Read More >>"> Sekilas Masa Untuk Rasa (BAB 7) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekilas Masa Untuk Rasa
MENU
About Us  

Ini adalah kali pertama Mysha menonton penampilan modern dance secara langsung dan Ia begitu terpesona. Tak heran mengapa orang-orang di sekitarnya menyambut penampilan ini dengan penuh semangat. Suara musik medley yang terputar dari CD Player bersinergi dengan gerakan-gerakan para penari Demon’s Babes. Mereka memiliki koreografi yang tegas, kaku dan begitu bertenaga. Formasi demi formasi mengalir lancar dan tiap gerakan dilakukan penuh semangat. Ekspresi wajah mereka yang garang pun menambah debaran di hati Mysha. Baru Mysha mengerti mengapa tribun jadi cepat dipenuhi orang-orang. Penampilan modern dance ini memang terlalu menarik untuk ditonton. Begitu penampilan Demon’s Babes selesai, seluruh penonton pun langsung bersorak ramai sambil bertepuk tangan, tidak terkecuali Mysha.

 

“Keren banget dance-nya!” sahut Mysha agak kencang pada Damar yang juga masih bertepuk tangan. Damar mengangguk-angguk penuh semangat. Setelah suasana mulai tenang dan suara tepukan mulai jarang terdengar, Damar menjelaskan kembali pada Mysha tentang klub modern dance.

 

“Team yang baru perform tadi tuh sebenernya team junior. Semuanya seangkatan gue. Ini tuh kayak baru rilis team gitu mereka. Nah, seniornya sebentar lagi tampil. Mereka lebih jago dan udah sering juara gitu tahun lalu,” Jelas Damar. Mysha langsung membuka matanya lebar-lebar sampai alisnya terangkat. Kalau yang dia anggap keren tadi saja baru junior, bagaimana dengan penampilan seniornya?

 

“Dan sekarang langsung aja ngga usah banyak cincong, toh anak-anaknya udah siap formasinya. Siap kan boook?” kata Kak Roni. Team senior dengan cepat sudah berada di tengah lapangan dan membentuk formasi. Salah seorang anggotanya memberi tanda siap dengan mengacungkan jempol tanpa merubah posisinya di formasi awal tersebut.

 

“Tepuk tangan buat kesayangan kita semua, Sugar Ladies!” Seruan Kak Roni langsung disambut tepuk tangan sementara dirinya menyingkir perlahan. Lagu lain yang bernada ceria dan upbeat mulai terdengar. Para penari Sugar Ladies langsung menegakkan kepala mereka dan melemparkan senyum pada penonton yang disambut riuh godaan dari seluruh penjuru tribun. Sugar Ladies memulai koreografi mereka dan Mysha hanya bisa memandang takjub akan kelenturan tubuh senior-seniornya itu. Mysha dapat merasakan tingginya teknik tari yang dimiliki orang-orang yang sedang tampil di hadapannya. Gerakan-gerakan seksi yang terkalkulasi berpadu dengan formasi-formasi tidak terduga. Ketika mereka mengambil kursi sebagai properti, gerakan tari mereka bersama kursi pun tetap begitu luwes. Mereka tidak hanya sekedar memakai properti untuk terlihat keren, tapi benar-benar memanfaatkan properti tersebut untuk menaikkan penampilan mereka. Di akhir penampilan, salah satu penari di posisi tengah melempar kursi ke atas lalu melakukan backflip. Dengan sigap penari lain menangkap kursi tersebut dan menaruhnya di tengah. Lalu tiba-tiba penari lain yang merupakan lead dancer  sudah di tengah, duduk di kursi yang baru ‘disediakan’ dengan gaya ratu, dan anggota lainnya mengelilingi sambil memberikan pose akhir.

 

Setelah tarian mereka berakhir, bahkan Mysha pun ikut bertepuk tangan sambil berdiri. Sebuah penampilan yang sangat sempurna dengan gerakan yang matang dan memuaskan mata. Mysha tidak menyangka bisa seterhibur ini menonton penampilan tarian modern. Seketika Ia merasa kini Ia menjadi salah satu bagian dari penggemar Sugar Ladies.

 

Setelah kedua team tersebut tampil, Kak Roni menutup penampilan mereka dengan pesan, “Jangan lupa kirim SMS pilih dua team dance kita di ‘Show Your Moves’ ya! Sekarang kita lanjut latihan lagi biar makin ciamik penampilannya nanti. Wish us luck, guys!”. Tribun pun tidak lama kemudian menjadi sepi, menyisakan Damar dan Mysha kembali duduk berdua saja di sana. Mereka masih mengobrol dulu selama beberapa saat. Damar bercerita kalau klub modern dance mereka biasanya berlatih di aula tertutup dekat gedung kelas dua. Kalau koreografi mereka sudah siap, mereka memang biasa melakukan penampilan di lapangan, sekedar untuk seru-seruan dan menambah motivasi berlatih. Biasanya kalau modern dance sedang ‘latihan terbuka’ di lapangan seperti tadi,  itu artinya sekolah Bhakti Budaya sedang mengikuti suatu acara perlombaan, atau justru sedang mengadakan suatu acara sekolah.

