Read More >>"> Sekilas Masa Untuk Rasa (BAB 5) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekilas Masa Untuk Rasa
MENU
About Us  

Hari pertama Mysha sebagai anak SMA berjalan cukup menyenangkan. Dengan seragam yang masih baru, Ia bersemangat berangkat ke sekolah. Tas ransel denim berukuran besar kesayangannya yang dimiliki sejak awal SMP sampai sekarang setia menemani. Tas itu berisi tempat pensil baru lengkap dengan pulpen, pensil dan penghapus didalamnya serta beberapa buku kosong. Mysha juga tidak lupa membawa satu buku jurnal yang Ia buat sendiri sambil mengikuti tips tutorial DIY (Do-It-Yourself) di satu majalah koleksinya. Rencananya, Mysha ingin menulis hal-hal yang berkesan baginya di dalam jurnal itu sehingga dapat menjadi time capsule 10 tahun mendatang ketika Mysha membaca-baca ulang jurnal tersebut.

 

Begitu sampai, semua siswa baru mencari kelas mereka masing-masing. Informasi kelas sudah terdapat di mading kelas satu. Mysha mendapatkan kelas di lantai tiga. Dalam hati Ia menyayangkan hal tersebut karena akan sulit baginya untuk segera jajan ke kantin. Ia pun agak kecewa karena ketika membaca nama siswa-siswi yang tergabung dalam kelasnya, Ia tidak menemukan nama Luna. Tapi kedua hal tersebut terlalu remeh untuk membuat pagi Mysha menjadi buruk. Ia terbuka dengan hal baru, meskipun selalu dilalui dengan rasa tegang dan berdebar. Mysha pun segera menaiki tangga sampai ke lantai tiga dan langsung belok ke kanan. Ruangan kelas Mysha ada di paling ujung. Mysha menemukan dirinya kembali dikelilingi orang-orang asing dan merasa tidak nyaman, tapi Ia cepat menenangkan diri.

 

“Tenang… mereka sama seperti elo, santai aja…” Gumam Mysha dalam hati. Ya, Mysha mudah terintimidasi tiap kali berada di kumpulan orang-orang tidak dikenal. Meskipun begitu, Mysha sudah dapat mengendalikan dirinya dengan menempatkan posisi yang sama seperti orang-orang tersebut. Mysha yakin banyak anak-anak dalam kelas ini yang tidak saling mengenal dan sebenarnya mereka terbuka untuk perkenalan. Ia mengandalkan senyum ketika ada tatapan mata yang berpapasan. Biasanya setelah itu bisa berlanjut ke saling berkenalan dan akhirnya menambah teman baru. Ketika waktu sekolah sudah berakhir, Mysha sudah saling mengobrol dengan dua teman sekelasnya yang duduk tepat di samping dan belakang kursinya. Wali kelas Mysha bernama Bu Desi, guru matematika kelas satu. Jadwal hari pertama sekolah masih sedikit santai karena diisi perkenalan, pembagian jadwal piket dan pemilihan ketua kelas dan wakilnya. Tidak ada satu guru pun yang memberi materi pelajaran di hari itu.

 

Pada waktu pulang, Mysha mengecek ponselnya. Ada pesan dari Mama bahwa siang itu rumah kosong. Mama dan Papa kerja seperti biasa, Bibi sedang mengantarkan anaknya yang juga mengalami hari pertama sekolah, sedangkan Naira les vokal sampai sore. Mama pun memberi tahu bahwa kunci rumah diletakkan di tempat tersembunyi di halaman depan rumah, tapi Mysha merasa enggan untuk datang ke rumah yang kosong. Mysha yang malas pulang cepat akhirnya memutuskan untuk menongkrong di sekolah. Ia tidak ingin menongkrong di kantin karena didominasi oleh senior OSIS yang sedang istirahat sebelum akhirnya melanjutkan rapat. Ia memilih duduk-duduk santai di tribun.

 

Sekolah di siang hari sudah tidak padat. Kebanyakan siswa sudah pulang, guru-guru pun tenang bekerja di dalam ruang guru. Walaupun begitu Mysha masih merasakan kehidupan di sekolah itu. Ia justru melihat pergerakan yang segar di tiap sudut sekolah, entah itu dari anak yang berjalan di lorong sekolah, anggota klub yang sedang bekerja dan rapat, gerombolan yang sedang bermain basket, ataupun mereka yang masih duduk-duduk santai dan mengobrol dengan teman-temannya. Saat pulang sekolah adalah saat mereka melepas penat, khususnya bagi mereka para penghuni lama. Biasanya para senior melakukan kegiatan yang mereka suka setelah berjam-jam otak mereka didera ilmu pengetahuan. Entah mengapa Mysha menyukai suasana ini. Hanya dengan duduk bersantai melihat permainan basket di tribun sambil sesekali memperhatikan sekitarnya membuat kepalanya menjadi sangat segar dan ringan. 

