Cewek populer, pinter, cantik, kaya dan sering mematahkan hati para cowok di sekolah nya. siapa yang tidak kenal dengan Bulan, Nama Bulan melejit seperti sinar yang menerangi malam. Bulan adalah kesukaaan bagi semua mata para cowok disekolah nya.
Seperti sekarang ini Bulan dan ke dua sahabat nya Mia dan Quenza, berjalan melewati beberapa murid untuk masuk ke kelas mereka. semua para murid disana tengah memandang takjub mereka, Namun seperti biasa yang menjadi pusat perhatian mereka adalah Bulan.
Bulan seperti magnet yang siap menggaet siapa saja yang ingin di dekati nya, termasuk daftar cowok yang sekarang berada di dalam list nya.
"Kenala loe cengar-cengir gitu Bul?" tanya Quenza yang menatap geli Bulan, sekarang mereka sedang berada di dalam kelas.
Bulan tersenyum tipis. "Gue punya ide buat deketin Radit." balas nya sambil bersedekap dada.
Sontak Mia dan Quenza melotot memandang Bulan. "Loe masih ingin deketin radit? Loe aja sekarang masih deketin Jeffri, Riko dan juga Ivan.?" Tanya Quenza
" Mau di kemanain mereka bertiga Bul?" sahut Mia
" Mereka bertiga berharap banyak sama loe?" Kata Quenza kembali.
" Gue udah bilang, gue hanya ingin deketin bukan macarin." balas Bulan.
" Berarti loe hanya PHP dong?" tanya Mia
Bulan mengedikan bahu nya dengan acuh, lalu duduk dengan manis di bangku nya sambil berkata. " Terserah mereka mau anggap apa."
Mia duduk di sebelah Bulan sedangkan Quenza duduk di depan Bulan. " Eh, loe udah denger belum?" kata Quenza
" Apa?" kata Mia dengan semangat.
Quenza mencodongkan tubuh nya. " Gue denger mereka bertiga taruhan buat dapaetin Loe Bul." bisik Quenza.
Mia menganga lebar dengan berteriak histeris. " OMG gaswat Bul, gila ya mereka bertiga emang loe dikira barang apa?" kata Mia pada Bulan.
" Ssstt.. jangan teriak gitu, mau di bawah kemana kuping gue sama loe." balas Bulan sambil menutup telinga nya.
" Emang loe gak marah gitu, maksud gue. haraga diri loe sebagai cewek terhormat di taruhin gitu aja." kata Quenza
" Bener tuh." tambah Mia
Bulan mengambil cermin di dalam tas nya sambil berkata. "Terserah mereka mau ngapain aja, tapi yang pasti gue gak akan pernah memilih mereka bertiga." balas Bulan dengan acuh.
" Salut gue sama Loe." sahut Quenza.
" Ya, loe doyan banget matahin para cowok disini, padahal mereka paling ganteng di sekolah ini." tambah Mia.
" Gue gak ada niat matahin."
" Ya, tapi niat ngancurin." sahut Mia dan Quenza bersamaan.
Bulan tersenyum dan mengerlingkan mata nya. " Nah itu, loe pada pinter." Kata Bulan sambil bercermin.
Mia dan Quenza hanya menganga lebar, di detik kemudian mereka tersenyum geli, sampai pada akhir nya guru sudah mulai memasuki kelas mereka, dan memulai pelajaran.
***
" Bin, habis ini kita nongkrong yuk." Ajak Radit dengan berbisik pada Bintang, karna sekarang pelajaran sedang di mulai.
" Gue males." balas Bintang dengan lesu.
" Tumben, loe males Bin.?"
" Ada apa radit, kok bisik-bisik gitu.?" tanya Pak Tomo guru matematika yang sedang mengajar.
" Eh, engak kok Pak. tadi banyak nyamuk pak." sangkal Radit.
" Jangan banyak alasan, diam dan perhatikan pelajaran nya."
" Baik pak."
Sedangkan Bintang hanya bisa menguap dengan lebar, Jika Bu.Tasya bisa di kibuli, maka Pak Tomo tidak bisa di bohongi. Jika Bintang lolos dari pelajaran Bahasa, maka Bintang tidak akan lolos pada pelajaran Matematika. masalah nya Bintang tidak bisa lolos dari pandangan pak Tomo yang sedang mengajar. karna berbagai alasan slalu di tepis oleh Pak Tomo, dan bintang berakhir duduk manis di bangku nya saat ini.
" Apakah ada pertanyaan?" tanya Pak Tomo kepada murid-murid nya.
Pak Tomo memandang murid-murid nya yang tampak lesu dan diam, ia hanya mendesah pasrah melihat para murid-murid nya. " Baiklah, kita lanjut dengan bab berikut nya." kata Pak tomo kembali. Lalu Pak Tomo berbalik dan ingin ingin menjelaskan kembali.
" Saya ada pertanyaan pak?"
Pak Tomo tersenyum lebar tatkala ada satu murid yang bertanya, dan itu berarti ada satu murid yang masih menyukai pelajaran nya. Pak Tomo berbalik dan bertanya " Ya Bintang, mana yang tidak kamu mengerti?" Kata Pak Tomo kepada Bintang yang sedang berdiri.
" Radit ngajak saya pipis bareng pak, bagaimana boleh tidak.?" tanya Bintang.
Semua murid yang tampak lesu, sekarang malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Bintang. Sedangkan Pak Tomo hanya menghembuskan nafas kasar nya, dan menatap Bintang dengan tajam. " Keluar sekarang juga." kata Pak Tomo sambil menunjuk pintu kelas.
" Alhamdulillah, di bolehin." kata Bintang sambil mengusap wajah nya. " Ayo Dit, pipis bareng." tambah Bintang sambil menggeret lengan Radit untuk keluar kelas.
nice story, i love it :)
Comment on chapter PERMUSUHAN..