Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Bet
MENU
About Us  

“Gue boleh ke rumah lo, kan?” tanya Aretha penuh harap.

“Ditinggal Aram, gue jadi pelampiasan, nih?” tanya Rachel sinis.

“Mau gimana lagi?” tanya Aretha dengan cengiran lebar. “Sharla udah pulang, Tris juga udah pulang, masa lo tega ninggalin gue sendiri di sekolah?” tanya Aretha dengan wajah memelas.

“Lagian Aram kemana, sih?” tanya Rachel sembari berjalan ke arah pintu kelas dengan Aretha yang mengekor di belakangnya dan berusaha menyamai langkah Rachel dengan berjalan cepat.

Aretha berdecak. “Balikan sama mantannya kali?”

“Cara lo ngomong, kedengeran cemburu.” Rachel menyenggol pelan lengan Aretha yang sudah berjalan di sebelahnya.

“Jadi kenapa lo bisa sewot kayak tadi?” tanya Aretha mengalihkan topik pembicaraan.

“Ganti aja topiknya sesuka hati lo,” ujar Rachel kesal.

 “Cerita sama gue,” pinta Aretha yang lebih terdengar seperti perintah di telinga Rachel.

“Apaan?” tanya Rachel.

“Baru dua tahun gue temenan sama lo, tapi gue itu tipe temen yang baik,” ucap Aretha yang terang-terangan membanggakan diri sendiri. “Jadi, gue tau lo sensi cuman kalo lagi berantem sama kakak gue.” Aretha menoleh menatap Rachel yang berjalan di sebelahnya.

“Kakak lo..., lo tau waktu gue gak sebebas kalian yang kayak gak punya kerjaan...”

“Gue emang gak ada kerjaan,” potong Aretha sambil tersenyum lebar.

“Gue harus belajar supaya nilai gue gak merah yang bikin gue gak punya banyak waktu buat voice call atau video call sama kakak lo,” jelas Rachel menggantung.

“Terus?” tanya Aretha.

“Belakangan ini, setiap call sama gue, yang dia omongin selalu tentang satu cewek yang menurut dia pinter banget, semua deskripsi dia tentang cewek itu lebih kayak dia nganggep cewek itu perfect banget,” jelas Rachel.

Aretha terkekeh geli. “Jadi ceritanya lo lagi cemburu, nih?” tanyanya membuat Rachel menoleh dengan tatapan sebal. “Lo itu baru umur tujuh belas tahun, just a seventeen years old girl, jadi masih gampang cemburu, tapi jangan cemburu sama hal-hal sepele, deh.”

That’s the point, gue masih remaja yang lagi labil-labilnya, ngedenger kakak lo ngomongin satu cewek yang gue gak tau aja udah bikin gue emosi.”

Fine, nanti gue tanya ke dia,” jawab Aretha malas.

“Jadi gimana?” tanya Rachel.

“Apanya gimana?” Aretha bertanya balik.

“Aram. Lo cemburu dia lebih milih nganterin mantannya pulang?” tanya Rachel. “Atau mungkin jalan-jalan dulu baru nganterin mantannya pulang?”

“Cemburu? Nggak. Kesel? Iya,” jelas Aretha. “Ya, lo pikir aja sendiri, kenapa gue kesel. Dia sendiri yang mau nganter sama jemput gue, terus tiba-tiba dia chat gue. Chat yang paling gak ada faedahnya, isinya minta gue pulang sendiri gara-gara dia mau nganter mantan terindahnya yang minta dianterin karena gak ada yang nganter pulang,” jelas Aretha emosi.

Fix, lo cemburu, sih,” ujar Rachel yakin sambil menatap Aretha datar, setelah sebelumnya dia menatap Aretha dengan tatapan menyelidik.

“Siapa yang cemburu?!” tanya Aretha sewot.

“Lo,” jawab Rachel masih dengan wajah datarnya.

“Terserah lo,” jawab Aretha malas.

“Kan, lo gak ngebantah,” goda Rachel.

“Terus gue harus gimana?!” tanya Aretha sewot. “Ngebantah dikira salting, pasrah dianggap ngejawab iya.”

t h e  b e t

“Tha!” panggil Aram saat Aretha berjalan melewati Aram dan teman-temannya di koridor lantai dua—lantai tempat kelasnya berada.

Pagi ini, seperti sore kemarin. Aram memakai Scarlet—mantannya, sebagai alasan untuk mangkir dari janjinya mengantar dan jemput Aretha. Hal itu membuat Aretha mau tidak mau menyetir mobilnya sendiri untuk ke sekolah.

