"Gila ya tuh cewek, rasa nya pingin banget gue lemparin ke goa." gerutu Bintang yang merasa sangat kesal.
Setelah kejadian memalukan di kantin. Bintang langsung masuk ke dalam kelas nya dan berakhir di atas meja nya saat ini. Radit yang tadi nya asyik membaca novel, kini melirik Bintang di balik buku nya. "Kenapa lo, tiba-tiba marah gitu.?" tanya Radit yang kembali membaca novel.
Bintang menoleh ke arah Radit, dan bersila di atas meja menghadap radit sepenuh nya. "Heran deh Gue, kenapa sih cewek itu slalu bikin masalah sama gue." balas Bintang.
"Yang lo maksud siapa?" tanya Radit kembali dan enggan untuk menurunkan buku nya.
Bintang yang melihat itu hanya mencebikan bibir, dan menyambar buku radit secara kasar.
"Eh Bin, kembaliin buku gue." Rengek radit pada Bintang
"Muka gue itu di sini, bukan di buku lo." tunjuk Bintang tepat di wajah nya. "Lagian lo baca apaan sih, serius banget." Tambah Bintang yang ingi membaca buku radit, Namun belum sempat Bintang membaca nya, radit sudah mengambil buku nya.
"Sembarangan aja lo mau baca-baca." kata Radit dengan cepat memasukkan buku nya ke dalam ransel nya.
Bisa gawat, jika sampai Bintang membaca nya. pasti Radit akan di bully nanti.
"Gue tau apa yang lo baca." kata Bintang akhir nya dengan memincingkan mata.
Radit sedikit gelagapan. Seperti nya tadi Bintang tidak sempat membaca nya. pikir radit.
"A..apa.?" balas Radit yang tidak bisa duduk diam, karna ia menjadi gugup.
Bintang tidak bisa menahan senyum, melihat tingkah teman nya sepert itu. "Udah deh dit, jangan takut gitu. Kita ini udah remaja, jadi gak usah sembunyi-sembunyi sama gue." kata Bintang yang tersenyum lebar.
Sedangkan radit hanya bisa meneguk ludah nya sendiri, dan merasa sangat malu jika ketahuan oleh Bintang. "Lo ..
Bintang memajukan badan, dan menatap lekat mata Radit sambil berkata pelan. "Lo lagi, baca novel dewasa kan." Sela Bintang pada Radit.
Entahlah rasa nya ada kelegaan di wajah Radit, setelah Bintang berkata seperti itu. radit mendorong jauh badan Bintang. "Brengsek lo, gue kira lo tau apaan." balas Radit.
"Gue salah ya." Bintang menggaruk tengkuk nya. "Lo seperti sedang menyembunyiin sesuatu dari gue."
"Ya, kalau lo mau tau. Gue pinjemin deh, banyak dirumah."
Seperti tau kemana arah radit berbicara, Mata Bintang berbinar sempurna. "Yang bener, gue pinjem yang asyik ya?"
"Heran gue, kenapa lo gak beli sendiri sih. Lo banyak duit." kata radit yang kini mulai tenang dengan pembicaraan Bintang.
"Lo kayak gak tau emak gue, kalau sampai dia tau bisa-bisa gue di gepukin, karna baca novel dewasa. Perasaan bokap gue juga sering baca gitu an." Cerocos Bintang
"Terus bokap lo gak di gepukin juga?"
"Ya di gepukin lah, tapi setiap malem gepukin nya." Bintang tertawa dengan keras.
Radit hanya bisa tersenyum lebar sambil mengeleng-gelengkan kepala nya melihat Bintang yang mulai dramatis tentang keluarga nya.
"Lo tadi kenapa, ngamuk-ngamuk kayak gitu?" Tanya Radit kembali ke topik utama.
Bintang mendengus, dan turun dari meja. "Bulbul kurang belaian itu, sudah ngancurin image gue tadi." sungut Bintang
"Lo diapin.?" Radit segera bergese karna bintang duduk di sebelah nya.
"Gue kesandung kaki dia, gue yakin dia itu pasti sengaja permaluin gue di kantin." jelas Bintang
"Gue jadi heran, dia kenapa sih benci amat sama muka lo?" Kata radit yang mulai meniliti wajah Bintang.
"Lo pikir gue babi." cebik Bintang dengan mencramak muka Radit.
"Ck, bukan gitu. Gue cuma ingin mastiin kalau muka lo itu gak ada efek samping nya." Guyon radit.
"Gendeng lo, emang muka ada efek samping nya." Bintang menatap lurus kedepan sambil bersender di bangku dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Lihat aja, gue bakal bales tu cewek." Gumam Bintang
"Jangan bales, nanti lo jatuh." Kata Radit yang sama melihat lurus ke depan dengan tangan terlipat persalinan seperti gaya Bintang sekarang.
