Seperti datang nya badai, yang membuat Bulan enggan untuk terus menatap kedepan, Angin terasa sangat kencang dengan dada nya yang begitu bergemuruh seperti desiran ombak yang sedang menerjang batu besar, lihat saja bagaimana seorang Bintang sedang merayu segerombolan cewek yang sedang duduk manis di kantin sekolah.
Eitss.. Jika kalian merasa Bulan yang tengah cemburu, itu salah besar. Karna Bulan merasa ingin sekali melempar sepatu nya persis di kepala Bintang karna sebuah perkataan nya di waktu parkiran kemarin. Ya, Bulan masih tidak terima dan juga merasa dendam jika Bintang mengatai nya cewek murahan, siapa coba yang merasa senang di katain murahan. apalagi menurut Bulan dia bukan lah seperti itu, dia cewek baik-baik dan masih mempunyai rasa sopan santun dan juga adab yang mempuni. Bukan kah begitu?
" Ck, kepedean banget sih Bintitan itu.?" cibir Bulan sambil berdecak sebal. Apalagi saat Bintang di jawil dagu nya oleh seorang cewek di sebelah nya.
Ya tuhan.. sebenar nya apa yang di lihat cewek-cewek itu kepada Bintang, padahal ketenaran dan juga kegantengan Bintang di bawah standart di sekolah ini. tapi para cewek-cewek di sekolah nya seperti memuja nya layak nya seorang pangeran.
" Kenapa lo ngeliatin Bintang seperti itu?" tanya Quenza sambil menyeruput es jeruk di depan nya.
Suara Quenza lah yang membuat Bulan mengalihkan pandangan nya. " Gue gak sudi ngelihatin dia." balas nya ketus.
Entahlah, jika menyangkut nama Bintang. Bulan slalu merasa kesal.
" Gue tau lo benci dia, tapi jangan terlalu dalem." sahut Mia kali ini menatap Bintang dengan lekat.
" Emang kenapa,? gue enek banget lihat tuh muka." balas Bulan yang sama sedang menatap Bintang.
" Emang, apa sih yang paling lo benci dari diri Bintang.?" tanya Mia pada Bulan.
Bulan mengedikkan bahu nya, lalu menjawab dengan enggan. " Gak tau, gue benci aja sifat nya yang berandalan."
" Padahal, kalau di lihat-lihat Bintang itu keren dan juga humble orang nya." sahut Quenza yang sama menatap Bintang.
" Keren apa nya.? yang ada dia seperti kambing yang gak pernah mandi." sungut Bulan.
Mia dan Quenza sama menatap Bulan, dengan kening berkerut. Bulan yang merasa di tatap seperti itu berkata dengan pelan. " Apa gue salah bicara?"
Mereka mengangguk bersamaan. " Mata lo gak katarak kan?" kata Mia lalu mendelik kan mata Bulan.
Sontak secara kasar tangan Mia di tepis begitu saja oleh Bulan. " Gila, lo mau apain mata gue." kesal Bulan.
" Gue hanya ingin mastiin, kalau mata lo itu masih berfungsi." balas Mia.
" Lo kira gue buta."
" Tadi nya. gue sempet mikir lo buta, karna ngatain Bintang seperti kambing yang tidak pernah mandi."
" Emang bener kan." bela Bulan.
" Eh Bul. lihat deh, buka mata lo lebar-lebar, kalau perlu lebarin seperti mulut nya Bimoli." kata Quenza yang berucap begitu saja.
Bulan mengkerutkan kening nya merasa agak aneh dengan ucapan Quenza. " Siapa Bimoli?" tanya Bulan.
" lo gak tau.?" sahut Mia.
Bulan menggeleng.
" Bimoli. bibir monyong lima senti, adik kelas kita, yang nama nya Rudi. kan kalau dia senyum mulut nya lebar lima senti." Sahut Quenza.
Mau tidak mau, Bulan tergelak dengan lelucon dari sahabat nya itu, tawa nya bahkan sampai terdengar di penjuru kantin sekolah. termasuk Bintang yang langsung menoleh dan menatap Bulan dengan kening mengkerut.
" Lucu banget Quen, panggilan nya." kata Bulan di tengah suara tawa nya. " Emang emak nya sendiri, yang namain ya?" sambung Bulan yang masih tertawa keras.
Mia dan Quenza hanya tersenyum tipis, bukan. bukan tersenyum karna merasa lucu, tapi mereka merasa malu. karna suara Bulan yang menggelegar di penjuru kantin.
" Bul, stop. jangan tertawa keras-keras. malu tau gue." kata Mia yang langsung membekap mulut Bulan.
