau Aram dan Rion atau Aretha bakal kalah taruhan,” desis Tris.
“Tunggu, tunggu. Taruhan apaan? Kenapa gue gak boleh tau?” tanya Rion.
“Aretha taruhan sama Sky. Ada tiga taruhan, dan taruhan yang ketiga itu, Aram gak boleh tau kalo Aretha taruhan sama Sky,” jelas Rachel.
“Dan dengan begonya, lo minta Sky buat ngebatalin taruhannya kan?” tanya Sharla dengan nada sinisnya juga sambil menatap Aram yang duduk di hadapannya.
“Kenapa gue juga gak boleh tau?” tanya Rion heran.
“Mulut lo kan gak bisa ngerem,” jawab Sharla malas.
“Tunggu deh. Aretha gak bilang ke gue kalo dia bakal kalah gara-gara gue tau.” Ucapan Aram membuat keenam orang itu menoleh menatapnya.
“Ya emang gak bakal kalah kalo misalnya lo gak bilang ke Sky,” ucap Tris kesal.
“Aretha tau kalo lo tau?” tanya Rachel.
“Hari kamis pas gue beli pizza sama dia, gue udah tau dan dia tau kalo gue tau,” jawab Aram.
“Lo tau dari?” tanya Rachel menatap Aram ragu.
“Yang jelas, bukan dari Theo,” jawab Aram membuat Tris menatap Theo seketika.
“Okei. Lo bukan tau dari Aretha, berarti Aretha menang.” Rachel mengangguk mantap.
“Emang taruhannya apaan?” tanya Rion penasaran.
“Keluar dari sekolah.” Sharla yang menjawab pertanyaan Rion.
“Sinting!” umpat Rion sedikit teriak.
“Siapa yang bikin taruhannya?” tanya Aram.
“Menurut lo aja? Aretha mana mungkin bikin taruhan sampe separah itu?” tanya Tris sewot.
“Bisa ditebak kalo itu. Sky emang sinting kayak kata Rion,” sahut Raka.
“Dan yang bikin tambah sinting, tu nenek lampir cuman ngasih Aretha waktu satu minggu,” tambah Sharla.
“Lo mau nyari Aretha kan?” tanya Rachel yang dijawab dengan anggukan Aram. “Kalo tadi pagi Aretha gak ada di apartemen, kemungkinan besar emang dia gak pulang, jadi mungkin aja dia di rumahnya. Gue ikut lo nyari Aretha.”
***
Kan kan kan, Arethanya ilang