Aretha berhenti, lalu menoleh ke arah tempat Aram berdiri sambil menatapnya datar. “Apa?”

“Ulangan lo, seratus,” ucap Aram yang saat ini sudah berdiri di hadapan Aretha sambil memberikan kertas yang terlipat pada Aretha.

Aretha menerima kertas yang Aram berikan dan membukanya. Ulangan matematika. Kotak nilai yang tadinya terisi angka sembilan puluh delapan, kini dicoret dan digantikan angka seratus.

“Lo ngapain?” tanya Aretha sambil menatap Aram curiga.

“Gue gak ngapa-ngapain. Lo yang langsung nerima nilai itu gitu aja tanpa dicek lagi. Selalu ada kemungkinan guru salah ngecek,” jawab Aram.

“Oh. Udah gak penting, gak akan ngerubah apa-apa lagi,” ucap Aretha sambil meremas kertas ulangannya lalu melempar kertas itu ke dalam tempat sampah yang berada di dekatnya.

“Lo marah?” tanya Aram ragu.

“Gue? Marah? Gue gak punya alesan buat marah, apalagi sama lo,” jawab Aretha.

“Lo marah gara-gara kemaren gue nganter Sky, terus pagi ini gue jemput dia bukan lo?” tanya Aram lagi.

“Kasih gue alesan kenapa gue harus marah sama lo cuman gara-gara lo nganter mantan lo itu,” perintah Aretha yang membuat Aram terdiam dan hal itu membuat Aretha tersenyum meremehkan. “Makanya, jadi cowok jangan terlalu percaya diri.”

Usai mengatakan itu, Aretha berjalan menuju kelasnya yang hanya tersisa beberapa langkah dari tempatnya berbicara dengan Aram barusan. Perempuan itu masuk ke dalam kelasnya dan seperti biasa, berjalan menuju pojok kiri kelasnya—tempat dia dan teman-temannya duduk setiap hari.

“Berantem sama Aram?” tanya Tris terkekeh.

“Kalo gak berantem, namanya bukan musuh, kan?” Aretha bertanya balik. “Dari awal sampe sekarang juga gue sama dia tetep musuh.”

“Musuh..., tapi pacaran,” ledek Rachel.

“Lo berdua, bisa diem gak?” tanya Aretha menatap tajam Rachel dan Tris secara bergantian, sementara Sharla masih belum datang juga.

“Sori nih, tapi kalo ketemu lo, gue bawaannya pengen bikin lo kesel terus,” ucap Tris sambil terkekeh geli. “Kekeselan lo itu, kayak kebahagiaan tersendiri buat gue. Anjay, kata-kata gue.”

“Gila lo,” ujar Rachel sambil ikut terkekeh geli.

“Gue masih waras,” bantah Tris.

“Hai gengs,” sapa Sharla yang baru saja sampai di depan meja Aretha, lalu berjalan ke arah meja kosong di sebelah Tris yang letaknya di belakang meja Aretha.

“Jadi kapan lo boleh bawa mobil lagi?” tanya Tris sambil menatap Sharla yang sedang menaruh tasnya di kursi.

“Bulan depan, kalo gue gak bikin salah lagi,” ucap Sharla.

“Dasar bego, bulan depan libur!” seru Tris kesal

Sharla menampilkan cengiran lebarnya. “Keluar, yuk! Gue laper, kantin udah buka belom ya?”

Minimarket seberang?” tanya Aretha.

“Tadi pintu depan ada guru yang jaga,” kata Sharla.

“Liat dulu, kalo ada, ya ke kantin aja,” sahut Rachel.

Sharla berdiri lalu berjalan, begitu juga dengan Rachel dan Tris yang baru saja berdiri dan mengekor Sharla, sementara Aretha sudah berjalan beberapa langkah di belakang Sharla. Aretha berhenti membuat Rachel dan Tris yang berada di belakangnya juga ikut menghentikan langkahnya.

“Barusan lo masuk ke kelas, masih ada Aram gak di luar?” tanya Aretha yang membuat Sharla yang sudah hampir sampai pintu kelas berhenti dan menoleh.

“Gak ada. Emang kenapa?” tanya Sharla dengan dahi yang mengkerut.

“Berantem, susah kalo dua-duanya kayak bocah.” Tris mencibir sambil berjalan melewati Aretha dan berhenti di sebelah Sharla.

