Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekilas Masa Untuk Rasa
MENU
About Us  

Ini adalah kali pertama Mysha menonton penampilan modern dance secara langsung dan Ia begitu terpesona. Tak heran mengapa orang-orang di sekitarnya menyambut penampilan ini dengan penuh semangat. Suara musik medley yang terputar dari CD Player bersinergi dengan gerakan-gerakan para penari Demon’s Babes. Mereka memiliki koreografi yang tegas, kaku dan begitu bertenaga. Formasi demi formasi mengalir lancar dan tiap gerakan dilakukan penuh semangat. Ekspresi wajah mereka yang garang pun menambah debaran di hati Mysha. Baru Mysha mengerti mengapa tribun jadi cepat dipenuhi orang-orang. Penampilan modern dance ini memang terlalu menarik untuk ditonton. Begitu penampilan Demon’s Babes selesai, seluruh penonton pun langsung bersorak ramai sambil bertepuk tangan, tidak terkecuali Mysha.

 

“Keren banget dance-nya!” sahut Mysha agak kencang pada Damar yang juga masih bertepuk tangan. Damar mengangguk-angguk penuh semangat. Setelah suasana mulai tenang dan suara tepukan mulai jarang terdengar, Damar menjelaskan kembali pada Mysha tentang klub modern dance.

 

“Team yang baru perform tadi tuh sebenernya team junior. Semuanya seangkatan gue. Ini tuh kayak baru rilis team gitu mereka. Nah, seniornya sebentar lagi tampil. Mereka lebih jago dan udah sering juara gitu tahun lalu,” Jelas Damar. Mysha langsung membuka matanya lebar-lebar sampai alisnya terangkat. Kalau yang dia anggap keren tadi saja baru junior, bagaimana dengan penampilan seniornya?

 

“Dan sekarang langsung aja ngga usah banyak cincong, toh anak-anaknya udah siap formasinya. Siap kan boook?” kata Kak Roni. Team senior dengan cepat sudah berada di tengah lapangan dan membentuk formasi. Salah seorang anggotanya memberi tanda siap dengan mengacungkan jempol tanpa merubah posisinya di formasi awal tersebut.

 

“Tepuk tangan buat kesayangan kita semua, Sugar Ladies!” Seruan Kak Roni langsung disambut tepuk tangan sementara dirinya menyingkir perlahan. Lagu lain yang bernada ceria dan upbeat mulai terdengar. Para penari Sugar Ladies langsung menegakkan kepala mereka dan melemparkan senyum pada penonton yang disambut riuh godaan dari seluruh penjuru tribun. Sugar Ladies memulai koreografi mereka dan Mysha hanya bisa memandang takjub akan kelenturan tubuh senior-seniornya itu. Mysha dapat merasakan tingginya teknik tari yang dimiliki orang-orang yang sedang tampil di hadapannya. Gerakan-gerakan seksi yang terkalkulasi berpadu dengan formasi-formasi tidak terduga. Ketika mereka mengambil kursi sebagai properti, gerakan tari mereka bersama kursi pun tetap begitu luwes. Mereka tidak hanya sekedar memakai properti untuk terlihat keren, tapi benar-benar memanfaatkan properti tersebut untuk menaikkan penampilan mereka. Di akhir penampilan, salah satu penari di posisi tengah melempar kursi ke atas lalu melakukan backflip. Dengan sigap penari lain menangkap kursi tersebut dan menaruhnya di tengah. Lalu tiba-tiba penari lain yang merupakan lead dancer  sudah di tengah, duduk di kursi yang baru ‘disediakan’ dengan gaya ratu, dan anggota lainnya mengelilingi sambil memberikan pose akhir.

 

Setelah tarian mereka berakhir, bahkan Mysha pun ikut bertepuk tangan sambil berdiri. Sebuah penampilan yang sangat sempurna dengan gerakan yang matang dan memuaskan mata. Mysha tidak menyangka bisa seterhibur ini menonton penampilan tarian modern. Seketika Ia merasa kini Ia menjadi salah satu bagian dari penggemar Sugar Ladies.

 

Setelah kedua team tersebut tampil, Kak Roni menutup penampilan mereka dengan pesan, “Jangan lupa kirim SMS pilih dua team dance kita di ‘Show Your Moves’ ya! Sekarang kita lanjut latihan lagi biar makin ciamik penampilannya nanti. Wish us luck, guys!”. Tribun pun tidak lama kemudian menjadi sepi, menyisakan Damar dan Mysha kembali duduk berdua saja di sana. Mereka masih mengobrol dulu selama beberapa saat. Damar bercerita kalau klub modern dance mereka biasanya berlatih di aula tertutup dekat gedung kelas dua. Kalau koreografi mereka sudah siap, mereka memang biasa melakukan penampilan di lapangan, sekedar untuk seru-seruan dan menambah motivasi berlatih. Biasanya kalau modern dance sedang ‘latihan terbuka’ di lapangan seperti tadi,  itu artinya sekolah Bhakti Budaya sedang mengikuti suatu acara perlombaan, atau justru sedang mengadakan suatu acara sekolah.

