Pria itu duduk dibangku halte yang sepi. Pikirannya menerawang kedepan. Banyak sekali pikiran - pikiran aneh yang bersemayam dipikirannya. Ia tidak salah kan jika terlalu kentara menyatakan perasaannya ? Ia hanya ingin gadis itu tahu apa yang ia rasakan. Tapi kenapa ia merasa hatinya sakit sekali saat gadis itu mengatakan kata 'teman' ?
Drrrtttt Drrrttttt Ponsel pria itu bergetar. Ada pesan dari adiknya.
From : +628xxxxxxxxx
Aku rindu dengan kakak. Kapan kakak memutuskan untuk pulang kerumah ?
To: +628xxxxxxxx
Apa kau baik - baik saja ? Apa bibi terlalu kasar kepadamu ?
From : +628xxxxxxxxx
Tidak ,aku baik - baik saja. Aku hanya ingin bertemu kakak.
To: +628xxxxxxxx
Jangan khawatir , musim liburan nanti kakak akan pulang. Kau tahu kan jika kakak harus lulus dulu untuk bisa menemuimu , bukan ?
From : +628xxxxxxxxx
Kalau begitu , berjanjilah kakak akan pulang saat musim liburan nanti
To: +628xxxxxxxx
Aku janji
Musim liburan masih beberapa bulan lagi. Itu berarti ia harus pergi ke negaranya sebentar lagi. Meninggalkan gadis itu untuk beberapa lama. Ia tidak akan merasa sedih kan ? Mungkin saja iya atau memang tidak. Setelah beberapa lama bus yang ia tunggu tiba. Ia menaiki bus itu dan duduk di bangku paling belakang. Untuk kemudian terhanyut dalam pikirannya tentang gadis itu.
Cekkreekkk! Pertama kali membuka pintu , ia disambut oleh anjingnya yang setia menunggunya pulang. Pria itu menggendong anjing tersebut dan berjalan menuju kamarnya. Benar juga! Anjingnya pasti merasa lapar. Pria itu memutarbalik badannya dan menuju dapur. Ia harusnya ingat jika memiliki peliharaan seperti ini. Kenapa juga ia bisa lupa. Pria itu menuang makanan anjing di mangkuk dan memberikan makanan tersebut kepada anjingnya. Anjingnya tersebut ia beri nama Holy. Anjing kecil yang lucu , teman satu - satunya yang ia miliki akhir - akhir ini.
" Maafkan aku karena lupa merawatmu " Guman pria itu.
Pria itu memutuskan untuk membersihkan badannya dan berencana ingin segera bersantai disofa ruang televisi. Sebenarnya rumahnya cukup besar , tapi sepertinya terlalu besar jika untuk dirinya seorang diri.
Ting Tong! Bel rumahnya berbunyi. Tumben sekali. Apalagi ini kan sudah cukup malam. Pria itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 22.15. Ia sempat berfikir jika sudah larut seperti ini harusnya ia tidur. Kenapa juga masih terjaga karena tontonan yang tidak jelas di televisi. Pria itu menuju pintu dan membukannya. Ada sebuah kotak disana. Kotak yang bertuliskan.
" Ini barangmu , maaf karena meninggalkannya disini" . Ia berfikir apakah ia pernah meninggalkan suatu barang kepada seseorang ? Pria itu membawa kotak itu masuk dan menaruhnya diatas meja. Tidak mungkin jika didalamnya terdapat bom kan ? Kenapa ia ragu sekali ingin membukanya. Ia harap bukan sesuatu yang aneh. Perlahan pria itu membuka kotak itu dan betapa herannya ia melihat isi didalam kotak tersebut. Sebuah gelang dan juga boneka. Gelang ini .... Sepertinya ia pernah melihatnya. Tapi ia tidak ingat dimana pernah melihatnya. Apa selama ini ia mengalami amnesia ? Boneka dan gelang ini benar - benar jelas sekali bukan miliknya. Apa orang yang memberikannya itu salah alamat ? Jika ini benar miliknya ia akan seketika ingat. Tapi ia bahkan tidak bisa mengingat apapun walau melihat detail boneka dan gelang itu. Sepertinya memang salah alamat. Pria itu menutup kembali kotak tersebut dan menyimpannya diatas lemari didalam kamarnya. Siapa tahu memang penting. Pikirnya. Pria itu memutuskan tidur saat sudah merasa mengantuk. Memejamkan matanya dan terhanyut dalam mimpi - mimpinya.