“Jadi ceritanya, ada yang mulai cemburu,” sahut Rachel sambil ikut berjalan melewati Aretha dan berhenti di sebelah Tris.

“Apaan sih, lo berdua?!” tanya Aretha sewot sembari berjalan melewati ketiga temannya.

“Gitu aja ngambek,” ledek Tris saat ketiganya sudah berjalan di sebelah Aretha.

“Gak jelas,” ujar Aretha jutek.

“Hai lagi,” sapa Scarlet bersama dua temannya yang berdiri di kanan dan kirinya.

Aretha membalas sapaan Scarlet dengan senyum seadanya. “Kenapa?”

“Galak amat.” Scarlet berkata sambil tersenyum miring. “Gue cuman mau mastiin. Lo sama Aram pacaran gara-gara taruhan?”

Pertanyaan Scarlet membuat Aretha berdecak malas, “Kalo bener, masalah buat lo?”

“Jadi bener,” ucap Scarlet sambil mengangguk-angguk.

“Lo berharap balikan sama dia setelah ngebandingin dia sama kakak gue?” tanya Aretha membuat Scarlet tertegun. “Ambil aja sana, persetan sama taruhan, gue gak peduli lagi,” ucap Aretha membuat Scarlet mengernyitkan dahinya. “Lagian, gue gak niat bikin drama ala-ala novel bareng lo cuman karena ngerebutin Aram.”

Aretha berjalan melewati Scarlet, menabrak bahu perempuan itu.

“Re! Tinggalin aja terus, giliran lo berhenti, kita juga ikut berhenti!” teriak Tris.

***

Aretha atau Sky yang freak? Au ah. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Journey Of F
2247      1103     1     
Romance
beberapa journey, itu pasti ada yang menyenangkan dan ada yang menyedihkan, bagaimana kalau journey ini memiliki banyak kesan di dalamnya. pastilah journey seseorang berbeda beda. dia adalah orang yang begitu kecil lugu dan pecundang yang ingin menaklukan dunia dengan caranya. yaitu Berkarya
The Best I Could Think of
535      384     3     
Short Story
why does everything have to be perfect?
Aku dan Dunia
373      285     2     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
Dia Dia Dia
13753      2184     2     
Romance
Gadis tomboy yang berbakat melukis dan baru pindah sekolah ke Jakarta harus menahan egonya supaya tidak dikeluarkan dari sekolah barunya, saat beberapa teman barunya tidak menyukai gadis itu, yang bernama Zifan Alfanisa. Dinginnya sikap Zifan dirasa siswa/siswi sekolah akan menjadi pengganti geng anak sekolah itu yang dimotori oleh Riska, Elis, Lani, Tara dan Vera. Hingga masalah demi masalah...
Sejauh Matahari
563      349     2     
Fan Fiction
Kesedihannya seperti tak pernah berujung. Setelah ayahnya meninggal dunia, teman dekatnya yang tiba-tiba menjauh, dan keinginan untuk masuk universitas impiannya tak kunjung terwujud. Akankah Rima menemukan kebahagiaannya setelah melalui proses hidup yang tak mudah ini? Happy Reading! :)
Salendrina
2470      917     7     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
Love Warning
1505      691     1     
Romance
Dinda adalah remaja perempuan yang duduk di kelas 3 SMA dengan sifat yang pendiam. Ada remaja pria bernama Rico di satu kelasnya yang sudah mencintai dia sejak kelas 1 SMA. Namun pria tersebut begitu lama untuk mengungkapkan cinta kepada Dinda. Hingga akhirnya Dinda bertemu seorang pria bernama Joshua yang tidak lain adalah tetangganya sendiri dan dia sudah terlanjur suka. Namun ada satu rintanga...
The Black Envelope
2885      1031     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Chrisola
1112      643     3     
Romance
Ola dan piala. Sebenarnya sudah tidak asing. Tapi untuk kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Piala umum Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika. Piala pertama yang diraih sekolah. Sebenarnya dari awal Viola terpilih mewakili SMA Nusa Cendekia, warga sekolah sudah dibuat geger duluan. Pasalnya, ia berhasil menyingkirkan seorang Etma. "Semua karena Papa!" Ola mencuci tangannya lalu membasuh...
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
1379      673     1     
Action
Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka berlima berusaha bertahan dari kematian yang ada dimana-mana. Copyright 2016 by IKadekSyra Sebenarnya bingung ini cerita sudut pandangnya apa ya? Auk ah karena udah telan...