 

“Di sekolah ini tuh gampang ya, Mar, kalau mau bikin klub ekstrakulikuler gitu?” tanya Mysha penasaran.

 

“Ngga juga sih, ada syaratnya soalnya.”

 

“Syaratnya apaan, Mar?”

 

“Hmm… yang gue tau harus ada anggota minimal tiga orang. Terus nanti ada sesi wawancara sama petinggi OSIS, khususnya ketua dan Pembina. Disuruh presentasi tentang klub yang mau di buka dan rencana kegiatan setahun gitu. Pokoknya ribet deh!” Jelas Damar. Mysha mengangguk-angguk dengan tatapan kosong.

 

“… Lo ngerti ngga?” tanya Damar langsung melihat Mysha sedikit terbengong.

 

“Gue ngerti intinya ribet doang sih. Hahahaaa…” Jawab Mysha polos. Damar menahan diri untuk tidak menjitak anak perempuan di hadapannya saking kesalnya. “Untung baru kenal… kalo ngga udah gue jitak!” kata Damar dalam hati. Mysha mengecek jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Waktu menunjukkan sudah jam 4 sore.

 

“Mar, gue balik dulu yah… udah sore,” Mysha pamit sambil bersiap memakai ranselnya.

 

“Rumah lo di mana emang?” tanya Damar santai.

 

“Deket sini sih, daerah Taman Satwa.” Jawab Mysha.

 

“Oh… di belakang ya?” Balas Damar, membuat Mysha bengong.

 

“Belakang mana Mar?” Tanya Mysha bingung.

 

“Belakang sekolah.”

 

“Emang bisa??”

 

“Emang lo biasa lewat mana?”

 

“Kemaren-kemaren sih masih dianter jemput bokap-nyokap lewat depan. Gue jalan dari gerbang depan ke depan gang, terus dijemput di sana.”

 

“Dih, ngapain?! Taman Satwa mah lo keluar lewat pintu belakang aja. Jalan lurus sampe ketemu pertigaan, terus belok kanan deh. Kalo males jalan bisa naik angkot.” Jawab Damar kaget karena Mysha tidak tahu informasi ini.

 

“Ah, masa sih Mar bisa lewat belakang?” Mysha mengkonfirmasi ulang.

 

“Bisa kok… sini deh gue anterin!” Jawab Damar bersikukuh, tidak rela informasinya diragukan. Ia langsung mengalungkan tas selempangannya dan mengajak Mysha ke belakang sekolah. Dari pintu belakang mereka jalan sekitar 500 meter dan pertigaan yang dimaksud Damar pun terlihat. Angkot-angkot yang mengetem rapi pun berjejer di sana.

 

“Nih, lo naik angkot ini aja. Taman Satwa di ujung jalan sini. Nanti lo pasti kenal deh daerahnya, soalnya langsung nyambung sama gang perumahannya juga,” Jelas Damar. Mysha agak takut, tapi Ia memilih percaya pada Damar. Toh Ia memiliki ponsel yang sudah diisi pulsa cukup oleh Mama Papanya. Kalau ada apa-apa Mysha bisa menelepon mereka.

 

“Yaudah gue naik nih ya… thanks loh, Mar.” Kata Mysha sebelum naik angkot yang paling depan.

 

“Iya, santai aja…” balas Damar.

 

“Kalo gue nyasar awas ya, Mar…” Kata Mysha lagi.

 

“Ngga bakal deh!” Jawab Damar yakin.

 

Mysha masuk dan duduk di angkot yang sudah agak penuh itu. Damar menunggu sampai angkot yang dinaiki Mysha mulai bergerak maju. Mungkin karena rishi ditunggui anak SMA, sopir angkotnya langsung berinisiatif untuk menyalakan kendaraan dan memulai perjalanannya.

 

***

 

  “Ma, Pa, tadi aku pulang naik angkot lewat belakang sekolah,” Mysha membuka percakapan saat keluarganya makan malam.

 

“Loh emang bisa, Mys?” tanya Mama bingung. Wajah Papa juga seperti mendukung pertanyaan Mama.

 

“Iya bisa ternyata. Naik angkot sebentar, jalurnya lurus terus, eh tau-tau berhentinya tepat di depan gang rumah ternyata. Kalo pake jalur biasa itu ternyata kita muter dulu gitu.” Jelas Mysha. Papa membayangkan peta jalur pulang yang seperti biasa dan jalur pulang yang baru diceritakan Mysha, lalu seketika menyadari sesuatu.

 

“Oh… kalo pake jalur biasa itu kayak jalur angkot kamu tadi, tapi balik arahnya ya?” tebak Papa.

 

“Iya bener, Pa…” jawab Mysha puas karena Papa mengerti arah jalanan yang Mysha maksud. Mama, Papa dan Naira mengangguk-angguk pelan lalu melanjutkan makan. Dengan sedikit ragu, Mysha mencoba mengutarakan keinginannya pada Papa Mama yang sudah Ia siapkan dari tadi sore.