Keesokan harinya. Berbeda dengan hari - hari sebelumnya. Hari ini langit tampak cerah. Salju - salju mulai mencair walaupun masih menyisakan warna putih disudut - sudut jalan. Gadis itu melangkah ringan membawa kantongan yang penuh makanan ringan. Berhenti di sudut jalan dan menunggu rambu berubah menjadi merah. Gadis itu yakin sekali hari ini ia bisa melewati hari dengan baik. Ia harus bisa melupakan kejadian yang kurang mengenakkan akhir - akhir ini.
" Sepertinya banyak juga makanan yang kau beli ?" Suara ini .... jangan bilang jika ia harus bertemu pria menyebalkan itu lagi.
" Hai ?" Pria itu melambaikan tangannya saat gadis itu menoleh kesumber suara.Gadis itu tersenyum , senyum yang dipaksakan.
" Apa kau baik - baik saja ?" Gadis itu tidak menghiraukan pria disampingnya. Ia melangkah cepat saat rambu berubah merah.
" Hei , aku bertanya kepadamu. Apa kau baik - baik saja ?" Suara pria itu nyaring sekali , mengundang perhatian orang - orang. Bahkan sudah ada yang menatap aneh.
" Aku baik - baik saja. Berhenti mengikutiku " Ucap gadis itu setengah berbisik.
" Aku tidak mengikutimu , arah tujuan kita memang sama kan ?" Ucap pria itu
" Apa maksudmu ? kau ingin bertamu kerumahku lagi ?" Pria itu mengangguk mantap.
" Tidak boleh ?" Ucap pria itu
" Tidak " Ucap gadis itu datar. Sekarang mereka melewati taman kota yang penuh dengan orang - orang.
" Aku tidak punya tujuan lagi. Lagipula , akan lebih baik jika .... "
" Tidak! Tidak! dan Tidak!" Ucap gadis itu tegas. Lagi - lagi percakapan mereka mengundang perhatian. Huft! Ia benci ini.
Mereka berhenti di jalanan yang sepi. Gadis itu membalikkan badannya. Mencoba berbicara serius dengan pria dihadapannya.
" Dengar! Apa kau tidak merasa jika semua yang kau lakukan itu bisa membuat orang lain merasa muak ?" Entah sejak kapan , tapi baru pertama kali ini gadis itu bisa berkata dengan lantang tanpa merasa gugup sedikitpun.
" Kau bilang kau merasa baik - baik saja. Lagipula aku sudah menanyakan nya tadi kepadamu bukan ?" Ucap pria itu.Gadis itu terdiam. Ia tidak tahu jika pertanyaan itu untuk situasi ini.
" Jadi ... kau merasa tidak baik - baik saja saat bersamaku ?" Ucap pria itu lagi.
" Tidak .... maksudku ... aku hanya .... "
" Katakan saja jika kau merasa tidak baik - baik saja. Aku akan menjauh darimu, dengan begitu hidupmu akan tenang " Ucap pria itu
Gadis itu mengernyitkan alisnya. Apa pria ini sudah merasa putus asa ?
" Aku memang mengatakan baik - baik saja , tapi ... aku tidak tahu jika ... " Gadis itu terbata - bata , tidak tahu apa yang harus ia katakan.
Pria itu mundur selangkah kemudian berkata " Aku akan menjauh jika itu yang kau inginkan " Pria itu membalikkan badannya dan menjauh pergi.
Gadis itu diam mematung. Didalam lubuk hati terdalamnya. Ia tidak pernah mengharapkan hal ini terjadi. Sungguh , tidak pernah.