Bintang menoleh. "Maksud lo?"
Radit sama menoleh sehingga tatapan mereka bertemu. "Jatuh cinta." balas Radit.
Bintang langsung terdiam sambil mengekerutkan dahi nya, tampak ia sedang berfikir sesuatu. "Cinta, ada di rumah gue. Ngapain gue jatuh sama adik gue sendiri." kata Bintang.
Radit menghela nafas nya dan menoyor kepala Bintang. "Lo goblok banget sih jadi orang. Nyesel gue sahabatan sama lo." sahut nya sambil berdiri. bintang mendongak menatap radit.
"Lo mau kemana?" tanya Bintang
"Mau pergi ke perpus, capek gue ngomong sama lo." kata Radit sambil pergi dari dalam kelas.
"Wohhhh .. sok alim lo, padahal mau baca novel dewasa kan disana." Teriak Bintang.
Mungkin Radit mendengar teriakan Bintang, lalu dia berputar dan berlari ke dalam kelas nya kembali.
"Nah, nah, nah. Balik lagi kan, gue tau lo pasti mau leha-leha di perpus." Bintang tergelak.
Radit hanya bisa mendengus, kemudian mengambil buku yang dia taruh di dalam ransel tadi. "Sotoy amat lu bocah." kata nya sambil menepuk bahu Bintang dengan buku.
"Yee .. nyangkal aja lo, jujur ??napa gue terima dengan senang hati." Bintang tersenyum lebar dengan tangan yang terlentang, seperti meminta pelukan.
"Lo bener-bener gendeng Bin." Radit menggeleng-geleng menatap Bintang, lalu berjalan pergi dari kelas.
Bintang hanya tersenyum melihat pungung Radit yang menghilang, sekaligus ia memejamkan mata nya namun teriakan yang sangat nyaring membuat Bintang membuka mata nya dan menoleh.
"Kak Bintang ... kata nya mau ngedate di perpus." ujar Lara yang merengut sebal sekarang.
Bintang menepuk dahi nya, gegara ia lupa dengan janji nya waktu di kantin. semua itu karna Bulbul kurang belaian itu. "Maaf kan aku ya.?" kata Bintang lalu menepuk bangku yang tadi di tempati Radit. "Duduk di sini." ulang nya.
Dengan senang hati Lara yang mana adik kelas nya itu duduk manis di samping Bintang, dan bergelanyut manja di lengan Bintang.
"Kita, putar ulang aja ya." kata Bintang yang memeluk mesra Lara.
Lara mendongak dan menatap Bintang. "Putar kemana kak?"
Bintang tersenyum lembut. " Tadi kan aku bilang di perpus. Sekarang kita putar di kelas aja ya ngedate nya." balas Bintang yang mengelingkan mata nya.
Lara menjadi gemas sendiri, sehinga ia mencubit pipi Bintang. "Kakak pinter banget sih ngerayu nya." sahut nya.
"Nama nya juga Bintang sayang." Balas Bintang sambil mencium pipi Lara. Lara tidak bisa menyembunyikan rona merah di wajah nya, dan semakin menenggelamkan wajah nya di dada Bintang.
Mungkin karna ke asyikan, atau merasa dunia milik berdua. Bintang tidak mengetahui jika ada bulan di depan pintu kelas nya, menatap mereka dengan wajah tolol nya dengan mulut yang menganga lebar.
" Kamu tau perbedaan nya Buku dengan kamu." ucap Bintang sambil menjalin jemari Lara hinga jari-jari nya berpautan.
Lara yang tengah berada di pelukan Bintang menggeleng seraya Berkata. " Apa kak.?"
Bintang segera melepaskan pelukan nya dan menarik tubuh Lara sehingga sekarang mereka saling berhadapan. " Kalau buku di baca dan di buku tutup, tapi kalau kamu cukup aku baca lewat hati ku aja, aku udah nyantol gak perlu buka tutup lagi." balas Bintang sambil tersenyum manis.
Lara semakin merona, dan kebahagiaan nya sudah berada di atas ubun-ubun. " Ahhh.. kak Bintang sweet banget sih." gemas Lara sambil memeluk kembali Bintang dengan lebih erat.
Bintang membalas pelukan lara sambil menjawab. " Kan aku udah bilang. Aku ini Bintang."
Bulan semakin meremas botol minuman nya yang ia pegang untuk Radit. rencana nya Bulan ingin menghampiri Radit di kelas nya, tapi yang ada Bulan harus melihat ke dua monyet itu bermesraan. Entah bisa di katakan itu sebuah keberuntungan atau kebetulan. yang membuat Bulan ingin muntah saja mendengar rayuan gombal Bintang.
Ya tuhan. mereka tidak tahu malu dengan pacaran di kelas, mungkin karna kelas mereka sepi jadi mereka enak-enak an bermesraan.