 

“Kalo aku sekarang berangkat ke sekolahnya naik angkot aja gimana?” Tanya Mysha seolah cuek, padahal hatinya berdebar takut tidak disetujui. Mama dan Papa sedikit overprotective pada Mysha dan Naira. Kadang proteksi kedua orangtuanya itu membuat Mysha segan untuk meminta sedikit kebebasan. Mama dan Papa pun langsung mengerutkan mata mendengar permintaan Mysha tersebut.

 

“Kalo bisa dianter ya ngga apa-apalah dianter aja. Kan pulang udah sendiri” Mama mulai bereaksi sesuai dugaan Mysha.

 

“Tapi ngga praktis, Ma. Jalur yang biasa dilewatin Papa tuh beneran muter jauh gitu. Padahal tinggal lurus dikit udah sampe. Aku sendiri lebih cepet lewat belakang sekolah, lebih banyak temen-temen satu sekolah yang lewat jalur yang sama juga. Biar Papa bisa langsung anter Naira aja.” Mysha mencoba berargumen dengan orang tuanya. Mama dan Papa saling berpandangan, ada kilas senyum kecil Papa yang tidak tertangkap anak-anaknya. Mama tahu persis apa arti senyum itu. “Anak kita sudah besar rupanya…” begitulah isi hati Mama dan Papa.

 

“Oke, ngga masalah kok. Toh emang deket juga.” Mama akhirnya mengalah. Kalau Mama sudah bertitah, Papa pun tidak membantah. Mysha pun merasa senang. Meskipun terkesan dangkal, tapi diperbolehkannya Mysha berangkat dan pulang sekolah sendiri membuat Ia merasa bisa sedikit mencicipi petualangan di masa SMAnya sekarang. Setelah makan malam, Papa dan Naira memilih menonton TV sementara Mama lanjut bekerja. Mysha memilih masuk kamar, Ia tidak sabar ingin menulisi jurnalnya.

 

***

 

Hari pertama sekolah ini ternyata berisi kejadian yang menarik. Aku bertemu seorang teman baru, dia Senior kelas dua. Damar namanya. Dari Damar aku menyadari banyak hal yang membuatku penasaran. Dari awal aku sudah kagum dengan deretan klub ekstrakulikuler yang ada di sekolah Bhakti Budaya, tapi aku tidak tahu seberapa jauh prestasi masing-masing klub. Hari ini aku baru tahu bahwa untuk mendirikan sebuah klub, dibutuhkan usaha yang cukup besar dan proses yang cukup rumit. Tapi banyaknya jumlah klub yang masih bertahan membuktikan bahwa sekolah ini sangat mendukung kegiatan dan aspirasi siswa di luar belajar. Meskipun belum terlalu mendalami (karena ini kan baru hari pertama), tapi aku cukup kagum dengan hal itu.

 

Jakarta, 18 Juli 2005

Mysha Renata Priantina

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Intuisi
4052      1254     10     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
Khalisya (Matahari Sejati)
2861      959     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
Ratu Blunder
64      51     2     
Humor
Lala bercita-cita menjadi influencer kecantikan terkenal. Namun, segalanya selalu berjalan tidak mulus. Videonya dipenuhi insiden konyol yang di luar dugaan malah mendulang ketenaran-membuatnya dijuluki "Ratu Blunder." Kini ia harus memilih: terus gagal mengejar mimpinya... atau menerima kenyataan bahwa dirinya adalah meme berjalan?
Help Me to Run Away
2649      1186     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
Anak Magang
122      114     1     
Fan Fiction
Bercerita sekelompok mahasiswa yang berusaha menyelesaikan tugas akhirnya yaitu magang. Mereka adalah Reski, Iqbal, Rival, Akbar. Sebelum nya, mereka belum mengenal satu sama lain. Dan mereka juga bukan teman dekat atau sahabat pada umumnya. Mereka hanya di tugaskan untuk menyelesaikan tugas nya dari kampus. Sampai suatu ketika. Salah satu di antara mereka berkhianat. Akan kah kebersamaan mereka ...
My World
777      524     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Cinta Tak Terduga
5300      1674     8     
Romance
Setelah pertemuan pertama mereka yang berawal dari tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia di bulan Maret, Ayudia dapat mendengar suara pertama Tiyo, dan menatap mata indah miliknya. Dia adalah lelaki yang berhasil membuat Ayudia terkagum-kagum hanya dengan waktu yang singkat, dan setelah itupun pertemanan mereka berjalan dengan baik. Lama kelamaan setelah banyak menghabiskan waktu...
REWIND
14588      2104     50     
Romance
Aku yang selalu jadi figuran di kisah orang lain, juga ingin mendapat banyak cinta layaknya pemeran utama dalam ceritaku sendiri. -Anindita Hermawan, 2007-
Bottle Up
3130      1282     2     
Inspirational
Bottle Up: To hold onto something inside, especially an emotion, and keep it from being or released openly Manusia selalu punya sisi gelap, ada yang menyembunyikannya dan ada yang membagikannya kepada orang-orang Tapi Attaya sadar, bahwa ia hanya bisa ditemukan pada situasi tertentu Cari aku dalam pekatnya malam Dalam pelukan sang rembulan Karena saat itu sakitku terlepaskan, dan senyu...
fall
4663      1395     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?