Senyummu itu penyemangatku setiap hari. Dia bagaikan oksigen yang menggantikan setiap rongga napas yang keluar karena ketakutanku walaupun dia hanyalah cinta dalam diamku. Apakah aku harus menceritakannya padanya? Sementara kami hanya saling mengenal sebatas itu? Apakah aku hanya kurang berani? Sepertinya melangkah dua kali dari batas ketakutanku sudah cukup. Selebihnya terserah takdir mau membawa kami kemana. Aku percaya tentang keadilan Tuhan.
Akhirnya mata kuliah hari ini sudah selesai. Aku sangat berharap bertemu dengannya di jam-jam yang melelahkan seperti ini. Namun, apa yang aku lihat kini tak bisa aku ceritakan dengan kiasan. Sepertinya aku harus mengakhiri cinta dalam diamku ini sekarang juga. Memang benar aku tengah melihatnya berjalan didepanku namun dia sedang bergandengan dengan gadis lain. Gadis itu terlihat cantik dan anggun, memang beda jauh jika dibandingkan dengan hanya seorang aku.
Kau tahu, posisiku kali ini serba salah. Aku ini siapa? Jika aku hanya diam saja aku akan merasakan sakit ini sendiri. Haruskah aku menghampirinya dan menarik tangannya kemudian aku mengungkapkan semua isi hatiku padanya. Kemudian dia menolakku dan aku akan semakin terpuruk dengan keadaan yang menyakitkan ini.
Tak ada senyuman setiap hari olehnya. Bahkan semua story dan postingan media sosialnya selalu tentang gadis cantik itu. Dia tak lagi mau menyapaku. Dia melupakan semuanya tentangku begitu saja. Mudah sekali untuknya, sedangkan aku masih terbelenggu dalam rasa sakit yang menyakitkan diriku sendiri. Aku merasa jatuh dalam jatuh yang sejatuh-jatuhnya. Cinta dalam diamku kepadanya sudah berakhir bersamaan dengan datangnya senja di sore hari ini.
If I’m fall
If I’m sad
If I’m disappointed
If I’m regret
All of them because of love
Because all of my fault
Malang,03 Juni 2017
Kisah cinta dalam diamku telah berakhir. Tak ada semangat untuk menjalani hari. Hanya Risma penyemangatku satu-satunya. Aku tak ingin mencintai siapa-siapa lagi, namun ternyata aku salah. Kehendak hati dan pikiranku tidak berjalan beriringan. Kisah cinta dalam diamku mulai bersemi kembali dengan orang yang berbeda. Awalnya aku tak percaya bahwa ini cinta namun akhirnya aku menyerah dan menyadarinya. Perasaan ini datang terlalu cepat dan sangat sulit untuk ditafsirkan. Kami beda program studi, kami jarang bertemu, hanya saja kami pernah dekat saat PKK Maba. Dekat bukan dalam artian pernah menjalin rasa, kami hanya kenal-kenal saja bukan apa-apa. Program studi kami sangat berbeda jauh dalam hal pandangan dan filosofisnya. Hanya saja kami sama-sama mempelajari sebuah bahasa asing.
Kali ini kami benar-benar berkomunikasi bukan hanya sekedar saling tahu menahu saja. Kami berkomunikasi melalui Line. Hanya saja kami belum pernah bertatap muka secara sesungguhnya. Dua bulan hanya berkomunikasi melalui chat bisa menumbuhkan benih-benih cinta dalam hatiku. Meskipun aku tak yakin dia merasakan hal yang sama sepertiku. Aku hanya menyimpannya rapat-rapat dalam hatiku. Kali ini aku tak perlu menyebut program studinya kan?
Hari ini aku benar-benar melihatnya secara nyata. Dari rambut bahkan warna kulit dia begitu sama, akhirnya aku menyimpulkan bahwa itu benar-benar dia. Aku hanya melihatnya dan tak berani menyapanya. Iya benar, ceritanya masih sama aku memendamnya sendiri, hanya saja kini aku tahu jelas apa yang membuatku menyukainya. Kebiasaan, mungkin filosofi orang-orang akan peribahasa ini adalah benar. “Cinta datang karena terbiasa.” Sekarang aku mempercayainya.
Tanpa kontak fisikpun cinta sudah datang semenyiksa ini apalagi bertemu langsung dengannya. Mungkin itu alasan Tuhan tidak memperbolehkan berbeda lawan jenis untuk berteman terlalu dekat. Aku bukanlah orang yang mahir dalam memulai sebuah percakapan jadi bagiku menyapanya terlebih dahulu adalah hal yang haram.
“Risma kita mau kemana hari ini?” aku berusaha mengalihkan perhatiannya agar tidak melihatku dengan mengajak Risma mengobrol.
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
Aku hanya mengedipkan mataku, namun hal ini malah membuatnya melihatku dengan tingkahku yang tidak biasa.
Akhirnya mata kami saling bertemu, dan sialnya dia mengenalku. Harusnya aku memakai poto profile dengan bantuan beauty pluse atau C360 agar aku terlihat sangat cantik sehingga sulit untuk dikenali. Atau seharusnya aku hanya menggunakan poto profile warna hitam agar tidak ada yang tahu bahwa itu aku. Hahaha sudahlah bahkan nasi sudah menjadi bubur. Bukankah tinggal menambahkan ayam dan kerupuk agar bubur itu tetap nikmat untuk disantap?
“Hei, kau Velovi kan?”
“Ah,, iya,, i,, iya, kenapa ya?” jawabku tergagap.
“Hahahaha, kau begitu lugu ya.”
“Apa kau bilang? Hahaha aku berbeda?”
“Ya, aku pikir kau orang yang berlebihan?”
“Berlebihan? Maksudnya?”
“Hahaha lupakan, baiklah aku harus pergi dulu ada sebuah rapat yang harus aku hadiri, semoga kita bertemu dilain waktu dan bisa mengobrol.”
Kemudian dia meninggalkan senyum dan aku membalas senyumnya dan melihatnya pergi meninggalkanku.
Satu kesimpulan yang bisa aku ambil dari dia. Dia adalah orang sibuk.
Keren kak
Comment on chapter Aku Mencintaimu dalam Diam