Setelah pria itu pulang , tidak ada yang terjadi lagi diantara mereka berdua. Angin masih berhembus dengan kencangnya diluar sana. Gadis itu memilih menghabiskan waktunya didalam kamar. Membuka lembar demi lembar novel dirak yang tersusun rapi disudut ruangan.
Ting Tong!
Gadis itu bangkit dan menuju pintu. Saat ia membuka pintu , betapa terkejutnya ia melihat pria itu berdiri dengan pakaian yang sama saat terakhir kali pamit dari apartemennya.
" Kau ... belum pulang ?" Ucap gadis itu , memandang pria itu secara keseluruhan. Gadis itu yakin sekali pakaian itu masih sama.
" Boleh aku masuk sebentar ? Diluar dingin sekali. Aku tidak bisa pulang" Ucap pria itu. Merapatkan mantelnya kuat - kuat.
Entah pria itu sengaja atau tidak , tapi gadis itu tidak bisa menolak karena terlalu kasihan melihat wajah membiru pria itu.
" Apa kau punya cokelat panas ?" Ucap pria itu.
" Tidak " Ucap gadis itu datar.
" Apa kau punya teh panas ?"
" Tidak "
" Apa aku boleh tidur sebentar di sofa ini ?"
" Terserah , lagipula jika kau berniat untuk menginap kenapa tidak bilang saja langsung "
" Apa aku boleh menginap ?" Ucap pria itu.
Gadis itu menghela nafas berat. " Tentu saja , boleh " Gadis itu tersenyum , dengan berat hati.
Gadis itu memperhatikan pria itu tidur di sofanya. Apa ia memang kedinginan ? Penghangat ruangannya sudah aku naikkan agar tidak terasa dingin. Kenapa wajahnya masih terlihat membeku seperti itu ? Apa sebaiknya aku selimuti dia dengan selimut yang tebal ? Ini karena aku pengertian. Beruntung sekali ia memiliki teman sepertiku.
Gadis itu menutupi tubuh pria itu dengan selimut.
" Aku harap kau baik - baik saja " Ucap gadis itu , suaranya samar - samar terdengar. Lebih seperti berguman.
" Aku akan baik - baik saja " Eh ? Ia barusaja mendengar pria ini bicara. Apa ia salah dengar ? Lagi - lagi mengigau yang tidak jelas ya ?
" Kenapa juga pria ini selalu mengigau tidak jelas saat tidur ?" Ucap gadis itu.
Pria itu membuka matanya. Menatap gadis dihadapannya lama. Lalu bangun dengan posisi duduk.
" Kau ... dengar yang kukatakan tadi pagi ?" Ucap pria itu
" Yang mana maksudmu ? "
" Saat kau bangun dan tahu aku sedang tertidur lalu mengatakan hal - hal aneh. Kau dengar apa yang aku katakan ?" Ucap pria itu.
Gadis itu mengangguk. Bagaimana tidak ingat. Ia bahkan masih memikirkannya hingga saat ini. Susah sekali melupakan pengakuan cinta itu.
" Kau tidak merasa gugup saat mendengarnya ?" Ucap pria itu. Nada suaranya aneh sejak ia membahasnya. Entahlah , seperti mendesak ingin tahu sesuatu.
" Aku .... tentu saja merasa gugup" Ucap gadis itu. Tatapannya mengarah ke lantai.
Pria itu terdiam lama.
" Duduklah " Ucap pria itu. Entah karena apa , gadis itu tetap duduk atas suruhan pria itu. Sekarang , mereka duduk berdampingan.
" Apa duduk berdampingan seperti ini membuatmu gugup juga ?" Ucap pria itu , pandangannya masih terarah ke gadis disampingnya.
Gadis itu tidak tahu ada apa dengan pria disampingnya , tapi ia merasa seperti di interogasi walaupun tidak bersalah. Gadis itu mengangguk yang berarti ' iya , kau tidak salah lagi '.
Pria itu mendekatkan tubuhnya , memeluk gadis itu dengan erat. Sekarang wajah gadis itu 100% memerah. Apa yang sebenarnya ia lakukan ? Bukankah ini namanya tindak kriminal ? Memeluk orang tanpa permisi ? Tapi kenapa aku tidak memberontak ? Tunggu! Jangan - jangan ia bisa merasakan detak jantungku saking kencangnya berdetak. Kemudian menertawakanku sepuasnya. Bagaimana ini ?
Pria itu memeluknya erat lama sekali. Untuk kemudian tersadar karena merasakan detak jantung gadis itu. Walaupun ia masih ingin merasakan kehangatan itu , tapi ia tetap melepaskan pelukannya.
" Aku bisa merasakan detak jantungmu ". Ucap pria itu , membuat gadis itu seketika menahan malu.
" Tapi bukankah itu normal ?" Ucap pria itu lagi.
" Normal ?" Ucap gadis itu , mengernyitkan alisnya bingung.
" Kalau kau memang menyukaiku juga , bukankah itu namanya normal ? Berpelukan dengan orang yang kau sukai lalu kau merasa gugup , karena itulah detak jantungmu sampai bisa kudengar " Ucap pria itu.
Gadis itu membelalak kaget. Oh Tidak!Tanpa sengaja ia tertangkap basah.
Siapapun , tolong selamatkan ia dari situasi ini.
Gadis itu wajahnya tiba - tiba saja memerah. Ia harus mengalihkan pembicaraan ini.
" Kau .... butuh cokelat panas ? Aku akan ambilkan .. maksudku ... aku akan meminta kepada tetangga .. bibi yang kebetulan tinggal dibawah apartemen baik sekali. Jadi .. aku akan coba minta padanya" Gadis itu bangkit dan mengambil mantel asal di atas kursi.
Pria itu tersenyum menatap gadis itu. Ia melihat punggung gadis itu menjauh hingga hilang dari balik pintu. Lucu sekali wajahnya. Pikirnya.
Lima belas menit kemudian. Gadis itu kembali dengan membawa bungkus bubuk cokelat seduh , sengaja tidak menatap kedepan karena ia tahu pria itu memperhatikan gerak geriknya. Sedikit risih. Mencoba untuk setenang mungkin. Lima menit berlalu dengan rasa gugup tiada henti. Akhirnya gadis itu bisa bernafas lega karena pandangan pria itu akhirnya teralihkan dengan cokelat panas yang barusaja ia buat. Jika pria ini meminum cokelat panas itu dengan menatap dirinya. Pria ini benar - benar gila.
Keheningan mulai terjadi. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya ada suara pemanas yang menyala.
" Kau ... tidak berniat ingin pulang ? Ini sudah hampir sore." Ucap gadis itu , ia ingin sekali bersantai di hari yang dingin ini. Kumohon pulanglah.
" Kau benar , sebaiknya aku pulang. Kalau begitu , terimakasih atas cokelat panasnya"
Pria itu bangkit dan mengambil syal serta mantelnya untuk kemudian ia kenakan sebelum sampai diluar.
" Hati - hatilah dijalan " Ucap gadis itu , ia hanya merasa perlu perhatian bukan dengan teman ?
Pria itu tersenyum.
" Ini normal , lagipula aku temanmu " Ucap gadis itu
Pria itu hanya mengangguk setuju dan melangkah pergi. Pria itu tidak mengatakan apa - apa. Ia tidak marah hanya karena kata ' teman ' kan ?