 

Saat sedang asyik melamun sambil melihat keseruan anak-anak kelas tiga bermain basket seusai sekolah, tiba-tiba ada yang duduk tidak jauh dari tempat Mysha bersantai. Mysha spontan menegakkan badannya dan melihat orang tersebut, seorang anak-laki-laki tanpa segan melepaskan tas selempangnya dan duduk agak bersender di tribun. Dari pembawaannya, Mysha yakin bahwa laki-laki ini adalah senior karena gestur tubuhnya sudah terlihat sangat santai dan terbiasa duduk di tribun. Tidak seperti Mysha yang masih agak kaku. Anak laki-laki itu menatap balik Mysha dan Mysha pun mengeluarkan jurus andalan tiap kali matanya berpapasan dengan seseorang; tersenyum dan mengangguk sopan. Tanpa disangka, laki-laki itu tersenyum balik dan sedikit mengarahkan tubuhnya menghadap Mysha.

 

“Anak baru ya?” tanya laki-laki itu, masih dengan posisi sedikit menyeder santai dengan tangan menopang badan di kiri dan kanan.

 

“Iya, Kak…” Jawab Mysha canggung.

 

“Panggil Damar aja. Kok lo belom pulang?” laki-laki yang mengenalkan dirinya barusan tiba-tiba menjadi terasa sedikit sok akrab di mata Mysha. Mysha agak ragu apakah senior yang bernama Damar ini memang berkarakter santai atau dia sedang tebar pesona pada junior, tapi Mysha memutuskan untuk tidak berprasangka terlalu jauh.

 

“Saya nungguin orang rumah, Kak.” Jawab Mysha tetap sopan.

 

“Lo dijemput?”

 

“Ngga, Kak. Rumah saya lagi kosong, jadi saya nunggu sore-an dulu aja baru nanti pulang.”

 

“Ngga usah panggil Kak, deh… gue ngga suka, berasa tua. Nama gue Damar,” Senior itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Mysha sedikit ragu karena rasanya aneh untuk langsung akrab dengan orang yang tidak dikenal, apalagi laki-laki. Mysha masih suka sedikit kaku untuk berdekatan dan berkenalan dengan laki-laki tanpa konteks. Seperti saat ini, tidak ada angin tidak ada hujan tahu-tahu berkenalan. Mysha jauh lebih nyaman berkenalan kalau memang laki-laki itu adalah teman sekelas Mysha di sekolah atau di tempat les, karena memang pasti Mysha akan banyak urusan dengan orang itu. Tapi saat ini rasanya terlalu sombong untuk menolak berkenalan dengan senior. Toh mereka memang berada dalam satu sekolah yang sama. Bisa jadi nanti ada masa dimana Mysha butuh bantuan senior ini. Kalau Mysha bersikap dingin sekarang, dia bisa mendapat kesulitan saat butuh nanti. Akhirnya Mysha pun menyambut jabatan tangan Damar.

 

“Nama saya Mysha…” Jawab Mysha sambil menjabat tangan Damar. Postur tubuh Damar terlihat sedikit lebih kecil daripada laki-laki SMA pada umumnya, tapi ternyata telapak tangannya cukup besar. Mysha menyadari bahwa tangannya terasa mungil saat tangan Damar melingkarinya. Lamunan Mysha tentang telapak tangan tersebut menjadi buyar saat Damar tertawa.

 

“Yaelah, ngga usah pake saya-saya-an lah… gue-elo-an aja. Santai aja… lo ngga lagi pelantikan atau wawancara kali sama gue. Hahahaa…” Ucap Damar santai. Mysha yang mendengarnya merasa sedikit lega. Kalau memang tebar pesona, biasanya laki-laki pasti mengajak bicara ‘aku-kamu’. Mysha bisa cukup yakin kalau Damar ternyata memang memiliki pembawaan yang santai dan ramah.

 

“Ya maaf, namanya juga anak baru. Masih kaku. Hehehe…” Mysha akhirnya menurunkan pertahanannya dan tidak lagi bersikap menjaga jarak. Waktu yang harus dihabiskan masih banyak, mungkin akan lebih menyenangkan jika ada teman menongkrong dan mengobrol.

 

“Rencananya lo mau duduk-duduk aja di sini sampe sore?” tanya Damar.