 

“Di sekolah ini tuh gampang ya, Mar, kalau mau bikin klub ekstrakulikuler gitu?” tanya Mysha penasaran.

 

“Ngga juga sih, ada syaratnya soalnya.”

 

“Syaratnya apaan, Mar?”

 

“Hmm… yang gue tau harus ada anggota minimal tiga orang. Terus nanti ada sesi wawancara sama petinggi OSIS, khususnya ketua dan Pembina. Disuruh presentasi tentang klub yang mau di buka dan rencana kegiatan setahun gitu. Pokoknya ribet deh!” Jelas Damar. Mysha mengangguk-angguk dengan tatapan kosong.

 

“… Lo ngerti ngga?” tanya Damar langsung melihat Mysha sedikit terbengong.

 

“Gue ngerti intinya ribet doang sih. Hahahaaa…” Jawab Mysha polos. Damar menahan diri untuk tidak menjitak anak perempuan di hadapannya saking kesalnya. “Untung baru kenal… kalo ngga udah gue jitak!” kata Damar dalam hati. Mysha mengecek jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Waktu menunjukkan sudah jam 4 sore.

 

“Mar, gue balik dulu yah… udah sore,” Mysha pamit sambil bersiap memakai ranselnya.

 

“Rumah lo di mana emang?” tanya Damar santai.

 

“Deket sini sih, daerah Taman Satwa.” Jawab Mysha.

 

“Oh… di belakang ya?” Balas Damar, membuat Mysha bengong.

 

“Belakang mana Mar?” Tanya Mysha bingung.

 

“Belakang sekolah.”

 

“Emang bisa??”

 

“Emang lo biasa lewat mana?”

 

“Kemaren-kemaren sih masih dianter jemput bokap-nyokap lewat depan. Gue jalan dari gerbang depan ke depan gang, terus dijemput di sana.”

 

“Dih, ngapain?! Taman Satwa mah lo keluar lewat pintu belakang aja. Jalan lurus sampe ketemu pertigaan, terus belok kanan deh. Kalo males jalan bisa naik angkot.” Jawab Damar kaget karena Mysha tidak tahu informasi ini.

 

“Ah, masa sih Mar bisa lewat belakang?” Mysha mengkonfirmasi ulang.

 

“Bisa kok… sini deh gue anterin!” Jawab Damar bersikukuh, tidak rela informasinya diragukan. Ia langsung mengalungkan tas selempangannya dan mengajak Mysha ke belakang sekolah. Dari pintu belakang mereka jalan sekitar 500 meter dan pertigaan yang dimaksud Damar pun terlihat. Angkot-angkot yang mengetem rapi pun berjejer di sana.

 

“Nih, lo naik angkot ini aja. Taman Satwa di ujung jalan sini. Nanti lo pasti kenal deh daerahnya, soalnya langsung nyambung sama gang perumahannya juga,” Jelas Damar. Mysha agak takut, tapi Ia memilih percaya pada Damar. Toh Ia memiliki ponsel yang sudah diisi pulsa cukup oleh Mama Papanya. Kalau ada apa-apa Mysha bisa menelepon mereka.

 

“Yaudah gue naik nih ya… thanks loh, Mar.” Kata Mysha sebelum naik angkot yang paling depan.

 

“Iya, santai aja…” balas Damar.

 

“Kalo gue nyasar awas ya, Mar…” Kata Mysha lagi.

 

“Ngga bakal deh!” Jawab Damar yakin.

 

Mysha masuk dan duduk di angkot yang sudah agak penuh itu. Damar menunggu sampai angkot yang dinaiki Mysha mulai bergerak maju. Mungkin karena rishi ditunggui anak SMA, sopir angkotnya langsung berinisiatif untuk menyalakan kendaraan dan memulai perjalanannya.

 

***

 

  “Ma, Pa, tadi aku pulang naik angkot lewat belakang sekolah,” Mysha membuka percakapan saat keluarganya makan malam.

 

“Loh emang bisa, Mys?” tanya Mama bingung. Wajah Papa juga seperti mendukung pertanyaan Mama.

 

“Iya bisa ternyata. Naik angkot sebentar, jalurnya lurus terus, eh tau-tau berhentinya tepat di depan gang rumah ternyata. Kalo pake jalur biasa itu ternyata kita muter dulu gitu.” Jelas Mysha. Papa membayangkan peta jalur pulang yang seperti biasa dan jalur pulang yang baru diceritakan Mysha, lalu seketika menyadari sesuatu.

 

“Oh… kalo pake jalur biasa itu kayak jalur angkot kamu tadi, tapi balik arahnya ya?” tebak Papa.