Ok.. kali ini mungkin reputasi mereka sedikit menurun karna tingkah Bulan yang tertawa keblablasan.
" Gue, gak bisa tahan tawa Mi, karna lelucon nya Quen. itu salah dia." tunjuk Bulan pada Quenza setelah bekapan nya Mia turun.
Quenza hanya tersenyum tipis dengan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. " Perasaan gue gak ngelucu tadi, emang bener kan nama Rudi, Bimoli." kata Quen ingin membela.
Perut Bulan terasa kram dan kaku, sampai-sampai dia merasa lemas karna tertawa terbahak-bahak.
" Eh, lo kalau mau konser jangan disini, suara lo itu buat kuping gue cumpleng tau."
Bulan yang tadi nya menahan tawa sekarang mendongak dan menatap tajam seseorang yang berada tepat di depan nya.
" Kenapa? kalau lo gak suka, pergi aja dari sini." sinis Bulan.
" Gue emang ingin pergi, satu ruangan sama lo itu bikin pengap." sahut Bintang sambil memeluk bahu cewek yang di sebelah nya.
Bulan yakin cewek itu adik kelas nya, ia menyugingkan bibir nya ke atas, menatap Bintang yang sok kegantengan itu. Lihat saja, cowok itu seperti tikus got yang ingin bersembu nyi untuk mengambil santapan nya.
" Sayang, habis ini kita pergi ke perpus yuk? disana slalu sepi." Kata Bintang sambil mengerkingkan mata nya kepada cewek di samping nya itu, dan cewek itu malah membalas dengan mengangguk dan tersenyum manis.
Gotcha.. Apa yang dipikirkan Bulan tepat pada sasaran, bahwa Bintang pasti ingin berpacaran ria bersama cewek yang ia yakini baru dekat dengan nya. Heh, Bulan di katakan cewek murahan. lalu sebutan apa yang cocok untuk Bintang.?
Bintang melirik ke arah Bulan sekilas, lalu mengenggam tangan cewek itu untuk ke tempat tujuan nya, Namun ketika tepat melewati Bulan. dengan sengaja Bulan menjulurkan kaki nya dan Bintang tersandung sampai terjungkal kedepan.
Lebih tepat nya suara pekikan terkejut terdengar di beberapa murid di sana, Namun secepat itu pula suara gelak tawa membahana di kantin.
Bintang yang merasa geram, segera bangkit dan menghadap Bulan sepenuh nya. " Lo sengaja kan ngebuat gue jatuh." Tuduh Bintang.
Bulan cepat berdiri, begitupun Mia dan Quenza yang juga berdiri. Bulan menghadap Bintang dengan bersedekap dada menantang. " Gue gak tau, kalau lo mau lewat." acuh Bulan.
" Lo emang seneng banget ya, cari masalah sama Gue."
" Ngapain gue seneng cari masalah sama lo, gue eja empet lihat muka lo." sarkas Bulan.
Mia dan Quenza merasa kebingungan, memikirkan bagaimana cara nya menghentikan pertikaian mereka bedua, yang mereka lakukan hanya berdoa semoga saja Bulan dan Bintang bisa berhenti satu sama lain untuk membunuh, sedangkan Mia hanya bisa meramalkan doa nya lewat suara nya. Beda hal dengan Quenza yang memejamkan mata nya sambil tangan nya yang menyentuh puncak kepala Bulan dan Bintang. persis seperti pendeta yang sedang memberkati.
Bulan dan Bintang saling berpandangan tajam, Namun ketika tangan Quenza yang menyentuh kepala mereka, membuat mereka mendongak menatap tangan Quenza, lalu menghentak kan begitu saja sambil berkata berbarengan. " Apa yang lo lakuin.?"
Quenza membuka mata nya dan Mia berhenti berdoa. " Syukur deh, doa gue ternyata terkabul." sahut Quenza sambil tersenyum memperlihatkan sederet gigi putih nya.
Bintang kembali menatap tajam Bulan. " Gue akan bales perlakuan lo, lihat aja entar." ancam Bintang sambil berdesis sinis kepada Bulan, dan pergi begitu saja meninggalkan cewek tadi yang hanya terdiam.
Namun cewek itu cepat tersadar, dan segera berlari mengejar Bintang.
Bulan tersenyum kemengan, menatap pungung Bintang yang menghilang di balik tembok kantin. Rasakan, itu pembalasan Bulan karna sudah mengolok nya kemarin. dan Bulan merasa puas akhir nya ia bisa mempermalukan Bintang seperti itu.
Bahkan Bulan sedang menunggu waktu yang tepat bagaimana ia bisa mempermalukan Bintang lagi dan lagi.
nice story, i love it :)
Comment on chapter PERMUSUHAN..