 

“Bingung sebenernya, gue ngga punya tempat nongkrong. Tadi sih rencananya nonton orang main basket aja. Kalo udah pada selesai main, baru mikir. Mungkin mau ke warnet,” jawab Mysha jujur. Aneh juga sih rasanya duduk-duduk di tribun kalau tidak ada yang ditonton di lapangan.

 

“Wah, kalo gitu lo lagi beruntung. Hari ini modern dance mau latihan  terbuka buat lomba dance yang di TV itu.  Biasanya mereka kan latihan di studio kecil di deket kantin tuh, tapi kali ini mereka mau sekalian perform di depan umum gitu. Tuh anak-anak yang main basket juga sebenernya pada nungguin latihan modern dance,”

 

“Oh gitu? Di sini cowo-cowonya pada suka nonton modern dance ya?”

 

“Cewe-cewe juga suka. Modern dance kita tuh terkenal tau.”

“Oh ya?”

 

“Iya. Yaa.. mungkin ngga terkenal di kalangan anak-anak SMP, tapi kalo di kejuaraan antar SMA kita langganan juara. Makanya tahun ini pada sibuk ngincer kejuaraan nasional dan tampil di TV gitu.”

 

“Mungkin terkenal juga di kalangan SMP, tapi sekolah gue dulu ngga punya klub modern dance. Adanya kayak klub tari daerah gitu, jadi anak-anak sekolah gue ngga terlalu ngikutin modern dance…”

 

“Lo dari SMP mana?”

 

“SMP 120, yang deket sini.”

 

“Oooohh… SMP 120. Adek gue sekolah di sana tuh.”

 

“Ih, Adek gue juga. Sekarang lagi kelas dua.”

 

“Adek gue senior adek lo berarti, dia kelas tiga.”

 

“Wah, udah mau SMA dong… rencana tahun depan sekolah di mana?”

 

“Di sini aja katanya.”

 

“Tumben, biasa anak 120 maunya masuk SMA Budi Luhur.”

 

“Lah, elo anak 120 masuk sini, kan?”

 

“Iya juga yah… biar jadi senior adek lo kali?”

 

“Ya bisa jadi, tapi gue tetep jadi senior kalian berdua.”

 

… dan obrolan dengan penuh celetukan tidak jelas tadi pun terus berlanjut, kadang diiringi sedikit tawa. Mysha dan Damar menghabiskan waktu saling bersahut-sahutan canda sambil sedikit-sedikit bercerita tentang diri masing-masing sampai akhirnya nampak rombongan klub modern dance datang dari kejauhan. Mereka sudah memakai kostum mereka, membuat anak-anak yang tadinya bermain basket menjadi berhenti dan bertepuk tangan penuh semangat. Mysha dan Damar pun berhenti bercanda sejenak dan ikut memberi perhatian pada anggota-anggota klub modern dance yang siap latihan terbuka.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Koma
15946      2667     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
CAFE POJOK
2995      1023     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Jawaban
333      204     3     
Short Story
Andi yang digantung setelah pengakuan cintanya dihantui penasaran terhadap jawaban dari pengakuan itu, sampai akhirnya Chacha datang.
SATU FRASA
12897      2673     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Patah Hati Sesungguhnya adalah Kamu
1688      634     2     
Romance
berangkat dari sebuah komitmen dalam persahabatan hingga berujung pada kondisi harus memilih antara mempertahankan suatu hubungan atau menunda perpisahan?
Du Swapped Soul
11840      1893     8     
Fantasy
Apa kamu pernah berasumsi bahwa hidupmu lah yang paling sempurna? Apakah kamu pernah merasakan rasanya menjalani kehidupan orang lain? Dan apakah... kamu pernah mempunyai sahabat yang aneh, tapi setia? Kalau belum, kau akan menemukan semuanya di sini, di kehidupan Myung-Joo yang akan diperankan oleh Angel.
Innocence
4127      1410     2     
Romance
Cinta selalu punya jalannya sendiri untuk menetap pada hati sebagai rumah terakhirnya. Innocence. Tak ada yang salah dalam cinta.
Find Dreams
198      164     0     
Romance
Tak ada waktu bagi Minhyun untuk memikirkan soal cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia sudah terlalu sibuk dengan dunianya. Dunia hiburan yang mengharuskannya tersenyum dan tertawa untuk ratusan bahkan ribuan orang yang mengaguminya, yang setia menunggu setiap karyanya. Dan ia sudah melakukan hal itu untuk 5 tahun lamanya. Tetapi, bagaimana jika semua itu berubah hanya karena sebuah mimpi yan...
No, not love but because of love
1662      624     2     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
PALETTE
472      246     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...