 

“Iya bener, Pa…” jawab Mysha puas karena Papa mengerti arah jalanan yang Mysha maksud. Mama, Papa dan Naira mengangguk-angguk pelan lalu melanjutkan makan. Dengan sedikit ragu, Mysha mencoba mengutarakan keinginannya pada Papa Mama yang sudah Ia siapkan dari tadi sore.

 

“Kalo aku sekarang berangkat ke sekolahnya naik angkot aja gimana?” Tanya Mysha seolah cuek, padahal hatinya berdebar takut tidak disetujui. Mama dan Papa sedikit overprotective pada Mysha dan Naira. Kadang proteksi kedua orangtuanya itu membuat Mysha segan untuk meminta sedikit kebebasan. Mama dan Papa pun langsung mengerutkan mata mendengar permintaan Mysha tersebut.

 

“Kalo bisa dianter ya ngga apa-apalah dianter aja. Kan pulang udah sendiri” Mama mulai bereaksi sesuai dugaan Mysha.

 

“Tapi ngga praktis, Ma. Jalur yang biasa dilewatin Papa tuh beneran muter jauh gitu. Padahal tinggal lurus dikit udah sampe. Aku sendiri lebih cepet lewat belakang sekolah, lebih banyak temen-temen satu sekolah yang lewat jalur yang sama juga. Biar Papa bisa langsung anter Naira aja.” Mysha mencoba berargumen dengan orang tuanya. Mama dan Papa saling berpandangan, ada kilas senyum kecil Papa yang tidak tertangkap anak-anaknya. Mama tahu persis apa arti senyum itu. “Anak kita sudah besar rupanya…” begitulah isi hati Mama dan Papa.

 

“Oke, ngga masalah kok. Toh emang deket juga.” Mama akhirnya mengalah. Kalau Mama sudah bertitah, Papa pun tidak membantah. Mysha pun merasa senang. Meskipun terkesan dangkal, tapi diperbolehkannya Mysha berangkat dan pulang sekolah sendiri membuat Ia merasa bisa sedikit mencicipi petualangan di masa SMAnya sekarang. Setelah makan malam, Papa dan Naira memilih menonton TV sementara Mama lanjut bekerja. Mysha memilih masuk kamar, Ia tidak sabar ingin menulisi jurnalnya.

 

***

 

Hari pertama sekolah ini ternyata berisi kejadian yang menarik. Aku bertemu seorang teman baru, dia Senior kelas dua. Damar namanya. Dari Damar aku menyadari banyak hal yang membuatku penasaran. Dari awal aku sudah kagum dengan deretan klub ekstrakulikuler yang ada di sekolah Bhakti Budaya, tapi aku tidak tahu seberapa jauh prestasi masing-masing klub. Hari ini aku baru tahu bahwa untuk mendirikan sebuah klub, dibutuhkan usaha yang cukup besar dan proses yang cukup rumit. Tapi banyaknya jumlah klub yang masih bertahan membuktikan bahwa sekolah ini sangat mendukung kegiatan dan aspirasi siswa di luar belajar. Meskipun belum terlalu mendalami (karena ini kan baru hari pertama), tapi aku cukup kagum dengan hal itu.

 

Jakarta, 18 Juli 2005

Mysha Renata Priantina

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Koma
15946      2667     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
CAFE POJOK
2995      1023     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Jawaban
333      204     3     
Short Story
Andi yang digantung setelah pengakuan cintanya dihantui penasaran terhadap jawaban dari pengakuan itu, sampai akhirnya Chacha datang.
SATU FRASA
12897      2673     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Patah Hati Sesungguhnya adalah Kamu
1688      634     2     
Romance
berangkat dari sebuah komitmen dalam persahabatan hingga berujung pada kondisi harus memilih antara mempertahankan suatu hubungan atau menunda perpisahan?
Du Swapped Soul
11840      1893     8     
Fantasy
Apa kamu pernah berasumsi bahwa hidupmu lah yang paling sempurna? Apakah kamu pernah merasakan rasanya menjalani kehidupan orang lain? Dan apakah... kamu pernah mempunyai sahabat yang aneh, tapi setia? Kalau belum, kau akan menemukan semuanya di sini, di kehidupan Myung-Joo yang akan diperankan oleh Angel.
Innocence
4127      1410     2     
Romance
Cinta selalu punya jalannya sendiri untuk menetap pada hati sebagai rumah terakhirnya. Innocence. Tak ada yang salah dalam cinta.
Find Dreams
198      164     0     
Romance
Tak ada waktu bagi Minhyun untuk memikirkan soal cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia sudah terlalu sibuk dengan dunianya. Dunia hiburan yang mengharuskannya tersenyum dan tertawa untuk ratusan bahkan ribuan orang yang mengaguminya, yang setia menunggu setiap karyanya. Dan ia sudah melakukan hal itu untuk 5 tahun lamanya. Tetapi, bagaimana jika semua itu berubah hanya karena sebuah mimpi yan...
No, not love but because of love
1662      624     2     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
PALETTE
472      246     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...