Tanpa menunggu lagi, Bulang melayangkan kaki nya untuk kembali ke kelas nya sendiri.
Dan ya. jangan lupakan kebencian Bulan semakin tinggi kepada Bintang. Mungkin sekarang kebencian nya lebih tinggi dari gunung fuji.
" Tuh cowok gak tau malu banget sih." kata bulan yang sudah berada di dalam kelas nya. ia menaruh botol minuman nya secara kasar.
Mia yang fokus dengan cat kuku nya hanya bisa menjawab tanpa menoleh ke arah Bulan. " Lo napa?"
Bulan duduk dan menghadap Mia. " Mi, gue mau ngomong."
" Ngomong aja." Mia enggan menghadap bulan.
" Ngadep gue." Bulan menarik bahu Mia dan seketika itu Mia menghadap Bulan sepenuh nya.
Mia yang tampak bingung hanya bisa mengkerutkan alis nya.
" Dengerin gue ya." kata Bulan
Mia mengedip-ngedip kan mata nya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat semua teman-teman nya yang sedang bergosip sendiri-sendiri.
" Ihh.. lihat gue." sebal Bulan yang membalikan wajah Mia.
Mia terlihat ketakutan sekarang.
" Kamu tau perbedaan nya buku dengan kamu."
Mia menggeleng pelan.
Bulan mengenggam tangan Mia, seraya berkata. " Kalau buku di baca dan di buka tutup, tapi kalau kamu cukup aku baca lewat hati ku aja, aku udah nyantol gak perlu buka tutup lagi." Bulan tersenyum manis.
Tangan Mia bergetar hebat, ia meneguk ludah nya di detik kemudian ia menjerit keras. " Aaaaaaaaa..."
Bulan begitu tersentak karna terkejut. " Astaga... lo kenapa teriak Mi." ucap bulan sambil memegang dada nya.
Semua murid yang berada di kelas Bulan hanya bisa memandang Mia dengan aneh.
" Gue... gue syok anjir." balas Mia dengan tangan yang mengipasi wajah nya.
" Syok kenapa sih lo.?"
Mia menatap Bulan. " Lo masih waras kan Bul.?"
" Lo tuh yang gak waras, teriak-teriak gak jelas gitu." sahut Bulan
Mia menempelkan tangan nya di kening Bulan. " Badan lo juga gak anget kok."
Bulan menepis tangan Mia. " Lo apaan sih Mi."
" Lo tu yang apaan, hampir gue mati mendadak dengerin pantun dari lo. " Mia menarik nafas nya dan di keluarkan hingga berulang kali, ia meneguk ludah nya secara kasar sambil berkata kembali. " Dengar ya Bul. gue masih sangat waras, dan gue gak suka kue berbentuk love, karna gue masih suka pisang. " cerocos Mia.
Bulan hanya memandang Mia dengan heran lalu ia memukul bahu Mia. " Gue jauh lebih waras dari lo, gue juga gak doyan kali sama yang lembek-lembek kayak lo."
" Lah terus, ngapain lo pantunin gue romantis kayak gitu." sahut Mia
" Bukan gue, tapi yang ngomong Bintang."
Mia terdiam sebentar seperti mencerna perkataan Bulan di dalam otak nya. " Astaga.. Astaga.. astaga.." Mia heboh sendiri. " Maskud lo Bintang pantunin lo."
Bulan menghembuskan nafas nya. " Bukan ke gue, tapi ke cewek yang kita temuin di kantin tadi."
Bahu Mia merosot begitu saja. " Yahhh.. kirain lo yang di pantunin."
" Gue.." Bulan menunjuk diri nya sendiri. " Ogah.. lebih baik gue di pantunin orang yang kepala botak dan tua. dari pada sama Bintitan."
" Lo benci amat sih sama Bintang."
" Emang. sebenci benci nya." sahut bulan penuh penekanan
" Lo boleh benci, tapi jangan terlalu dalem." kata Mia menasehati.
" Kenapa?"
Mia mengedikan bahu nya. " Dalem nya benci sama dalem nya cinta, terkadang cuma beda tipis." kata nya
Bulan terdiam sebentar kemudian ia tergelak dengan lantang. " Lelucon lo garing banget tau gak mi."
Mia mencebikkan bibir nya. " Serah lo deh, di iingetin malah ketawa."
Bulan masih saja tegelak..
" Ya ampun.. kuku gue." ucap Mia meratapi nasib cat kuku nya yang berantakan.
Bulan ingin berkata kembali, namun ia urungkan ketika bel sudah berbunyi, dan guru sudah memasuki kelas nya. dan ia hanya bisa memutar kedua bola mata nya yang masih mendengar gerutuan Mia.
nice story, i love it :)
Comment on chapter PERMUSUHAN..